Kulihat kehancuran di sekeliling, mayat-mayat rekan seperjuangan yang berserakan, serta pasukan terakota yang mundur selangkah demi selangkah melihatku bangkit. Kubantu Kakak yang bersimpuh, bola matanya berkedip. Bibirnya bergerak seolah ingin bicara, namun darah terus mengucur. Kukatakan padanya, "Istirahatlah. Serahkan sisanya padaku. Kau sudah terlalu lama menjagaku. Sekarang giliranku."
Kugendong Kakak dan kubaringkan di samping si Gemuk yang sudah sekarat. Nona Qi dalam pelukannya juga tak kalah parah. Satu per satu kubawa Chen Dongfang dan Li Qing ke belakangku.
“Terima kasih, terima kasih atas semua yang kalian lakukan untukku!” Aku membungkuk hormat kepada mereka.
Setelah berbalik, di medan perang yang penuh mayat itu, sepertinya aku menjadi satu-satunya yang masih berdiri. Meski sendirian, patung-patung tentara itu justru menunjukkan ketakutan yang luar biasa. Saat aku melangkah mendekat, mereka malah mundur perlahan.
“Teman Ye, tangkap!” XuanYuan Gongjin mengangkat Pedang XuanYuan dari lantai dan melemparkannya ke arahku. Aku menyambutnya lalu langsung menerjang ke dalam formasi musuh.
Saat ini aku masih tidak menguasai metode misterius apa pun. Tidak seperti si Gemuk yang bisa memanggil hujan pedang atau Empat Kuda Mitos. Setelah menyalakan Lampu Jiwa, yang kurasakan tetap adalah kekuatan dahsyat yang tak ada habisnya. Kali ini, kekuatan itu jauh lebih besar dibanding saat si Gemuk hanya menyalakan lampu sementara untukku.
Menyalakan Lampu Jiwa yang sesungguhnya jelas berbeda level dengan sekadar menggunakan mantra kertas kuning untuk menyalakannya sementara.
Aku menerobos formasi pertahanan mereka. Di mana pun pedang panjang ini menghunjam, segalanya berubah menjadi abu.
Ini adalah pembantaian.
Dulu saat si Gemuk menyalakan lampu sementara untukku, aku akan mengamuk begitu mulai membunuh. Kini dengan Lampu Jiwa yang sesungguhnya, efek itu semakin menjadi-jadi. Begitu membelah tubuh patung tentara pertama, aku sudah kehilangan kendali. Dalam pandangan dan hatiku, hanya tersisa insting membunuh yang liar.
Sampai akhirnya, sebilah pedang kuno perunggu menahan Pedang XuanYuan di tanganku. Orang yang dikelilingi aliran energi kekacauan itu menyunggingkan senyuman sinis padaku: "Membantai rakyatku dengan kejam seperti ini, apa tidak keterlaluan?"
"Rakyatmu?" Aku membalas dengan senyuman sinis yang sama.
Mengorbankan rakyat tak terhitung dari dunia manusia untuk membuat tentara terakota, demi pasukan abadimu yang akan menyerang dunia dewa di masa depan. Ini semua arwah tak berdosa dari dunia manusia, berani-beraninya kau menyebut mereka rakyatmu?
Aku mencabut pedang, tak mau membuang waktu. Tebasan berikutnya masih mengarah vertikal padanya. Di langit, Chiyou yang memegang pedang menyambar horizontal ke bawah. Saat sampai di sampingku, matanya berbinar-binar: "Aura Tianzun semakin kental terasa darimu sekarang."
"Mari kita bertarung bersama." Kataku.
Chiyou yang asli saja sudah bisa imbang melawan Kaisar Pertama Qin. Sekarang dengan bantuanku, kami berdua menyerangnya secara bersamaan. Tak lama dia terjepit. Zirah emasnya tertembus oleh tusukan pedangku. Pedang perunggu di tangannya sudah patah. Rambutnya terurai berantakan, terlihat sangat compang-camping. Bahkan ketakutan bisa kulihat dari sorot matanya.
"Jika kau mau memberitahuku semua rahasia dunia dewa, mungkin aku akan mengampuni nyawamu." Ancanku.
"Kau bermimpi!" Teriak Kaisar Qin sambil berusaha melesat ke langit.
"Bunuh dia!" Perintahku pada Chiyou.
Aku dan Chiyou mulai bergegas maju, pertarungan, pada saat ini sudah menjadi insting bawaan, namun tepat saat pedang panjang kami hendak menusuk Kaisar Pertama Qin, tiba-tiba, di langit muncul tangan raksasa disertai dengusan dingin, kemudian tamparan ini langsung melibas kami berdua ke tanah.
Tenaga tamparan ini, kurasakan dalam sekejap hampir membuat seluruh tubuhku remuk.
Setelah itu, tiga bayangan samar mulai muncul di langit.
Mereka berdiri di tengah kekosongan, wujudnya hampa kabur, kutahan darah yang hendak muncrat dari dada, menatap tiga bayangan di langit. Aku tahu, yang harus datang akhirnya datang. Ini bukan pertarungan yang adil. Para penghuni langit yang ingin memusnahkanku sampai ke akar, pasti takkan membiarkan kami memenangi pertarungan ini.
Kaisar Pertama Qin berdiri, menatap tiga bayangan di langit sambil tertawa gila: "Utusan dunia dewa sudah datang, masih belum mau menyerah? Apa kabar Jenderal Perang Nomor Satu bawahan Tianzun? Putra Tianzun? Bukankah mayatmu juga akan bergeletakan di sini?"
