Saat kami hampir terlibat konflik dengan prajurit yang menghalangi langkah kami, sebuah truk militer berhenti di luar. Pria berkacamata di dekat orang tua itu turun dari mobil dan berteriak pada para prajurit, "Hentikan!"
Selanjutnya, Sun Liancheng juga turun dari mobil. Dia berdiri di sana sambil tertawa pada kami, "Kalian pasti tidak bisa menebak siapa yang akan datang."
"Lagi mau main akal-akalan apa?" teriak si Gemuk.
Meski aku sudah berubah, si Gemuk tetap sama. Setelah lukanya sembuh, lidahnya masih sama tajamnya. Tapi tiba-tiba, Sun Liancheng membuka pintu mobil. Seorang pria turun dari mobil yang membuat kerumunan kami membeku. Setelah kebekuan itu, tubuh Kakak hampir tidak bisa berdiri tegak. Kakak yang selalu kuat dan hati-hati ini tiba-tiba mencengkeram tanganku. Kurasakan seluruh tubuhnya gemetar.
Chen Dongfang menelan ludah. Matanya berkaca-kaca saat memandang pria yang tersenyum tipis pada kami dari mobil, "Tianhua Ge."
Wajah pria yang turun dari mobil itu sangat familier. Sangat-sangat familier. Bukan hanya karena wajahnya yang hampir mirip dengan Kakak, tapi terutama karena foto-fotonya terpajang dari ujung ke ujung di ruang tamu rumah kami!
Dialah ayahku Ye Tianhua! Orang yang dikuliti lebih dari dua puluh tahun silam.
Dia mengenakan seragam militer lengkap, tetap tampan dan muda seperti yang selalu kubayangkan selama ini. Juara pasukan yang gagah itu tersenyum dan membuka kedua tangannya kepada kami, ingin memeluk kami. Aku bingung harus bagaimana. Kakak terus menggigil tak terkendali. Saat itulah Chen Dongfang maju, menepuk bahu Kakak sambil berkata, "Zhongmou, bukankah selama bertahun-tahun ini kamu sangat merindukannya? Dia sudah kembali. Pergilah."
Dengan susah payah, Kakak melangkahkan kaki pertama. Lalu langkah kedua. Akhirnya, dengan langkah gesit ala pendekar, Kakak menerjang ke depan. Tapi alih-alih memeluk ayahku Ye Tianhua, dia justru bersimpuh di hadapannya.
Aku pun mendekat. Aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Bahkan setelah tahu asal-usulku, statusnya sebagai ayah sebenarnya masih ambigu. Tapi bagaimanapun ini adalah pemberi kehidupanku, ayahku di dunia ini. Aku pun memeluknya erat-erat.
Ini mungkin momen paling mengharukan yang kualami dalam satu dua tahun terakhir.
Akhirnya Kakak juga berdiri. Kami bertiga berpelukan. Ayahku Ye Tianhua berkata dengan mata berkaca-kaca, "Kalian sudah dewasa... sudah dewasa... Semuanya sudah besar. Bagus... bagus sekali."
Chen Dongfang pun mendekat. Tangannya dan ayahku berjabat erat. Dua sahabat seperjuangan itu saling memandang. Mereka adalah kawan seperjuangan, teman, juga saudara. Tanpa sepatah kata pun, segalanya telah terungkap dalam diam.
Si gemuk akhirnya mendekat dan berkata, "Wah, Anda ini Ye Tianhua si juara pasukan yang legendaris itu?"
“Tian Shi Liu Tianci dari Yuhuangdao, aku mengenalmu.” Ayahku mengulurkan tangan ke pria gemuk itu. Pria itu terdiam sejenak lalu berkata: “Melihat muka Daun, aku akan memaksakan diri untuk berjabat tangan dengan orang biasa sepertimu ini.”
“Merupakan kehormatan besar.” Ayahku Ye Tianhua tertawa terbahak-bahak.
“Sudah cukup basa kalian? Ayo pergi, kita makan.” Pria berkacamata berkata saat ini.
Kami memanggil beberapa mobil. Setelah naik, kami menuju sebuah hotel dan memasuki ruang VIP bertanda 'Tian'. Di dalam ruangan, pria gemuk itu bertanya: “Paman Ye, bagaimana Anda bisa hidup kembali? Kami tadinya berencana untuk menghidupkan Anda.”
Ye Tianhua menuangkan segelas minuman keras: “Tugas asliku mungkin adalah menyalakan lampu jiwa Daun. Ingat peti mati yang diberikan Penguasa Sembilan Kegelapan kepada kalian? Di dalamnya ada kulitku sendiri. Tak disangka, karena terlalu khawatir melihat kalian terluka, Daun malah membangkitkan potensinya sendiri. Lampu jiwanya yang sudah dipadamkan menyala kembali. Jadi tak perlu lagi aku pura-pura mati, langsung bangkit. Tapi soal siapa yang menghidupkanku, itu adalah Xiao Sun.”
Kami serentak menatap Sun Liancheng. Kali ini dia tersenyum dengan malu-malu. Dia mengangguk: “Ini hanya hal kecil yang kubantu.”
Persis setelah ucapannya, pria berkacamata tiba-tiba menerima telepon. Dia berdiri dan berkata kepada kami: “Silakan makan dulu, aku perlu pamit sebentar.”
Dia keluar, hanya berhenti di luar sekitar tiga menit lalu masuk kembali. Saat masuk, kacamatanya tertutup kabut air. Melihat keadaan ini, ayahku segera berdiri dan mendekat, ingin menepuk bahu pria berkacamata itu. Namun pria itu mengulurkan tangan menghentikannya: "Saya baik-baik saja."
