"Orang gemuk itu menarik tangannya setelah mendengar perkataan Kakak. Secara logis, dengan posisi dan kemampuan Liu Kaifeng, menemukan master Miaojiang yang hebat sebenarnya bukan hal yang mustahil. Kemunculan cacing gu Miaojiang dan master Miaojiang di sini mungkin terlihat kebetulan, artinya Liu Kaifeng kebetulan menemukan orang yang tepat. Tapi kita semua tahu, dalam urusan ini hanya ada jebakan yang direncanakan, sama sekali tidak ada unsur kebetulan."
Maksud Kakak adalah bekerja sama dengan mereka, lalu menyelidiki latar belakang Naduo ini sampai tuntas.
Chen Dongfang mengangguk dan berkata: "Benar juga. Dengan konstitusi fisik khusus Ye Zi, seekor serangga apa artinya? Jika Ye Zi benar-benar memiliki ikatan darah dengan Chiyou, Naduo itu sama sekali tidak berarti! Dia main racun, sementara darah leluhurnya mengalir di tubuh Ye Zi!"
Saat sampai di bagian ini, Chen Dongfang tiba-tiba terpikir sesuatu. Ia memandang Kakak dengan tatapan aneh: "Apakah Naduo itu sengaja?"
Aku tidak mengerti mengapa Chen Dongfang tiba-tiba bertanya seperti itu. Naduo sengaja? Apa maksudnya? Yang mengejutkan, Kakak ternyata paham maksud Chen Dongfang. Kakak mengangguk dan berkata: "Aku juga berpikir begitu."
"Hei, kalian sedang membicarakan apa?" tanyaku.
"Tadi setelah kertas kuningmu habis, seharusnya kau mati di tombak Liu Kaifeng. Tindakan Naduo yang terlihat ingin mengontrolmu sebenarnya menyelamatkanmu. Jika kita asumsikan Naduo tahu ini adalah tempat penguburan tulang Chiyou dan mengetahui identitasmu, maka dia pasti paham seekor cacing gu tidak bisa mengancammu. Dia sengaja menggunakan cacing gu untuk menunjukkan bisa mengontrolmu lalu melepaskanmu, ini sebenarnya cara dia menyelamatkanmu. Mengerti? Bagaimanapun kau tidak takut cacing gu tapi takut tombak. Jika benar-benar mati, ikatan darah apapun jadi tidak berguna. Jadi kemungkinan besar Naduo sengaja melakukan ini, pertama untuk menyelamatkanmu, kedua memberi sinyal kerja sama. Jika benar begitu, sialan, berarti Liu Kaifeng kali ini terjebak dalam skenario buruk lagi?" Chen Dongfang tertawa.
Pada saat itu, Liu Kaifeng berteriak ke arah kami: "Kalian sudah selesai berdiskusi? Kami datang ke tempat bersalju ini bukan untuk mendengar bisikan-bisikan kalian!"
Sang Kakak maju dan berkata pada Liu Kaifeng: "Kerja sama boleh, tapi kau harus jamin setelah mendapatkan yang kau inginkan, cabut cacing gu dari tubuh Ye."
"Tentu saja. Percayalah, aku selalu menepati janji." Liu Kaifeng tersenyum.
Sang Kakak mengangguk, tidak melanjutkan pembicaraan.
——Dengan kebohongan itu, di tempat ini, setelah baru saja mengalami baku tembak, kami tiba-tiba bekerja sama dengan Liu Kaifeng secara misterius. Meski semua tahu kerja sama ini tidak bisa diandalkan, tetap membuatku merasa sangat aneh. Selanjutnya, kami melakukan pencarian besar-besaran di kota kuno ini. Meski saat ini kerja sama ini penuh kecurigaan, kami memiliki target yang sama: menemukan gua legendaris itu. Entah itu Shambhala atau tempat dikuburnya tulang-tulang Chiyou, menemukan inilah yang paling penting dari segalanya.
Tapi kami hampir mengobrak-abrik setiap sudut kota kuno ini, tidak melewatkan satu pun rumah penduduk, namun akhirnya tidak menemukan apapun. Di kota kuno ini, kami tidak menemukan gua yang layak, bahkan tidak ada catatan tertulis tentang gua tersebut.
"Mungkinkah penduduk di sini mengubur gua itu sebelum melarikan diri?" Nona Qi bertanya terengah-engah. Setelah pencarian yang begitu lama, kami bahkan mulai merasa lapar.
Saya melihat Liu Kaifeng, kali ini dia sudah kehilangan ketenangan dan kepercayaan diri seperti sebelumnya. Saya bisa merasakan bahwa dia mulai menunjukkan sikap agak emosional. Dari sini terlihat bahwa waktu Liu Kaifeng benar-benar tidak banyak lagi. Dalam urusan ini, dia jauh lebih terburu-buru dibandingkan siapa pun. Dia terus-menerus memarahi Naduo dengan kasar. Dari percakapannya, sepertinya dia menyuruh Naduo segera membunuhku, mengira kami bermain tipu muslihat dalam kasus ini. Namun Naduo bersikukuh bahwa sayalah kunci untuk menemukan gua tersebut. Harus diakui, dari sisi ini Naduo memiliki banyak kemiripan dengan Liu Qingci.
