“Benda apa ini?” tanyaku.
“Diagram bintang yang ditinggalkan Laozi pada masa lalu, bukankah waktu itu aku sudah mengambilnya kembali dari gunung bersalju? Saat itu kami meneliti bahwa sebenarnya ada sebuah metode pada diagram bintang ini. Tentu Shibo juga hanya membuat prediksi. Sekarang tampaknya rute yang kami tempuh memang sesuai dengan yang ada di diagram bintang. Rupanya jalan yang ditinggalkan Laozi saat kembali ke dunia manusia itu memang merupakan petunjuk bagi manusia untuk naik ke dunia langit.” Kata si orang gemuk.
Sebenarnya pada saat ini kami mulai merasa gelisah, karena tidak ada yang tahu berapa jauh lagi perjalanan yang harus ditempuh. Bahkan kami mulai meragukan penilaian sendiri, mempertanyakan apakah metode yang kami pilih sejak awal ini benar atau salah. Dengan kebimbangan ini, kami melanjutkan perjalanan selama sebelas hari berikutnya. Selama sebelas hari itu, suasana di antara kami sangatlah hening.
Tepat pada hari itu, peti naga emas berkepala emas ini tiba-tiba mengalami guncangan dahsyat yang hampir membuat bumi berguncang dan gunung bergoyang. Meski kemampuan kami sekarang sudah jauh berbeda dengan sebelumnya, kami tetap tidak bisa melawan guncangan seperti ini. Saat itu Long berkata kepada kami: "Duduk dengan mantap! Kurasa kita akan mendarat!"
Lalu terdengar suara gemuruh yang mengguncang bumi dan gunung. Setelah dentuman besar itu, segalanya kembali tenang. Namun getaran dahsyat terakhir ini membuat kami terhuyung-huyung. Tutup peti mati naga emas berkepala emas pun tak sanggup menahan benturan hebat ini, langsung menggelinding ke samping. Aku adalah yang pertama sadar dari kondisi koma ini. Kucoba membangunkan kakak di sebelahku, tapi sulit sekali. Pastinya mereka tidak akan mati hanya karena benturan seperti ini, paling-paling pingsan. Kutenangkan pikiran, saat ini yang paling penting adalah melihat dunia luar, apa bedanya dunia dewa yang disebut-sebut dengan dunia manusia.
Dengan susah payah kumerangkak keluar dari peti naga Pemimpin. Saat berhasil keluar, napasku langsung tersengal melihat pemandangan di sekeliling. Di segala penjuru beterbangan cahaya merah temaram seperti lentera-lentera yang menggantung di pepohonan raksasa kuno setinggi langit. Kutolehkan pandangan ke bawah, tujuh naga raksasa jelmaan energi bumi jalur naga telah lenyap, hanya menyisakan dua ekor naga yang tiarap di tanah.
Adanya lentera membuktikan ada yang tinggal di sini, karena penghuni dunia dewa sebenarnya adalah orang-orang yang mengincar nyawaku. Aku tidak yakin apakah mereka akan membunuhku, jadi untuk sementara aku tidak berani membuat gerakan mencurigakan. Aku berniat membangunkan mereka dulu dan memberi tahu bahwa kami telah masuk ke dunia lain. Namun saat aku menoleh, tiba-tiba salah satu cahaya merah menyala bergerak. Dalam sekejap, suara gemuruh besar terdengar di sekeliling. Semua lentera merah itu seolah hidup, dan seketika itu pula aku baru sadar - yang mengelilingiku adalah sekumpulan binatang buas raksasa! "Lentera merah" yang kukira ternyata adalah mata monster-monster itu!
Begitu mereka mulai bergerak, seluruh kawanan langsung mengepungku. Baru sekarang aku bisa melihat rupa mereka dengan jelas. Mereka adalah monyet, monyet berukuran luar biasa besar. Tapi agak kurang tepat jika menyebut mereka monyet biasa. Bentuk mereka lebih mirip monyet iblis yang pernah kulihat di film-film!
Melihat situasi sekarang, sepertinya kami telah memasuki wilayah kekuasaan monyet-monyet ini. Cepat-cepat kuangkat tangan dan berkata, "Hei, entah kalian mengerti atau tidak, aku tidak sengaja masuk ke sini. Tidak ada niat menghina. Jika kalian tidak suka, aku bisa segera pergi!"