Wajah ayahku yang tadinya penuh senyum tiba-tiba berubah muram saat duduk kembali. Merasakan suasana yang tidak biasa, aku bertanya: "Ada apa? Terjadi sesuatu?"
Pria berkacamata melepas kacamatanya. Ia mengusap air mata di sudut mata. Kulihat matanya berkaca-kaca dan merah seluruhnya. "Perwira itu sudah pergi," katanya.
Si gemuk yang sedang menjepit sayuran ke mulutnya menjatuhkan makanannya ke lantai: "Apa?!"
Aku juga terkejut. Aku masih menunggu si kakek tua menunjukkan kartu andalannya. Ternyata dia benar-benar pergi? Pergi begitu saja?
Pria berkacamata mengangguk: "Kebaikan, dia pergi. Sebenarnya dia berada di rumah sakit yang sama dengan kalian. Baru saja... Tian Hua, sampaikan pada anak-anak ini. Meski perwira bilang tidak perlu, tapi sekarang dia sudah tiada. Mereka juga akan segera pergi. Saatnya mereka tahu."
"Hmm?" Sejenak firasat buruk menghantuiku. Apakah semua ini menyimpan rahasia lain?
Ayahku menghela napas: "Syukurlah semuanya berakhir. Penderitaan panjang perwira selama ini tidak sia-sia."
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya si gemuk.
Selanjutnya, ayahku Ye Tianhua perlahan-lahan menceritakan kebenaran yang sama sekali tidak kami ketahui sebelumnya.
——Sebenarnya pada masa lalu, anggota Jalan Hantu - termasuk kakekku Ye Jiangnan, Li Xianglan dari keluarga Li, dan Sun Congwu - setelah mengetahui rahasia Jalan Hantu bahwa Guo Zhongyong hanyalah boneka Penjahit Hantu, meski ditawari ilusi keabadian oleh Penjahit Hantu dan Guo Zhongyong, mereka dengan cepat memilih kubu. Maka pembunuhan Guo Zhongyong dari Jalan Hantu saat itu dilakukan melalui kerja sama Tiga Pintu Jalan Hantu dengan perwira.
Perlu diketahui, saat itu sang perwira belum menjabat. Jalan Hantu memiliki banyak koneksi di lapisan atas. Doktrin keabadian mereka memikat banyak orang. Oleh karena itu dalam memberantas Jalan Hantu, diperlukan tindakan cepat dan tepat. Seluruh anggota aliran Guo Zhongyong dari Jalan Hantu dihabisi sekaligus dalam satu malam.
Saat memberantas Jalan Hantu namun tak berdaya menghadapi Penjahit Hantu, mengenai nasibku, akhirnya sang perwira yang memutuskan untuk membiarkanku lahir!
Seharusnya kami sudah menyadari hal ini. Dalam situasi saat itu, mustahil sisa Tiga Pintu Jalan Hantu bisa kabur dengan selamat jika tidak ada yang menahan serangan. Mustahil ayahku Ye Tianhua bisa mengeluarkanku dari bawah Shennongjia dengan mudah tanpa izin diam-diam.
Pelaksanaan terakhir Rencana A rahasia tingkat tinggi sebenarnya adalah Rencana Membantai Dewa.
Tujuannya untuk mengepung Penjahit Hantu dan Kaisar Pertama Qin yang bersembunyi di dalam Gunung Kunlun, menghabisi semua musuh yang bersembunyi di dunia manusia sekaligus.
"Sejak saat itu, Yuhuangdao, ayahku Ye Tianhua, kakekku Ye Jiangnan, termasuk sang perwira, bahkan Sun Liancheng—sebenarnya semua sedang berakting.
Sandiwara ini sangatlah kompleks.
Bukan hanya untuk menjebak Penjahit Hantu.
Tapi juga membuat Yuhuangdao bahkan klan XuanYuan yang bersikap ambigu itu akhirnya memilih tegas berpihak padaku.
Berakting harus sampai tuntas. Maka, termasuk Tang Renjie dan Liu Kaifeng, semuanya terjebak dalam perhitungan sebagai pion. Konspirasi ini sangat besar, melintasi puluhan tahun, melibatkan terlalu banyak orang dan intrik. Setiap langkah sangat krusial.
Setiap langkah adalah hasil kalkulasi matang sang perwira dan tim penasihat strateginya, termasuk kakekku. Meski Penjahit Hantu waspada dan cerdik, akhirnya dia terperangkap dalam rencananya sendiri yang sengaja dipancing melalui pertumbuhanku dan pengkhianat-pengkhianat yang mendekatinya.
"Bukan kalian selalu selamat, tapi setiap langkah kalian sudah direncanakan dengan teliti." Ayahku Ye Tianhua berseru.
"Lalu apa tujuannya melakukan semua ini?" Si gemuk mengerutkan kening.
"Dia ingin membereskan celah tersembunyi, menyelesaikan masalah warisan sejarah. Tiongkok Baru sudah berdiri, ini masyarakat baru. Semua ini harus diselesaikan." Pria berkacamata menjawab.
Aku mengernyit, tak tahu harus berkata apa.
"Pimpinan senior tahu, membunuhmu akan menyelesaikan masalah selamanya, tapi dia tidak memilih itu. Dia berpikir mungkin kau adalah teman kami. Kau harus tahu risiko apa yang harus ditanggung saat memutuskan melepaskanmu kala itu. Semuanya harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan tepat, karena jika benar-benar ada orang dari dunia itu datang ke sini, itu akan menjadi bencana bagi dunia manusia. Ketika pimpinan senior masih hidup, dia bilang setiap hari mengawasimu terasa seperti berjalan di atas kawat baja." Pria berkacamata berkata.
"Kalau begitu mari kita bersulang untuknya!" Aku berdiri sambil mengangkat gelas.