Tamparan dari tiga bayangan ini langsung menjatuhkan aku dan Chiyou. Kali ini, aku benar-benar merasakan ancaman kematian. Dari Penjahit Hantu sudah terlihat tekad dunia dewa untuk membunuhku. Kemunculan tiga bayangan ini pasti takkan menahan serangan. Sementara di pihak kami, XuanYuan Gongjin yang mewakili kekuatan tempur tertinggi juga sudah kehilangan kemampuan bertarung.
Apakah kali ini benar-benar tak ada kesempatan untuk membalikkan keadaan?
“Jangan panik.” Saat ini Chiyou berkata padaku. Setelah mengucapkan kalimat ini, dia langsung menutupi dadanya sendiri, jelas terlihat sangat kelelahan.
“Tuan Muda, sebenarnya aku tidak kehilangan ingatan, ingatlah, kita adalah ras Long, ras yang paling agung. Tianzun adalah Dewa Perang yang paling hebat.” Chiyou berkata sambil mengeluarkan darah keemasan dari mulutnya setiap kali berbicara, terlihat sangat melelahkan.
“Kamu jangan bicara lagi, istirahatlah yang baik.” Kataku padanya.
“Tidak, beberapa hal jika tidak diucapkan sekarang akan kehilangan kesempatan. Masalah fisik Tianzun bukan karena kesalahan latihan, tapi karena dia sedang mengejar sumber kekuatan ras Long. Aku datang ke dunia manusia bukan karena janin suci Kunlun, tapi karena Tianzun menemukan bahwa Naga Purba yang sesungguhnya ada di sini. Orang-orang di sini menyebut diri mereka keturunan naga, bukan tanpa alasan. Formasi Sembilan Naga yang kugunakan gagal membawaku kembali karena aku melihatnya, Sang Naga Purba.” Chiyou berkata sambil menopang tubuhnya dengan pedang untuk berdiri.
Dia menatap Kaisar Pertama Qin di langit dan tiga bayangan itu. Kaisar Pertama Qin berkata: “Aku akan memberimu satu kesempatan terakhir, bersujud dan mohon ampun, aku akan meninggalkan mayat utuh untuk kalian berdua.”
Chiyou menengadah sambil tertawa: “Apakah dunia manusia benar-benar lemah seperti yang kalian bayangkan? Membantai semua kultivator di kerajaan, membakar semua kitab suci, apakah itu bisa menghancurkan dunia manusia? Tahukah kalian di antara tiga dunia, meski terlihat paling lemah, tak ada yang bisa menyerang dunia manusia? Kesalahanmu adalah datang ke sini.”
Setelah mengucapkan itu, Chiyou duduk bersila di tanah.
Dengan dirinya sebagai pusat lingkaran.
Semburat cahaya emas muncul.
Dalam sekejap menyapu seluruh permukaan bumi.
Diiringi sapuan cahaya emas ini, sembilan posisi mengeluarkan sembilan auman menggelegar yang mengguncang Langit Bumi.
Sembilan monster raksasa muncul dari sembilan arah yang berpusat pada Chiyou. Sembilan monster mengerikan itu sangat kukenal.
Sembilan keturunan naga, setiap baris berbeda.
Qiu Niu, Ya Zi, Chao Feng, Pu Lao, Suan Ni, Bi Xi, Bi An, Fu Xi, Chi Wen.
Meski berbeda, mereka tetap disebut sembilan naga.
Ketika sembilan naga muncul bersamaan, mereka menyatu menjadi seberkas cahaya emas.
Wajah Chiyou menua dengan cepat - satu-satunya bagian muda di tubuhnya. Kulitnya mulai retak, darah keemasannya meresap ke bumi di bawah kakinya.
Seiring lenyapnya sembilan keturunan naga, darah Chiyou pun mengering.
Tanah di bawah kami mulai retak dan berguncang. Kutekan tubuhku berdiri, menarik semua orang. Saat kami terbang ke angkasa, dari ketinggian tampak jelas Gunung Kunlun yang berguncang hebat telah berubah menjadi seekor naga raksasa yang tengah merangkak.
Akhirnya, sebuah kepala naga yang luar biasa besar muncul dari bawah kaki Chiyou. Ini adalah kepala naga yang sesungguhnya, memiliki keangkeran dan kewibawaan tak tertandingi. Mata naganya yang bulat melotot memandang Kaisar Pertama Qin di langit dan tiga bayangan. Kemudian ia menggeram rendah, mengulurkan cakar naga untuk menangkap empat orang termasuk Kaisar Qin ke dalam genggamannya. Keempat bayangan yang selama ini berada di tempat tinggi itu seketika hancur berkeping-keping.
Setelah itu, naga raksasa ini memutar tubuhnya memandangku dan Teman-teman di belakangku. Ia berusaha bangkit, namun saat mencoba berdiri, rantai besi raksasa yang mengikatnya tertarik.
Naga yang tubuhnya menyamai gunung ini ternyata terbelenggu oleh rantai besi ke tanah!
Aku membelalakkan mata. Rantai seperti apa yang mampu mengikat naga seperti ini? Siapa yang memiliki kemampuan untuk membelenggu naga raksasa semacam ini?
Naga itu menatap rantai. Kebanggaan dirinya seolah tak mengizinkan untuk tetap terbelenggu. Ia terus berguling dan mengaum, menciptakan gempa bumi dan gunung berguncang, namun sia-sia. Akhirnya, ia tampak putus asa. Setelah memberikan tatapan terakhir padaku, ia kembali menundukkan telinga ke tanah. Tubuhnya yang tertelungkup itu kembali berubah menjadi Gunung Kunlun yang luas tak bertepi di bawah kaki kami.
