Kami menyaksikan kepergian wanita itu. Setelahnya, Shang Guan Wu Wei menatap Nan Gong Li: "Senior, terima kasih."
"Terima kasih untuk apa?" Tanya Nan Gong Li.
"Untuk pedang Senior." Jawab Shang Guan Wu Wei.
Nan Gong Li menggelengkan tangan: "Seribu orang yang melihat pedangku akan punya seribu pencerahan berbeda. Apa yang kau pahami mungkin bukan maksudku. Yang penting bermanfaat untukmu, tak perlu diucapkan."
Shangguan Wuwei mengangguk sambil berkata: "Senior tidak diragukan lagi telah mengajariku satu pedang lagi."
Nan Gong Li mengangkat alisnya: "Silakan senang sendiri, aku tidak mengajarmu apa-apa."
Pada saat ini, Lao Lu dan kawan-kawannya telah mencapai puncak pemujaan terhadap Nan Gong Li. Bagaimanapun, sebelumnya semua hanya kabar angin tentang kehebatannya. Hari ini mereka menyaksikan langsung pedangnya. Nan Gong Li sama sekali tidak merasa malu. Ia menerima semua pujian itu tanpa ragu. Bahkan akhirnya ia berkata: "Kalian ini memang kurang pengalaman. Aku sekarang sudah tua. Jika melihat pedangku di masa muda, pasti kalian akan mati ketakutan!"
Setelah berkata demikian, ia melambaikan tangan: "Bawa boneka itu ke sini."
Mendengar perintah Nan Gong Li, Lao Lu dan kawan-kawan segera menuruti. Mereka mengangkat boneka yang sudah "mati" untuk kedua kalinya itu. Setika jubah luarnya dibuka, aku hampir terpana. Jasad di dalamnya persis seperti Mumi dari Bumi. Tubuh mereka dibalut perban berlapis-lapis tebal. Jika tidak tahu, mungkin mengira Mumi dari Bumi telah melintas ke sini.
Tiba-tiba Nan Gong Li mengerutkan kening: "Mundur!"
Ucapan itu membuat kami semua kaget, tapi segera serentak mundur. Tepat di momen ini, ketiga boneka tiba-tiba berdiri tegak. Mereka melakukan gerakan menyusun tangan seperti berdoa, lalu di depan tatapan kagum kami, kerangka-kerangka ini tiba-tiba mengeluarkan semburan api. Dalam sekejap, ketiga kerangka itu habis terbakar menjadi abu.
"Ini!" aku berteriak kaget.
"Ada yang kau tangkap?" Nan Gong Li bertanya padaku.
"Isyarat tangan menyusun seperti ini milik biksu," jawabku. Meski belum pernah melihat penganut Buddha dari Barat, gerakan ini sangat kukenal. Bukankah ini isyarat tangan saat biksu mengucapkan Amitabha?
“Sekarang kamu mengerti kenapa aku memandang rendah para botak itu? Kota Persegi belum pernah memiliki metode jahat seperti ini, suku siluman Laut Utara juga belum pernah mendengarnya, jurus picisan seperti ini tentu saja diabaikan oleh klan Long, maka hanya para botak dari Barat itu yang mungkin. Tahukah kamu kenapa aku melepaskan perempuan itu? Pertama, memang ingin dia membawa kabar ke Bai Jianfei untuk berhenti menguji kedalaman kami, kalau mau datang ya langsung saja. Selain itu, aku sudah lama mendengar tentang perempuan ini, dia berlatih seni bela diri dengan dendam, masuk ke level bumi dari jurus-jurus kacau, bertahun-tahun membunuh tanpa ampun. Tapi kelebihan terbesarnya adalah membalas kebaikan. Aku menyelamatkan nyawanya, imbalannya dia membuat boneka-boneka ini melakukan gerakan sembahyang sebelum terbakar sendiri. Jelas dia memberi tahu bahwa rahasia mengubah manusia menjadi boneka ini dipelajari dari para botak Barat.” Kata Nan Gong Li.
Setelah Nan Gong Li mengatakan ini, Shangguan Wuwei sama sekali tak bersuara. Bagaimanapun, dia adalah orang Kota Persegi. Dalam pertarungan antara Kota Persegi melawan Tianzun (Dewa Tertinggi) dulu, pastinya agama Buddha Barat memainkan peran kotor. Informasi seperti ini tentu merupakan rahasia tingkat tinggi Kota Persegi.
“Jangan takut, aku tidak akan bertanya.” Nan Gong Li menguap lalu berkata pada Shangguan Wuwei: “Ganti rugi semua barang toko yang rusak sesuai hitungan. Aku mengantuk, kembali tidur dulu.”
"Nangong Li tentu langsung pergi. Setelah kepergiannya, Shangguan Wuwei menyuruh Lao Lü membawa para prajurit kembali beristirahat. Baru saja kami berpisah sebentar, Tuan Muda sudah terjebak dalam masalah. Lao Lü dan yang lain jelas menolak. Sekarang Dewa Abadi Nangong Li tidak ada di sekitar, jika terjadi sesuatu pada Tuan Muda, bukankah mereka semua harus membawa kepala mereka untuk menghadap? Akhirnya Shangguan Wuwei dengan frustasi hanya mengizinkan mereka mengikuti dari jauh. Sekarang tinggal aku dan Shangguan Wuwei berdua."
"Tidak apa-apa. Mengenai peristiwa pengepungan Tianzun oleh Kota Empat Penjuru dulu, sebenarnya kamu tidak perlu menyimpan dendam. Dendam darah pasti harus dibalas, tapi aku juga bukan orang kolot, makanya mau menerima pengawalan dari Kota Phoenix. Soal persekongkolan Kota Empat Penjuru dengan Barat, aku tidak bisa bilang tidak keberatan, ini memang urusan yang harus kuselidiki sendiri." Kataku.
