Tindakan Pengemis Tua Nan Gong Li melepaskan wanita buta itu memang membuahkan hasil. Dalam perjalanan selanjutnya, kami benar-benar tidak menemui hambatan berarti selain bertemu dua kelompok pencuri kelas teri yang mencoba merampok kami dengan mengandalkan jumlah personel yang banyak. Pembunuh dari An'ge memang bukan barang murahan. Seperti diucapkan Shangguan Wuwei: "Setelah bergabung dengan An'ge, para pembunuh harus melalui proses pelatihan panjang. Bagaimanapun, tingkat pencapaian dan kekuatan fisik berbeda jauh dengan keahlian membunuh. Bertarung mungkin ada yang menang-kalah, tapi misi An'ge adalah membunuh. Mengubah prajurit berkemampuan tinggi menjadi pembunuh top-tier membutuhkan biaya tenaga yang sangat besar." Jadi mereka juga tidak akan melakukan pengorbanan sia-sia dengan gegabah.
“Jumlah personel yang banyak adalah keuntungan kami, namun tidak dapat memanfaatkan keunggulan Xiao Hei. Jadi, perjalanan dari Kota Fengming ke Zhibei Zhen yang paling dekat dengan Laut Utara memakan waktu lebih dari sebulan. Ketika benar-benar tiba di sini, suasana tegang sepanjang perjalanan mencapai puncaknya. Melewati Zhibei Zhen, berjalan sekitar seratus li ke utara lagi adalah wilayah klan siluman Laut Utara. Jika Bai Jianfei ingin menyerangku, pasti akan dilakukan di Zhibei Zhen dan 100 li berikutnya. Pembunuh selalu bekerja sendirian. Di tepi Laut Utara, pasukan sekutu Murong Jiuding dan empat kota lainnya dengan lebih dari 200.000 tentara sedang menunggu kami.”
“Bai Jianfei ini bukan hanya jago peringkat ketujuh di Tianji Bang, yang terpenting adalah dia Raja Pembunuh. Seorang pembunuh hanya punya satu tujuan - membunuh, dengan segala cara tanpa batas.”
Shangguan Wuwei berkata saat mengantar kami ke pintu keluar Kota Zhibei: "Mengantar seribu li pun akhirnya berpisah. Mengantar sampai sini bukan hanya karena perintah Kakek, tetapi setelah melewati Zhibei Zhen, di depan sudah ada pasukan gabungan Empat Keluarga. Bukan tidak mungkin ada yang mengenaliku, jadi ini masalah identitas. Sebenarnya secara pribadi, dari tiga pedang Senior Nan Gong, aku baru melihat satu. Pastinya aku tidak ingin pergi."
Nan Gong Li menggelengkan tangannya: "Kalau mau pergi sana cepat pergi! Kau sudah mencuri satu jurus pedang dengan memanfaatkan cahaya si nak ini, masih belum cukup? Mau mencuri semua warisan tuaku? Pergilah dengan tenang. Dalam beberapa hari kabar tentangku akan tersebar di Jianghu."
Shangguan Wuwei menyampaikan hormat kepada kami. Beberapa prajurit kenalan lama seperti Lao Lü memberi kami pelukan beruang. Terakhir mereka melambaikan tangan untuk berpamitan. Ketika bayangan mereka hampir tak terlihat, Nan Gong Li berkata: "Jangan ditatap. Lambat laun akan bertemu lagi. Tapi mungkin pertemuan berikutnya kalian sudah berhadapan dengan senjata. Si nak keluarga Shangguan ini bukan orang biasa. Hati-hati jika benar-benar bertemu nanti."
Tiba-tiba aku merasakan bulu kuduk merinding. Seolah ada angin ganas menerpa punggungku. Seluruh bulu kuduk di tubuhku langsung meremang. Aku menoleh tiba-tiba, dan melihat Nan Gong Li sudah mengulurkan tangannya. Tangannya mencengkeram gagang pedang pendek, sementara ujung pedang berpendar biru itu hampir menempel di tengkukku.
