Setelah selesai bicara, si Gemuk menepuk bibirnya sendiri dan berkata padaku: "Aduh, Tuan Gendut ini salah bicara, maksudku bukan mengkritikmu."
Aku tak tahu apakah dia benar-benar slip of the tongue, tapi aku paham maksudnya, lalu mengangguk: "Tidak apa-apa."
Kemudian kuperhatikan Naduo, merasa orang ini memang agak aneh. Setidaknya sejauh ini dia seolah tahu segalanya, terutama pernyataannya bahwa istana bawah tanah ini dibangun atas perintah Chiyou oleh suku Miao sebelum perang melasti Kaisar. Kutanyakan: "Jadi tempat ini sebenarnya dibangun Chiyou untuk persiapan kepulangannya, benar?"
"Ya," jawab Naduo.
"Makanya segala cara digunakan untuk masuk ke sini, demi menemukan lorong yang bisa menghubungkan ke dunia asalnya," kataku.
"Setidaknya begitulah fakta saat ini," Chen Dongfang mengangguk. Setelah berkata demikian, dia mendekati pintu perunggu di tepi lorong. Kami semua mengikutinya. Pada pintu perunggu itu terukir gambaran kacau-balau: orang-orang sedang bekerja, burung aneh terbang di langit, monster raksasa berenang di lautan. Rupanya motif ini terinspirasi dari Kitab Gunung dan Laut. Begitu pintu perunggu itu terbuka, tiba-tiba muncul firasat dalam benakku: seolah dengan membuka pintu ini, kita memasuki dunia lain.
Begitu melangkah masuk, mataku langsung terbelalak oleh pemandangan di hadapan - lautan mumi yang berjejal rapat memenuhi seluruh ruangan.
“Kerabat Liu Qingci yang menghilang di luar gunung bersalju, semuanya ada di sini. Kami berdiri di ambang pintu, sekejap merasakan sensasi seperti menghadiri pertunjukan sepuluh ribu Buddha. Para Lama ini duduk tegak satu per satu, membentuk lingkaran, seolah-olah benar-benar mendengarkan ceramah Dharma, lalu semuanya mencapai pencerahan di sini.”
Di luar istana bawah tanah ini terdapat sebuah pintu, menyambung ke dalam yang terlihat seperti gua alami raksasa. Di tengah lingkaran para Lama, terdapat sembilan pilar perunggu raksasa. Pilar perunggu ini sangat tinggi, kulempar pandangan ke atas. Kalau bukan berada di dalam gunung, bahkan kurasakan sembilan pilar ini menjulang menembus awan hingga mencapai langit.
“Tampaknya mereka memang datang dari 'langit' yang disebut-sebut itu. Liu Qingci pernah bilang, Avalokitesvara Bertangan Seribu pernah membangun Tangga Langit di gunung bersalju. Di sini ada Pilar Pendakian Langit. Menurut mereka, dengan mencapai ketinggian tertentu, mereka bisa pulang.” Aku berkata.
“Tidak, ketinggian tertentu pasti tidak cukup. Teknologi sekarang tidak bisa dibandingkan dengan zaman kuno. Tapi Penjahit Hantu adalah orang yang hidup sampai sekarang. Kalau benar mencapai ketinggian bisa sampai ke dunia lain di langit, bukankah penumpang pesawat sudah naik ke dunia dewa semua? Apalagi astronot pesawat antariksa, jangan dianggap!” Chen Dongfang berkata.
Mendengar percakapan kami, si gemuk tertawa terbahak-bahak: “Kalian berdua konyol! Dari omongan saja sudah ketahuan awam. Ini bukan masalah ketinggian, tapi masalah Pintu Langit. Sudah, tidak usah kubahas dengan kalian. Dijelaskan pun kalian takkan paham.”
