"Apa saja manfaatnya?" tanyaku. Awalnya ingin kukatakan jangan bermimpi, karena usahanya ingin membunuhku sebelumnya membuatku tak mungkin menyetujui. Tapi kemudian kuingat, dua masalah dalam proses kultivasiku bisa teratasi berkat bimbingannya. Pada dasarnya ia sudah melakukan pekerjaan seorang guru. Aku yang punya kelemahan hati ini jadi tak tegas menolak.
“Ilmu rahasia Prasasti Langit yang kamu kultivasikan ini memang mantra klan Naga Hijau zaman kuno, berfokus pada fisikmu. Tapi kamu masih kurang jurus? Aku punya jurus pedang dan formasi pedang kelas atas. Kalau performamu bagus, tentu akan kuajarkan. Pedangmu itu meski cukup baik, tapi pedangku bisa menghancurkan pedangmu seketika! Kuda bagus butuh pelana bagus. Dengan jurus pedang kelas atas dan pedang legendaris, barulah kamu bisa naik ke lantai berikutnya!” Orang Bermuka Besi kali ini mulai mencoba memancingku dengan iming-iming.
“Sungguh? Asal aku jadi muridmu, kau akan memberikannya? Jurus pedang kelas atas dan pedang legendaris?” tanyaku.
“Tentu saja,” jawabnya.
“Kalau begitu berikan dulu, baru aku jadi muridmu!” kataku.
“Lakukan tiga sujud sembilan ketukan dulu sebagai ritual penerimaan murid, baru kuberikan,” sahutnya.
“Tidak bisa. Bagaimana kalau kau mengelabui? Berikan satu saja dulu,” bantahku.
“Dasar nak, apa status dan posisiku sampai harus menipumu?” katanya sambil melambaikan tangan.
“Justru karena itu aku tidak percaya,” jawabku dingin.
Orang Bermuka Besi menggosok-gosokkan tangannya gelisah: “Jujur saja, nak. Aku terjebak di sini dan tidak bisa keluar. Kalau kau jadi muridku, saat ini aku memang tidak membawa jurus pedang atau pedang istimewa. Tapi setelah bebas, pasti kucarikan untukmu. Setuju?”
"Sebenarnya tanpa dia berkata aku juga bisa menebaknya, sekilas kakek tua ini jelas bukan tipe orang yang bisa menerima kesepian. Kalau dia ada di sini, pasti karena tidak bisa keluar atau alasan tertentu. Begitu dia bicara, ternyata benar demikian. Semakin dia berkata seperti itu, semakin aku mencium aroma konspirasi. Aku pun bertanya, 'Senior, sehebat Anda, siapa yang berani begitu nekad mengurung Anda di sini? Mengapa tidak Anda bunuh saja dengan satu tamparan?'"
"'Sulit dijelaskan, sulit dijelaskan. Intinya, aku lengah dan terjebak tipu muslihat orang. Dengar, nak, jangan terus-terusan mencoba mengorek informasi dariku. Dulu yang ingin berguru padaku bisa mengantre dari Gunung Kunlun sampai Laut Selatan. Jangan kufur nikmat!'" katanya.
"'Kau... Bicara soal itu setelah berhasil membawa Pedang Keterampilan Tingkat Tinggi dan Pedang Hebat yang Tak Tertandingi. Sekarang jangan bicara!'" sahutku.
Usai berkata, aku langsung memejamkan mata dan mulai berkultivasi. Waktu kultivasiku sangat berharga. Si kakek di sampingku gelisah mondar-mandir, sebentar marah sebentar frustasi, bahkan beberapa kali hampir tak tahan ingin memukulku. Temperamennya sangat meledak-ledak. Akhirnya dia menyerah karena frustasi, berbalik masuk ke ruang tertutup lain.