Aku merasakan keringat dingin mengucur di sekujur tubuhku dalam sekejap. Andai saja bukan Nan Gong Li, kepalaku pasti sudah tertembus oleh pedang pendek ini tadi.
Nan Gong Li menoleh ke arah menara kota Zhi Bei. Di atas menara, terlihat seorang pemuda berbaju hitam tersenyum sinis sambil melambaikan tangan ke arah kami, "Sudah lama dengar Senior Nan Gong memiliki tiga jurus pedang. Kebetulan aku juga punya tiga jurus. Yang barusan itu jurus pertama. Masih ada dua lagi. Jika dua jurus terakhir ini gagal membunuh si nak ini, demi menghormati Senior Nan Gong, Bai Jian Fei akan melanggar aturan sekali saja."
Nan Gong Li menyeringai dingin, lalu berseru, "Shang Guan Wuwei!"
Teriakannya bergema penuh wibawa. Shang Guan Wuwei yang belum terlalu jauh mungkin merasakan energi pedang yang nyaris membunuhku tadi, menoleh dan menjawab, "Hadir!"
"Sebelum pergi, kuterima hadiah perpisahan terakhir. Jurus pedang kedua dariku." ujar Nan Gong Li.
Usai berkata demikian, ia melemparkan pedang pendek itu ke udara dan menyentil gagangnya dengan jari.
Pedang itu mulai melesat.
Sesaat kemudian, tubuh Nan Gong Li melayang. Ia menyentil lagi.
Tiga kali sentilan berturut-turut mendarat di gagang pedang.
Setelah tiga sentilan itu, bilah pedang mulai remuk dari bagian gagang. Pedang besi berkualitas tinggi itu berubah menjadi serbuk selama melayang, namun serbuk-serbuk itu tetap bergerak mengikuti lintasan asli. Akhirnya, serbuk itu membentuk kepala naga raksasa di udara.
Saat ini, aku sudah tidak bisa membedakan apakah ini pedang atau naga, tetapi ke arah mana kepala naga menunjuk, di situlah ujung pedang mengarah.
Pemuda berbaju hitam yang berdiri di atas tembok kota membuka kedua tangannya, jubah hitamnya mengembang. Kulihat aliran energi keemasan memancar deras dari dalam tubuhnya, membentuk kepala naga raksasa di udara yang mengangkat tinggi, menghadapi kepala naga yang muncul dari pedang Nan Gong Li dengan raungan menggelegar.
"Bai Jian Fei telah mempelajari Pedang Kedua Senior selama bertahun-tahun. Konon dari Tiga Pedang Senior, hanya Pedang Kedua yang bernama 'Kemunculan Naga Hijau Memabukkan Kerajaan', diciptakan untuk menghadapi Tianzun. Setelah bertahun-tahun menganalisis, akhirnya bisa menangkap sedikit rasa dari pedang Senior. Sekarang ini seperti mengajari jurang di depan rumah." Namun nada bicara Bai Jian Fei penuh kepuasan diri. Dari penampilannya yang yakin, ternyata dia ingin menggunakan pedang Nan Gong Li untuk melawan Nan Gong Li sendiri!
"Hē hē." Nan Gong Li tertawa pendek.
Setelah tawa itu, Naga Hijau yang terbentuk dari serpihan pedang Nan Gong Li membuka mulut raksasanya, menghadapi kepala naga milik Bai Jian Fei, dan dengan sekali telan menyantap kepala naga kuning itu!
Hanya dengan sekali santap, pedang tingkat surgawi menelan pedang peringkat ketujuh di kerajaan?
Belum selesai, kepala naga raksasa itu setelah menelan kepala naga kuning, tubuhnya membesar secara drastis. Ia mengeluarkan raungan yang mengguncang langit-bumi, lalu langsung menerjang Bai Jian Fei!