"Aku tidak berbicara mungkin lebih baik, tepat setelah aku mengucapkan kalimat ini, monyet itu menyeringai ke arahku. Salah satu monyet bahkan mengayunkan tinju raksasanya dan langsung menghantam ke arahku. Kecepatannya sangat luar biasa, aku hampir ketakutan. Dalam hati aku berpikir, sialan, pantas saja ini dunia dewa, bahkan monyet pun sehebat ini. Aku sebenarnya bisa menghindari serangannya, tapi jika aku menghindari pukulan ini, tinjunya akan menghantam peti naga emas di belakang. Aku juga ingin menguji kekuatan tempur asli monyet raksasa pertama yang kuhadapi di dunia dewa ini. Jadi aku mengangkat tinjuku dan langsung menghantam tinjunya.
Perbedaan ukuran tubuh kami sangat jauh, tapi dari tabrakan tinju ini, kurasakan kekuatan yang luar biasa dahsyat. Aku terpental beberapa langkah oleh pukulan ini, tapi monyet raksasa itu juga mundur ke belakang sampai menabrak beberapa pohon besar sebelum akhirnya bisa menstabilkan tubuhnya.
"Terima kasih atas keringanan tangan! Aku benar-benar tidak bermaksud menghina. Di tempat asalku, kita adalah saudara dekat!" Aku buru-buru menyampaikan hormat dengan tangan terkepal.
Tapi setelah kuhantam mundur, monyet ini tampak marah. Dia menggebrak dada sendiri dengan kedua tinju, mirip seperti gorila di Bumi. Kemudian dia mengaum keras dan kembali menyerangku. Serangannya yang kedua ini tidak kutakuti, masalahnya yang menyerang bukan hanya satu monyet lagi, tapi semua monyet di sekitar mulai bergerak. Ini benar-benar ritme pengepungan!
Tepat pada saat ini, kepala orang gemuk muncul dari dalam. Melihat situasi ini, dia langsung memaki: "Sialan! Situasi apa ini?!"
Aku terus-menerus menghindar. Meski tenagaku sedikit lebih besar dari kera raksasa ini, tetap tidak bisa menahan serangan beramai-ramai. Aku berteriak pada si gemuk: "Cepat bangunkan mereka! Kita terjatuh di gua tirai air di Gunung Bunga dan Buah! Monyet-monyet ini mau mengikat kita untuk menghadap Raja Kera Qitian Dasheng!"
Sebenarnya tanpa perlu kukatakan, beberapa orang yang sudah bangun sejak awal langsung bergabung dalam pertarungan. Tapi kawanan monyet ini memiliki kekuatan kasar tak tertandingi. Hanya aku yang punya lampu jiwa masih bisa melawan. Kecuali kakak, mereka semua mulai kewalahan. Ingin kuselamatkan mereka, tapi jumlah monyet mencapai puluhan, sama sekali tidak bisa lepas.
"Waduh, apa kita baru sampai di dunia dewa langsung dibunuh monyet?" si gemuk mengumpat.
"Mundur! Mundur ke peti kepala naga!" seruku.
Kami mulai bertahan sambil mundur. Saat kami hampir kembali ke peti naga Pemimpin, tiba-tiba terdengar suara siulan. Setelah siulan itu, monyet-monyet yang tadi sedang menghajar kami tiba-tiba berhenti. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi kulihat di kejauhan ada seekor monyet yang lebih besar dan gagah sedang berjalan mendekati kami. Ketika sudah sampai di dekat kami, tanpa perlu bicara lagi, dari ukuran tubuhnya saja kurasakan monyet ini mungkin raja dari kawanan monyet. Segera kukatakan: "Anda pasti Sang Raja Monyet? Kami benar-benar tidak sengaja datang ke sini, sama sekali tidak bermaksud menghina!"
Sang Raja Monyet itu memandangku dengan mata merah darahnya yang besar. Di bawah pengamatan kami, ia meletakkan tangannya di tanah dan membuka telapak tangan. Setelah telapak tangan terbuka, kulihat seekor monyet putih berukuran hampir sama dengan manusia melompat turun. Monyet ini berjalan tegak seperti manusia. Kurasakan aura ketuaannya yang sangat kuat, baik dari sorot matanya maupun bulu putih yang menutupi tubuhnya.