Sementara aku, sekali lagi terbenam dalam kultivasi. Sekarang aku sudah mencapai tingkat bumi, tapi hanya fisik. Menurut karakteristik tubuh klan Long, fisikku sekarang bisa disamakan dengan tingkat langit. Meskipun belum bisa bertarung hebat seperti Murong Jiuding dan kawan-kawan, tapi pejuang tingkat dewa di dunia ini berapa orang? Setidaknya melawan jago biasa, aku sudah punya kemampuan bertarung.
Tapi ini masih belum cukup. Sekarang aku sudah merasakan manisnya kultivasi, jadi agak tergesa-gesa untuk melanjutkan latihan. Setelah mencapai tingkat bumi, tidak hanya sirkulasi tubuh bisa membentuk energi internal sendiri, ditambah energi spiritual sporadis di Langit Bumi, bisa dibilang hasil berlipat ganda. Aku kembali masuk ke masa penyepian, setiap kali bangun terasa ada peningkatan murni pada tubuh.
Pada suatu hari, tiba-tiba guruh bergema di langit. Bahkan di ruang tertutup ini aku bisa mendengar suara di luar. Guruh biasa pastinya tidak punya tekanan lawan seperti ini. Kurasakan getaran energi tubuh di sekeliling, juga suara mengerang klan Long. Seketika aku kaget. Dari penampilan ini, sepertinya pasukan Kota Empat Penjuru sudah menyerbu Pulau Naga.
Yang harus datang, akhirnya tiba juga. Dan waktu kedatangannya sebenarnya sudah cukup lambat.
Aku keluar dari ruang tertutup ini, melewati ruang lain yang penuh peti naga Pemimpin. Saat hendak keluar, seorang bertopeng besi yang duduk santai di peti mati berkata: "Kali ini pasukan gabungan Kota Empat Penjuru yang menyerang. Kau yakin mau keluar? Memang kau sudah lebih kuat, tapi sekarang keluar, belum cukup jadi hidangan sampingan minuman mereka."
“Aku meliriknya tapi tidak menghiraukannya. Aku berjalan ke pintu dan mendorongnya terbuka. Di luar terlihat Duanmu Lingxiu yang langsung tertegun melihat penampilanku yang telanjang bulat. Baru kusadari masalahnya. Duanmu Lingxiu melepas mantelnya dan menyodorkan padaku, "Penerus, kenakanlah."”
“Kuterima dan memakainya. Meski tak sepenuhnya menutupi, setidaknya tak perlu berlari telanjang lagi. Dari posisi kami, terlihat angin kencang mengamuk di luar. Naga-naga raksasa terbang sambil mengaum, disertai hembusan angin ganas. Kulihat ke atas - barrier klan Long sudah lenyap.”
“Duanmu Lingxiu berkata, "Pasukan Kota Empat Penjuru menyerang. Klan Shangguan tidak datang. Murong Jiu Ding, Di Tian, Ximen Wu Shuang - mereka semua jagoan sepuluh besar di papan Tianji."”
“"Bagaimana situasinya?" tanyaku.”
“Dia menggeleng, "Tidak baik. Ternyata kita salah sangka pada Ao Jiang dan Ao Hai. Mereka masih bertarung mati-matian, tapi korban di pihak Long sudah banyak. Ingin kubantu, tapi khawatir Penerus mengalami hal tak terduga."”
“"Masih menunggu apa? Ayo berangkat!" seruku.”
“Kusambar Qiushui Wuhen dengan satu tangan dan langsung berlari ke medan perang. Duanmu Lingxiu menarik lenganku, ragu-ragu. Kugelengkan kepala, "Aku tahu maksudmu. Tapi selama mereka masih memanggilku Penerus, biarkan aku mati bersama mereka!"”
"Selesai bicara, aku langsung bergegas maju, sementara Duanmu Lingxiu mengangkat Tombak Fangtian dan mengikutiku."