Saat kami berbicara, Naduo diam-diam berjalan ke depan pilar perunggu itu. Kami segera menyusul. Karena ini orang yang direkomendasikan Kakak, soal kepercayaan tidak jadi masalah. Yang utama kami penasaran apa makna pilar ini. Hasil pengamatan menunjukkan, kesembilan pilar ini memiliki pola ukiran yang sama: naga.
Di pilar perunggu ini terukir sembilan naga raksasa.
Kesembilan pilar ini langsung mengingatkanku pada "Formasi Sembilan Naga" yang disebutkan Orang Gemuk. Jangan-jangan perkataan iblis dalam jantung si Orang Gemuk itu benar? Kutanyakan padanya: "Orang Gemuk, apakah sekte Yuhuangdao punya Formasi Sembilan Naga?"
Mendengar pertanyaanku, wajah Orang Gemuk langsung pucat. Ia menatapku: "Darimana kamu tahu?!"
"Formasi Sembilan Naga itu sebenarnya bukan sembilan naga, melainkan sembilan keturunan naga?" Tanyaku lagi. Awalnya tak ingin membahas ini, tapi naluriku mengatakan jika tidak mengungkitnya, Orang Gemuk akan terus berpura-pura bodhi.
"Sial! Daun, kamu ini sebenarnya siapa?!" Wajah Orang Gemuk putih seperti mayat.
"Jangan tanya asalku. Jawab saja iya atau tidak." Kataku.
"Iya." Jawab Orang Gemuk dengan ekspresi aneh.
"Tepat seperti dugaanku. Di sembilan pilar perunggu ini ada patung sembilan makhluk legendaris keturunan naga. Patung-patung ini diambil oleh Yang Junsong dan diberikan ke Yuhuangdao." Jelasku.
“Pada saat ini, wajah si gendut perlahan mulai kembali berwarna merah darah, namun rasa penasaran dan keanehan di wajahnya semakin menjadi-jadi. Ia mendekatiku dan mengaitkan leherku sambil berkata, ‘Daun, ada situasi apa? Dari mana kamu tahu semua ini? Apakah dari si kakek tua itu, atau orang-orang Yuhuangdao yang menghubungimu? Jujurlah pada Tuan Gendut.’”
“‘Kamu sendiri yang memberitahuku. Suatu malam, kamu berbicara dalam tidur dan menceritakan semuanya sambil memegangiku. Saat itu kukira kamu hanya bercanda. Kalau bukan karena sampai di sini, aku hampir saja lupa urusan ini,’ kataku. Ini juga alasan yang telah kupersiapkan untuk menghadapi si gendut.”
“‘Ada urusan ini?’ Si gendut menggaruk kepalanya sambil bertanya.”
“‘Kalau tidak, mana mungkin aku tahu urusan sekte Yuhuangdao kalian? Aku juga belum pernah mendaki Gunung Kunlun,’ jawabku.”
Tiba-tiba Chen Dongfang berteriak, “Qiu Li! Apa yang kamu lakukan?!”
Mengikuti arah jari Chen Dongfang, kulihat si Raja Iblis pengacau Qiu Li yang selama ini mengikuti kami dengan patuh, ternyata diam-diam telah menyelinap melewati kami dan sedang merayap naik di salah satu pilar!
Qiu Li tersenyum pada kami. Senyuman itu membuat jantungku berdebar-debar. Harus diakui, setiap kali nona ini tersenyum seperti itu, pasti ada masalah besar. Kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari mulutnya, menariknya, lalu melemparkannya langsung ke arah kami.
“Tiarap!” teriak Chen Dongfang keras-keras.
Lalu, aku mendengar suara ledakan "boom" yang dahsyat. Gelombang suara ledakan ini hampir membuat telingaku tuli, terutama para mumi yang banyak hancur menjadi fragmen dan menghujam tubuh kami akibat granat Qiu Li ini. Saat aku hendak mengangkat kepala, Qiu Li melemparkan granat kedua, memaksa kami kembali tiarap.