"Dia sialan, dulu Laozi juga pernah dijuluki sebagai Dewa Pedang. Berani main pedang di hadapanku? Tahukah kau bahwa pedangmu sebenarnya adalah pedangku?" Nangong Li menyilangkan tangannya di dada.
Wajah Bai Jianfei langsung berubah pucat saat kepala naga ditelan. Dia membentangkan kedua tangannya dan mulai mundur.
Semakin cepat dia mundur, semakin cepat kepala naga itu mengejarnya.
"Bersimpuh dan membungkuk tiga kali, baru kubebaskan nyawamu." Nangong Li tentu takkan melewatkan kesempatan untuk 'memukul anjing tenggelam'. Soal kata-katanya merusak citra kesuciannya? Maaf, dari awal sampai akhir, Nangong Li ini memang tak punya sikap layaknya orang suci!
Pedang itu berubah menjadi kepala naga yang mengikuti gerakan seperti bayangan. Bai Jianfei sudah tak bisa menghindar lagi.
Tepat saat itu, Bai Jianfei tiba-tiba berhenti menghindar. Dengan tenang ia duduk bersila, menyatukan kedua telapak tangan. Seketika, lingkaran cahaya kuning kembali menyelubunginya. Menurutku, cahaya ini mirip dengan patung emas abadi Buddhisme.
Kepala naga menghantam cahaya kuning itu hingga hancur berkeping. Tapi tangan Bai Jianfei bergerak lincah, di antara gerakan telapak tangannya kulihat jejak mudra khas Buddhisme.
Saat kedua tangannya membentuk mudra, seluruh tubuhnya seolah berubah menjadi singa emas perkasa. Singa itu menerjang maju menghadapi kepala naga.
Kepala naga hancur dalam sekejap, namun singa emas itu mundur lebih dari dua ratus langkah dengan tubuh berlumuran darah, kembali berubah menjadi Bai Jianfei.
"Sudah tahu kau nak ini punya hubungan tak jelas dengan biksu botak Barat. Sampaikan pada mereka, hutang masa lalu pasti akan Nangong Li tagih. Sebagai nasihat terakhir, selama dia orang yang kau lindungi, jangan main-main dengan dua tebasanmu itu. Reputasi yang kau bangun bertahun-tahun jangan sampai jadi lelucon di depan seluruh kerajaan. Peringkat ketujuh di kerajaan? Kalah dengan kakek tua selevel Tian seperti aku?" Nangong Li menyeringai sinis.
Bai Jianfei menstabilkan posisinya. Tubuhnya masih berlumuran darah. Saat mencoba bicara, darah justru muncrat dari mulutnya. Ia menyampaikan hormat pada Nangong Li: "Terima kasih untuk ajaran Senior. Pesan akan kusampaikan, target tetap kubunuh. Menjadi pembunuh berarti hanya ada dua jalan: membunuh atau dibunuh."
Nangong Li menggelengkan tangan, akhirnya menunjukkan wibawa grandmaster: "Jika kau nekat mencari mati, terserah."
Bai Jianfei kembali memberi hormat sebelum melompat dari menara kota utara. Nangong Li lalu berpaling pada Shangguan Wuwei yang matanya berapi-api di belakang kami: "Nak, sudah lihat berapa banyak? Jika benar tak mau pergi, tinggallah. Masih lebih baik daripada ikut senior Shangguan si hantu itu."
“Pedang ketiga Senior sudah tidak perlu dilihat lagi.” Shangguan Wuwei berkata, setelah itu ia tertawa panjang dan menarik tali kekang kudanya, “Jika suatu hari aku menjadi juara dunia, Guru Nan Gong Li akan menjadi mentor pertamaku. Setelah bertemu Nan Gong Li, barulah aku sadar tombak yang kulatih selama tiga puluh tahun sebelumnya sia-sia belaka!”