"Aku mencium bau yang familiar, nak. Apa yang kau peluk di dadamu itu?" Monyet tua ini ternyata bisa berbicara.
Sekejap aku girang bukan main. Monyet dari dunia dewa bisa bicara memang tidak aneh, yang membuatku senang adalah mereka ternyata menggunakan bahasa yang sama dengan kami, bukan bahasa asing!
Aku belum sempat bicara, dia melambaikan tangan, kalung Chiyou Sheli zi yang tergantung di leherku langsung terputus sendiri dari leherku, melayang ke arahnya. Benda ini sangat vital bagiku, tapi saat aku ingin meraihnya sudah terlambat, Sheli zi itu langsung direbut oleh monyet itu ke tangannya.
Saat tangannya menggenggam Sheli zi ini, dia tampak kebingungan memeriksa benda itu, seolah sedang mengamati sosok kecil di dalamnya.
Tepat di saat ini, tiba-tiba suara Chiyou bergema di segala penjuru bertanya: "Tongbi Yuanhou, tidak mengenaliku lagi?"
Monyet putih berbulu tua ini langsung berubah pucat wajahnya saat mendengar kalimat itu, kemudian langsung bersimpuh ke tanah: "Jenderal Chiyou?! Benarkah Anda?! Bukankah Anda sudah tewas?"
"Ini aku. Sekarang aku tak punya tenaga untuk bicara panjang. Orang di hadapanmu ini siapa kau pasti tahu. Lindungi dia, juga teman-temannya. Jangan lupa kebaikan yang pernah kuberikan dulu. Jika kau berani mengkhianati mereka, kau tahu akibatnya." Kata Chiyou.
"Tidak mungkin! Jenderal Chiyou tenang saja. Setelah Tianzun jatuh, kami semua dengar Penerus dikirim ke dunia yang dulu Anda tuju. Sudah bertahun-tahun, aku selalu menunggu kepulangan Penerus!" Kata monyet putih itu.
"Baik. Urusan selanjutnya, serahkan padamu." Kata Chiyou. Setelah mengucapkan ini, suaranya menghilang, seolah akan terlelap kembali.
Monyet putih ini, setelah Chiyou mengucapkan kalimat terakhir, langsung bersimpuh di hadapanku. Katanya: "Tongbi Yuanhou tidak mengetahui identitas Pangeran Muda, mohon pengampunan!"
Setelah berkata demikian, tiba-tiba dia tegang. Telinganya bergerak-gerak, lalu menatap ke langit: "Pangeran Muda, mereka sudah tahu kedatanganmu. Pasukan besar telah datang untuk membunuh, cepat pergi!"
Setelah itu, monyet raksasa itu merundukkan tubuhnya. Monyet tua berbulu putih berkata: "Pangeran Muda, Tongbi Yuanhou unggul dalam kecepatan. Tempat ini tidak aman, cepat naik ke punggung mereka!"
Saat itu, kami tidak bisa memikirkan hal lain. Dari penampilannya sekarang, monyet tua berbulu putih ini adalah kenalan Chiyou. Kami segera naik ke tubuh monyet raksasa itu. Kemudian, monyet tua itu melolong, dan kawanan monyet mulai membawa kami berlari kencang.
Belum jauh kami melarikan diri, cahaya pelangi bertubi-tubi turun dari langit, mendarat di tempat peti naga emas kami jatuh.
Kawanan monyet raksasa ini membawa kami lari hingga mencapai sebuah jurang gunung. Di dalam jurang ini terdapat lebih banyak monyet raksasa serupa. Dari postur dan penampilannya jelas terlihat, yang menyerang kami adalah monyet jantan, sementara di jurang ini terdapat betina, anak monyet, dan monyet tua yang sangat renta.
Cara bermasyarakat kawanan monyet raksasa ini ternyata mirip dengan manusia di dunia fana?
Baru sampai di sini, belum sempat bernapas, monyet tua berbulu putih itu sudah berkata: "Mereka sudah mencium aliran energi kita, sudah mengejar ke sini!"