Shangguan Wuwei tertawa: "Syukur kamu mengerti. Entah kenapa, meski saat ini kamu sangat lemah, tapi kadang aku merasa seperti menghadapi musuh terbesar."
"Jika benar suatu hari nanti, demi balas budi pengawalanmu, aku akan menyisakan nyawamu." Aku tersenyum.
"Karena kalimatmu itu, jika suatu hari kamu menjadi batu sandungan di jalanku menuju juara dunia, asal kamu menyerah, aku juga tidak akan membunuhmu." Kata Shangguan Wuwei.
“Kami berdua berbicara dengan nada bercanda, namun sebenarnya sedang mengatakan yang sejujurnya. Tapi setelah saling bercanda, jarak di antara kami justru semakin dekat.” Shangguan Wuwei berkata, “Mengenai agama Buddha dari Barat, bukan aku enggan membicarakannya, melainkan pengetahuanku sangat terbatas. Sejak kecil aku memang tidak tertarik dengan hal-hal seperti ini. Sebenarnya, dalam kasus Tianzun dulu, aku bahkan merasa jijik. Jika Murong Jiuding benar-benar bisa membunuh Tianzun dengan kekuatannya sendiri, itu lain cerita. Tapi mengalahkan yang lemah dengan jumlah yang lebih banyak, apalagi menyerang saat kondisi fisik Tianzun sedang lemah, ini membuat para prajurit di seluruh kerajaan merasa malu. Belum lagi dulu kakek pernah berbisik padaku, meski saat itu melawan empat lawan sekaligus, Tianzun tetap bisa bersikap tegas. Tentang bagaimana akhirnya situasi berubah, kakek tidak memberitahuku, jadi aku tidak bisa asal mengoceh padamu.”
“Terima kasih.” Aku mengangguk.
“Saat Tianzun masih ada, dia selalu waspada terhadap agama Buddha dari Barat. Yang kuketahui, sampai sekarang Kota Persegi Empat masih sangat berhati-hati dengan para biksu dari Barat itu. Hanya Murong Jiuding saja yang dekat dengan mereka.” Lanjutnya.
Aku mengangguk lagi. Meski ucapannya singkat, sebenarnya mengandung banyak informasi. Dia mengakui bahwa dalam pertempuran Kota Persegi Empat melawan Tianzun dulu, memang ada keterlibatan agama Buddha dari Barat. Dan di antara mereka, yang paling dekat dengan agama Buddha Barat adalah Murong Jiuding - sang peringkat kedua di kerajaan, sekaligus Wali Kota Kaiyang dengan kekuatan paling perkasa.
Saat sampai di ambang pintu penginapan, Shangguan Wuwei berkata: “Sebelum berangkat, kakek berpesan: Tugas mengawalmu hanya sampai keluar dari Kota Phoenix.”
“Kesetiaan sudah sepenuhnya.” Aku berkata.
“Apa kau tidak penasaran alasannya?” Dia bertanya.
Aku mengangkat bahu: "Tingkat pencapaianmu sekarang adalah Tianjie pertama. Senior Nan Gong meskipun sudah lama dikenal sebagai jago pedang dengan julukan Dewi Pedang, tapi kondisi tubuhnya sekarang sudah turun dari Shenjie ke Tianjie. Bahkan tingkat pencapaian yang terlihat sekarang lebih rendah darimu. Tidak ada yang tahu berapa sisa kekuatan tempur di puncak kejayaannya. Makanya kakekmu mengirimmu untuk mengawalku keluar dari Kota Phoenix. Intinya kalian tidak ingin membunuhku, tapi juga tidak ingin aku mati di Kota Phoenix. Bagaimanapun aku bukan orang tak berteman - ada Duanmu Lingxiu dari Kota Qingmu, Nona Putih yang tak dikenal, dan sisa kaumku di Pulau Naga. Jika mereka tahu aku mati di Kota Phoenix, meskipun kalian tidak takut, pasti tidak ingin mendapat masalah ini."
Shangguan Wuwei mengangguk dan berkata, "Kamu sangat pintar. Meskipun telah melihat pedang Senior Nan Gong, aku masih tidak tahu siapa yang akan kalah antara dia melawan Bai Jianfei. Orang berikutnya yang akan keluar untuk membunuhmu pasti adalah Bai Jianfei. Kekuatan sejati Senior Nan Gong dalam pemahaman kendo sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Bai Jianfei. Namun di antara mereka benar-benar ada perbedaan tingkatan Tianjie (Langit) dan Shenjie (Dewa). Bahkan jika Senior Nan Gong secara kebetulan menang melawan Bai Jianfei, di tepi Laut Utara ada 200.000 pasukan elite Murong Tan. Jika tebakanku benar, Murong Jiuding sekarang sudah menunggu kalian di jalur wajib antara Laut Utara dan Kota Qingmu. Sebagai peringkat kedua kerajaan, pasti kemampuannya hampir setara dengan Senior Nan Gong di masa kejayaannya. Jadi kali ini, ini hampir pasti situasi kematian bagimu."
Kalimat berikutnya yang tidak dia ucapkan adalah: Kalau begitu, mengapa harus membuatmu mati di Kota Phoenix?
Aku mengerutkan kening.
Dua kegagalan pembunuh ini sebenarnya tidak menunjukkan masalah telah berakhir. Situasi permusuhan abadi belum berakhir. Di depan masih menungguku seorang peringkat ketujuh kerajaan dan seorang peringkat kedua kerajaan.
