"Lalu siapa yang berhasil melukai Tianzun?" Tanya si gemuk.
Chiyou menggelengkan kepala: "Aku tak ingat jelas."
Aku dan si gemuk tak menyangka ingatan Chiyou ternyata bermasalah seperti tokoh utama sinetron. Namun dari sisa ingatannya yang terfragmentasi, kita bisa menyimpulkan: Ayah kandungku di dunia dewa benar-benar sosok terkuat. Di era saat Chiyou turun ke dunia manusia, dia sudah mengalami masalah dalam pelatihan fisiknya. Karena penghadangan Klan XuanYuan terhadap Chiyou, janin roh Kunlun gagal dibawa pulang. Masalah fisik Tianzun semakin parah, hingga akhirnya di era Liu Bowen pada Dinasti Ming di dunia manusia, para dewa membunuh Tianzun yang sudah bermasalah secara fisik.
"Dunia dewa seperti ini, meski masih samar-samar dalam ingatanku, aku bisa menyadari bahwa dunia itu pasti merupakan dunia yang kuat memangsa yang lemah, yang kuat dihormati, namun kerajaan tak terhindarkan dari perselisihan."
"Walau aku tak ingat jelas siapa orang itu, tapi aku merasakan niat jahat di Gunung Kunlun, itu adalah aliran energi musuh dari dunia dewa." Chiyou berkata.
Aku dan si gemuk saling memandang, si gemuk berkata: "Aku tahu, yang dia maksud adalah Kaisar Qin Shi Huang. Tuan Gendut ini akhirnya paham, seharusnya begini. Dulu Tianzun tahu tubuhnya bermasalah, maka Chiyou turun ke dunia. Belakangan, musuh Tianzun tahu masalahnya dan mengetahui penawarnya ada di dunia manusia, sehingga Kaisar Qin turun. Chiyou, kau datang mencari antidot, sementara Kaisar Qin ingin menghancurkannya. Kalau begitu, arwah Kunlun pasti ada di tubuh Kaisar Qin."
"Benar. Jadi aku harus menemukan dan membunuhnya." Chiyou berseru.
——Melalui percakapan kami, kami perlahan melepaskan keraguan dalam hati. Chiyou ini bukan lagi Dewa Perang kuno yang tak terjangkau, melainkan teman yang bisa berdiri di samping kami. Di masa depan, dia mungkin juga akan menjadi guru yang mengajarkan ilmu beladiri khusus padaku.
“Terakhir, si orang gemuk melihat zirah Jin di tubuh Chi You dan berkata, “Hei Xiong, meski pakaianmu ini sangat keren, kalau di zaman dulu sih masih cocok, tapi di masyarakat sekarang, kalau kau pakai ini keluar, orang-orang bakal mengira kau sedang syuting film. Jadi ganti baju saja, ini namanya mengikuti adat setempat, bukan?”
Chi You mengangguk dan berkata, “Baik.”
Walaupun begitu, postur tubuh Chi You sangat besar. Bukan hanya bajuku, bahkan baju si gemuk pun kecil untuknya. Kami harus menunggu semalaman. Keesokan harinya, si gemuk mengemudikan mobil van Chen Qingshan dan mengantar kami ke Luoyang. Kami malu mengajak Chi You jalan-jalan ke mall—pasti kami akan dianggap bego. Akhirnya Han Xue mengusulkan untuk pergi ke rumahnya dulu, lalu meminta Han Geru membantu menyiapkan pakaian Chi You. Kami setuju dan langsung menuju kompleks rumah Han Xue. Sesampai di sana, Han Geru yang sudah dihubungi lewat telepon telah buru-buru pulang. Meski dikenal hati-hati, matanya menyipit melihat sosok berbaju zirah emas turun dari mobil. Ia menarikku ke samping dan bertanya, “Orang ini benar-benar Chi You? Chi You? Raja Iblis legendaris itu?”
“Masa palsu? Langsung dikeluarkan dari gunung bersalju Tibet oleh XuanYuan Gongjin dari klan Kaisar Kuning Xuan Yuan,” jawabku.
“Sungguh tak terpercaya!” Han Geru berteriak kaget.
“Siapa yang tidak setuju?” Aku tertawa pahit. Seandainya ini tidak terjadi padaku, aku juga pasti merasa seperti sedang bermimpi.
Han Geru juga tertawa: "Aku sendiri sudah merasa telah membayangkanmu sebagai sosok yang sangat kuat, tapi tak kusangka kau malah berhubungan dengan orang seperti Chiyou, aku benar-benar kagum! Tapi kuingatkan dulu - apapun latar belakangmu, jangan sakiti Xue'er, atau aku takkan tinggal diam!"
Han Geru bukanlah tipe orang yang suka ikut campur. Ia segera menelepon dan memanggil beberapa orang. Di telepon, ia mendeskripsikan postur tubuh Chiyou. Akhirnya dikirimkanlah banyak baju, bahkan ada desainer khusus yang datang untuk membuatkan pakaian khusus untuk Chiyou. Saat mencoba baju, akhirnya aku tahu mengapa Chiyou bilang hidupnya tak akan lama lagi.
Tanpa zirah Jin-nya, wajahnya tampak kokoh dan tegas. Tapi di tubuhnya, kerutan-kerutan sudah seperti akar pohon tua yang menjalar. Kulit di beberapa bagian bahkan sudah pecah-pecah. Melihat ini hatiku perih, kuhampiri dan bertanya: "Ada cara untuk mengubah kondisimu?"