Saat kami bangkit, Qiu Li sudah memanjat hingga ke udara. Ia menepuk pantatnya ke arah kami seolah mengejek. Si Gemuk geram: "Diam semua ngapain?! Kejar! Jangan lupa nona ini datang bersama Ye Zi! Bukan orang sembarangan!"
Sebenarnya tanpa teriakan Gemuk, Kakak sudah mengejarnya. Meski kecepatan Kakak lumayan, Qiu Li lebih cepat. Julukan "Raja Iblis" Qiu Li berasal dari sifat barbarnya, bukan kemampuan fisik. Tapi kecepatan panjatnya sekarang membuktikan ia menyembunyikan keterampilan - perempuan ini ternyata punya kemampuan bertarung yang cukup mumpuni.
Jika bicara soal keterampilan bertarung terbaik di kelompok kami, Li Qing tak tertandingi. Tapi untuk kecepatan, dialah yang paling unggul. Ia memanjat seperti cicak merayap di dinding. Aku, Gemuk, dan Nona Qi mengikuti dari belakang.
Naduo diam-diam mengeluarkan beberapa serangga dan meniupnya: "Pergilah!"
Kemudian, beberapa serangga kecil di tangan Naduo dengan cepat keluar dari cangkangnya, lalu seperti capung yang tumbuh sayap, mulai terbang menuju Qiu Li.
Kami semua membeku, merasakan bahwa pada saat ini, terbang pasti lebih cepat daripada merangkak. Tapi tepat ketika serangga-serangga ini hampir mendekati Qiu Li, dia hanya tersenyum dingin. Tangannya mengibas, dan serangga-serangga itu langsung jatuh.
Saat itu juga, Li Qing berhasil menyusul Qiu Li. Ia berkata pada Qiu Li: "Jangan macam-macam nona, sedang apa kau?"
Qiu Li mengedipkan mata padanya. Kakak berseru: "Hati-hati! Racun jarum! Itu senjata rahasia Penjahit Hantu!"
Lalu kulihat Li Qing memutar tubuhnya dengan hentakan besar, tapi tampaknya masih gagal menghindari senjata rahasia yang dilemparkan Qiu Li. Tubuh Li Qing bergoyang sambil memeluk pilar ini, kemudian seluruh tubuhnya jatuh bagai panah terlepas dari busur. Chen Dongfang mengatupkan gigi, tiba-tiba melepaskan pilar dan menerjang ke arah Li Qing, menyambar tubuhnya. Tapi seluruh tubuhnya bersama Li Qing jatuh dengan keras.
"Kakak! Selamatkan mereka!" teriakku.
Sebenarnya terkadang, Kakak tidak perlu kami suruh untuk bertindak. Kaki beliau menjejakkan kaki di pilar, seluruh tubuhnya melesat dan berhasil mencengkeram tangan Chen Dongfang. Namun saat itu juga, ketiganya kehilangan titik tumpu. Di detik-detik genting ketika mereka hampir terjatuh, Kakak berhasil menyambar tali yang melayang di hadapannya. Ketiganya terombang-ambing di udara, hanya beberapa jengkal dari tanah.
Aku melirik ke sisi pilar itu. Naduo terlihat lega, namun di balik kelegaan itu tersirat rasa malu.
Kuhembuskan napas panjang. Orang gemuk di pilar sebelahku tiba-tiba berteriak, "Jangan senang dulu! Nona ini ternyata berkhianat dan mengikuti Penjahit Hantu. Untung kau tidak sempat tidur dengannya, bayangkan konsekuensinya! Lagipula, mustahil dia punya niat baik setelah bergabung dengan Penjahit Hantu. Kejar!"
Usai berkata demikian, orang gemuk itu menggertakkan gigi dan mulai memanjat ke atas.
Gerakan Li Qing begitu anggun, menyerupai cicak yang merayap di tembok.
Tapi gerakan si gemuk... apapun sudut pandangnya, tetap saja mirip katak pohon yang sedang memanjat.