Kami melakukan istirahat singkat. Berbeda dengan pasukan Liu Kaifeng yang makan kaleng, jatah makan kami jauh lebih sederhana - masih berupa kue kompresi yang direndam air. Si gemuk makan beberapa suap lalu melempar sendoknya ke tanah dengan marah, berteriak ke arah Liu Kaifeng: "Hei kakek tua! Kalau kita sudah kerja sama, berarti kita sekutu. Bisa kasih kami makan kaleng juga tidak? Pasukan rendahan seperti kami tidak bisa menyamai jatah makan militer resmi kalian. Jujur saja, mulut Tuan Gendut ini sudah terasa hambar seperti burung!"
Ucapan si gemuk sangat memalukan, membuat semua bawahan Liu Kaifeng tertawa terbahak-bahak. Liu Kaifeng tersenyum sinis: "Berikan mereka sedikit. Anggap saja sebagai makanan terakhir. Sebelum malam ini, jika gua itu tidak ditemukan, aku akan mengantarkan kalian semua ke alam baka!"
"Benar saja mereka mengirimkan beberapa kaleng. Aku lihat variasinya cukup lengkap, ada daging sapi, sayuran, bahkan tuna." Si gendut langsung membuka semuanya, air liurnya hampir menetes. "Nona Liu, bukan maksud Tuan Gendut ini mengkritikmu. Kau kan juga orang berduit. Lain kali beli peralatan jangan cuma kue kompresi. Daging kan harganya nggak beda jauh."
"Kurang apa tulang punggungmu? Jangan kira berhasil mengakui perasaan ke Nona Qi lalu boleh seenaknya!" Kutertawa sambil memaki.
"Salah besar. Manusia hidup harus memuaskan lima organ dalam dulu, baru ada mood urusi hal lain." Si gendut mengambil sumpit dan menyumpal mulutnya dengan daging sapi. "Enak, sialan enak banget!" ujarnya sambil makan sambal mengecap-ngecap bibirnya.
Tapi di saat bersamaan, sambil pura-pura mengambil daging dari kaleng, si gendut diam-diam menulis sesuatu di tanah dengan sumpit. Saat kami hendak mendekat, dia batuk-batuk palsu. "Kalian nggak mau makan?"
Aku tahu jika semua mendekat pasti akan ketahuan. Segera kuraih sumpit. "Masa gratis nggak dimakan? Lagian kan nggak bayar."
Di saat itu juga, kulihat tulisan di salju yang dibuat si gendut: "Aku tahu di mana pintu masuknya."
Kuambil sepotong ikan lalu buru-buru menulis di tanah: "Di mana?"
“Dua kemungkinan, satu di bawah kuil Tao, tepat di bawah patung Tiga Dewa Taois, Yang Junsong mungkin ingin menggunakan patung dewa untuk menumpas iblis di bawahnya. Kemungkinan lain adalah di Mata Fengshui kota kuno ini.” tulis Si Gendut.
Setelah menulis, dia menambahkan: “Bukan Mata Fengshui kota ini, tapi di Mata Fengshui Naga Terbang Gunung Salju yang mencakup seluruh pegunungan.”
“Di mana?” tulis Chen Dongfang.
“Aku ingin tahu, apa kita benar-benar harus kerja sama dengan mereka? Tuan Gendut ini merasa tidak yakin!” kata Si Gendut.
Sang Kakak mengangguk, tidak menulis di tanah namun berkata: “Tenang, kau satu-satunya variabel. Untuk yang lain, segalanya terkendali.”
“Baiklah, setelah setengah hari ternyata Yang Mulia masih tidak percaya pada Tuan Gendut ini. Sekalipun kubelah jantungku untukmu, kau pasti akan bilang ini amis! Kalau begitu aku diam saja, uruslah sendiri sesukamu!” gerutu Si Gendut.
Sang Kakak berdiri dan langsung menghampiri Liu Kaifeng. Tak lama kemudian, kulihatnya menunjuk-nunjuk ke arah kuil. Aku tahu dia telah memberitahu prediksi Si Gendut pada Liu Kaifeng.
Si Gendut melempar sumpitnya sambil memaki: “Benda sialan! Tuan Gendut ini memang tidak bisa diandalkan! Perlukah segini ribet? Apa aku tidak bisa langsung cari Liu Kaifeng? Hidup macam apa ini ikut kalian?!”
Aku juga merasa ucapan Kakak tadi yang langsung menyebut Orang Gemuk sebagai faktor ketidakpastian agak keterlaluan. Bagaimanapun, Orang Gemuk ini tidak hanya memberikan prediksi, bahkan dengan susah payah menulis di tanah untuk menutupi sesuatu. Tiba-tiba si penolong malah dituduh sebagai penjahat oleh Kakak. Ini agak tidak masuk akal. Aku segera tertawa mencairkan suasana: "Tuan Gendut, jangan dipikirkan. Kakakku ini memang karakternya begitu. Mungkin dia hanya bercanda denganmu."
"Daun, kamu juga tak perlu menghiburku. Siapa pun bisa bercanda, tapi Sun Zhongmou tidak akan pernah, kecuali matahari terbit dari barat. Aku tidak akan bicara panjang lebar lagi. Sebenarnya aku tahu kekhawatiran kalian hanya takut Tuan Gendut ini punya niat jahat padamu, Ye Jihuan. Hari ini aku bersumpah: Apapun yang ingin dilakukan Yuhuangdao, Tuan Gendut ini jika berkhianat padamu, biar aku mati mengenaskan!" Sumpah itu diucapkan dengan wajah merah padam, jelas Orang Gemuk sedang benar-benar marah.