Chiyou menggeleng: "Tak tahu. Mungkin ada cara jika kembali ke dunia sana. Tapi selama di sini, mustahil melawan hukum alam. Dibandingkan manusia di dunia ini, umurku sudah termasuk sangat panjang."
Mendengar perkataan Chiyou, ingin rasanya kusampaikan ini pada orang itu yang selalu obsesi dengan keabadian. Bahkan dewa dari dunia immortal pun harus tunduk pada hukum waktu di dunia ini ketika datang ke sini. Mereka juga akan tua, sakit, lalu meninggal. Kau manusia biasa, mengapa masih percaya pada legenda tentang keabadian?
"Artinya, selama kita kembali ke dunia immortal sebelum kau mati, pasti ada solusi, benar?" tanyaku.
“Mungkin.” Chiyou berkata.
“Aku pasti akan mencari cara untuk membuatmu kembali.” Aku berkata.
Kami memilihkan banyak set pakaian untuk Chiyou, juga memanggil tukang cukur untuk merapikan rambutnya. Setelah dirias, penampilan Chiyou hampir tak berbeda dengan manusia modern - hanya posturnya yang lebih tinggi dan sorot matanya yang lebih dalam. Menurut standar kecantikan masa kini, dia jelas-jelas pria berpenampilan menarik dengan kaki panjang. Bahkan si Gemuk tak bisa menahan diri untuk tidak memuji: "Setelah dirias, cowok ini benar-benar tampan."
Setelah penampilan Chiyou selesai, kami berniat mengajaknya jalan-jalan. Terlalu lama terkurung di kedalaman gunung bersalju, pasti dia tak bisa mengikuti perkembangan zaman. Kukira Chiyou akan bertingkah seperti anak kecil penasaran melihat segala hal baru, tapi ternyata dia tetap tenang-tenang saja. Setiap benda hanya dia amati sekilas. Pada akhirnya, selain tak bisa menerima es krim modern, dia sama sekali tidak menunjukkan kesulitan beradaptasi. Tapi saat kami berjalan di jalan, tingkat perhatian yang kami dapat sungguh tinggi - terus-meneruis ada gadis yang melirik dan memberi kami penghormatan. Jujur saja, tiga lelaki dewasa jalan-jalan bersama memang membosankan. Akhirnya kami sendiri juga merasa tak asyik, lalu pulang dengan mobil van tua itu.
Di dalam mobil, dengan nada halus kusampaikan keinginanku untuk mempelajari ilmu beladiri darinya. Setelah mendengar, Chiyou menatapku dan berkata: "Sebenarnya saat pertemuan terakhir, aku sudah mengamati dirimu. Bagi Tianzun (Dewa Tertinggi), kemampuanmu masih terlalu lemah."
Aku mengangguk malu-malu dan berkata: "Ya, memang lemah. Masalahnya, sejak kecil aku tidak pernah terlibat dalam hal-hal seperti ini. Menurutmu, di usiaku sekarang ini apakah masih belum terlambat untuk mulai berlatih?"
"Manusia di dunia dewa memiliki umur yang sangat panjang. Usiamu sekarang masih seperti bayi. Tentu saja belum terlambat. Bukan aku tidak mau mengajarimu, tapi aku lupa caraku dulu berlatih. Selain itu, kultivasi Tianzun berbeda dengan milikku." Chiyou menjelaskan.
"Ini memang sesuai dengan prediksimu." Kataku.
"Tapi setidaknya kamu bisa mengajarkanku sesuatu dulu." Lanjutku.
"Tubuhmu saat ini masih belum sanggup menerimanya." Ujar Chiyou.
Masalah kembali ke titik awal tentang menyalakan lampu jiwa. Aku bertanya: "Bisakah kamu melihat bahwa bahu kiriku sebenarnya kehilangan satu lampu jiwa? Bisakah kamu menyalakannya kembali?"
Chiyou memandangiku sejenak: "Aku tidak memahami hukum dunia ini."
Perkataannya membuatku hampir pingsan. Apakah harapanku yang begitu besar ini tetap tidak bisa membuatku menjadi kuat?
"Tapi aku bisa mencoba memodifikasi konstitusi fisikmu." Katanya.
——Tak kusangka, modifikasi yang dimaksud Chiyou adalah melatihku dengan latihan super intens. Karena terburu-buru ingin mendapatkan kekuatan, malam itu aku memaksanya untuk segera memodifikasiku. Aku kemudian berlari 20 kilometer dengan gigih meski tersendat-sendat. Untungnya fisikku sekarang jauh lebih kuat dibanding sebelumnya, kalau tidak mungkin aku tidak akan sanggup menyelesaikannya.
"Setelah aku akhirnya selesai berlari, dia langsung membawaku ke bendungan yang dibangun Sun Liancheng. Di bawah bendungan ada lubang pembuangan air yang deras, seperti air terjun kecil. Dia menyuruhku berdiri di mulut lubang pembuangan itu."
"Menerima hantaman aliran air."
"Bukan saja aku sudah kehabisan tenaga sekarang, bahkan saat kondisi fisikku paling prima sekalipun, mustahil bisa bertahan di sini."
"Hasilnya aku dilemparnya ke sana lalu terseret arus."
"Kemudian dilempar lagi, terseret lagi."
"Sepanjang malam ini, yang kurasakan bukan perubahan fisik, tapi nyaris kehilangan separuh nyawa."