Saat tiba di lokasi perkumpulan klan Long, kulihat mayat-mayat naga bertebaran. Pasukan Kota Empat Penjuru kali ini mengerahkan banyak personil. Mereka yang mampu menyeberangi Laut Timur semuanya minimal petarung Tingkat Tian. Hanya petarung Tingkat Tian saja ada lebih dari tiga puluh orang. Di langit, Ao Jiang dan Ao Hai bertarung habis-habisan melawan Murong Jiuding, Di Tian, serta Ximen Wushuang. Secara alami, petarung Tianjie klan Long tidak memiliki keunggulan saat melawan petarung Shenjie manusia, apalagi dalam situasi jumlah yang kalah banyak.
Melihat kedatanganku, Ao Jiang menoleh sambil matanya berkaca-kaca berteriak: "Penerus! Jangan pedulikan kami, cepat pergi! Duanmu Lingxiu, tua bangka sialan! Mengapa kau bawa Penerus ke sini? Bawa dia pergi, sejauh mungkin!"
Para naga yang sedang bertarung dengan pasukan bawahan Kota Empat Penjuru juga menoleh memandangku, berteriak menyuruhku kabur. Di tubuh naga-naga raksasa itu terlihat berbagai luka, bahkan tujuh delapan ekor naga sudah menjadi bangkai di tepi pantai. Seluruh pesisir telah diwarnai merah oleh darah naga!
"Jenderal Duanmu, bantu kedua Tetua Ao Jiang dan Ao Hai! Orang-orang di bawah ini serahkan padaku!" Kukatakan sambil menggertakkan gigi. Meski tak lama bergaul dengan klan Long ini, aku tahu tulusnya perasaan mereka yang menganggapku sebagai tuan sejati.
Saat ini mereka sedang berjuang dengan berdarah-darah, bagaimana mungkin aku kabur?
Duanmu Lingxiu melirikku, lalu mengangguk. Dia mengangkat Tombak Fangtian dan langsung menerjang ke arah ketiga orang itu. Meski tak bisa langsung mengubah situasi, keikutsertaan Duanmu Lingxiu seketika meringankan tekanan Ao Jiang dan Ao Hai.
Di sisi lain, aku mengangkat Qiushui Wuhen.
Pada momen ini, aku teringat pada Nan Gong Li.
Pedang di tanganku adalah pedang Nan Gong Li, tapi aura pedangku bukanlah aura pedang Nan Gong Li. Nan Gong Li pernah berkata, pedangnya yang semula Juara Dunia berubah menjadi pedang penuh kasih. Sedangkan pedangku adalah tanggung jawab, misi, dan dendam.
Aku menggertakkan gigi dan berlari ke arah para anggota Kota Empat Penjuru.
Seorang pria berbaju zirah emas menghadang di depanku. Di tangannya tergenggam sebilah pedang besar. Dia berdiri tegap sambil berseru, "Keluarga Murong, Murong Tan! Hari ini kucabut nyawamu. Tak kusangka, anak Tianzun ini setelah dua tahun masih belum mencapai Tingkat Bumi! Menyedihkan!"
Kuangkat pedangku sambil memaki, "Pergi sana!"
Aku tahu Murong Tan ini adalah jago muda terkenal dari keluarga Murong. Aku tak tahu batas maksimum kekuatanku saat ini, tapi aku yakin dia sangat meremehkanku. Maka harus kumanfaatkan sikap meremehkannya ini, serangan pertama harus langsung menunjukkan kekuatan tempur terbesarku!
Karena sudah memilih untuk keluar, tak ada jalan untuk kembali.
Kuangkat pedangku dan menyabetkannya.
Ini adalah jurus yang kukembangkan selama berkultivasi di ruang tertutup, berdasarkan pedang pertama Nan Gong Li namun kurasakan dengan aura pedangku sendiri. Saat pertama kali mengeluarkan jurus ini, si Bertopeng Besi pun bilang aku punya pemahaman unik tentang jalan pedang.
Setelah Yijian dikeluarkan, aku menghadap ke barat dan berkata, "Senior Nan Gong, pedang pertama ini dinamakan Yijian Tiga Ribu Li."
