"Kenapa?" tanyaku.
“Fisik induk naga betina secara alami jauh lebih lemah dibanding naga jantan. Apalagi induk betina harus melahirkan, satu telur naga saja sudah menghabiskan banyak kekuatan kehidupan sang induk.” Duanmu Lingxiu berkata.
Aku menggelengkan kepala dan berkata: “Ah, untuk urusan ini, kita melangkah selangkah demi selangkah saja. Sebenarnya kaum Long bukan hanya tinggal aku sendiri, masih ada Chiyou kan? Dan bagaimana jika masih ada anggota klan Long yang tercecer di tempat lain di dunia ini? Itu juga mungkin.”
Duanmu Lingxiu tahu aku tak ingin membahas topik ini, jadi tidak melanjutkan. Sebenarnya, membicarakan ini sekarang memang terlalu dini. Tiga naga kecil itu baru saja menetas, tapi kita sudah membahas masalah reproduksi mereka. Ini memang terasa aneh. Tapi aku tahu masalah ini tak bisa dihindari, harus dicari solusinya.
You Ruo kali ini tidak menanyakan hasil diskusiku dengan Duanmu Lingxiu. Entah karena malu bertanya atau mengerti kesulitan yang kuhadapi memang rumit. Aku dan Duanmu Lingxiu tinggal di sini selama tiga hari. Aku terus menemani tiga naga kecil itu bermain. Mereka sangat lincah dan menggemaskan. Mungkin karena darahku, ketiga naga kecil itu tampak sangat akrab denganku. Tiga hari kemudian, kami berpamitan pada mereka. You Ruo melambaikan tangan dengan mata berkaca-kaca, sementara tiga naga kecil itu menggeram keras dan meronta-ronta melihat kepergian kami, seolah sangat berat berpisah.
Mereka tidak tega berpisah denganku, aku pun begitu. Setelah benar-benar menghabiskan waktu bersama mereka, meski hanya tiga hari, aku merasa telah terjalin perasaan kompleks antara kami. Perasaan itu mirip hubungan ayah-anak, tapi juga seperti dengan hewan peliharaan, sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Kulumaskan tangan pada mereka, lalu bersama Duanmu Lingxiu melesat ke angkasa. Dalam hati kuberbisik: "Kepergianku hari ini agar kalian bisa tumbuh sehat. Orangtuamu mati karena aku, ini hutangku pada kalian."
Meninggalkan Pulau Long, baru terasa megahnya gelombang Laut Timur saat kami melayang di atasnya. Saat kembali ke pulau sebelumnya, Ao Jiang dan Ao Hai masih menemani. Kini kedua mereka telah tiada, membuatku merenungkan betapa laut pun bisa berubah menjadi ladang. Kutatap Duanmu Lingxiu: "Menurutmu ke mana Tetua Besar pergi?"
Ini pertanyaan yang selalu kami hindari. Siapa sangka tetua yang jujur itu ternyata pengkhianat klan Long? Setelah pertempuran kacau itu, kami tak menemukan jejak Tetua Besar, juga tak tahu di mana dia sekarang.
Duanmu Lingxiu menggeleng kepala seraya berkata: "Tidak tahu. Dia terlalu pintar. Orang yang terlalu pintar sebenarnya bodoh. Dulu dia mendendam karena Tianzun (Dewa Tertinggi) menolak mengajarkan rahasia prasasti langit, jadi dia mengkhianati Tianzun. Pernahkah dia berpikir, saat Tianzun masih ada, dia sebagai Tetua Besar klan Long dihormati di seluruh penjuru? Meski klan Long tidak suka kekuasaan, tapi siapa yang tidak bersikap hormat padanya? Semua ini diberikan Tianzun padanya. Setelah Tianzun tiada, bisakah telur utuh bertahan di bawah sarang yang runtuh? Jika dulu Tianzun tidak mengirimmu pergi sehingga dia masih punya nilai guna bagi Kota Empat Penjuru, mungkin orang pertama yang ingin membunuhnya adalah Murong Jiuding."
"Kalau begitu, kemungkinan besar dia berada di Kota Kaiyang," aku berkata.
"Atau mungkin pergi ke Barat. Dulu pernah ada biksu dari Barat datang ke klan Long, ingin membawa seekor naga sebagai Delapan Deva Naga pelindung agama mereka. Tapi akhirnya ditolak Tianzun," jelas Duanmu Lingxiu.
Ubun-ubun kepalaku merinding. Dalam hati aku mengumpat: Sialan, Barat lagi! Delapan Deva Naga? Bukankah itu gelar Naga Putih dalam Journey to the West yang dikarantai? Agama Buddha ini sebenarnya bagaimana? Apa hubungannya dengan agama Buddha di Bumi?
——Setelah mendarat dari Laut Timur, sebenarnya ini wilayah Kota Chaoge, daerah kekuasaan Ximen Wushuang. Sejujurnya kami juga tidak tahu harus melakukan apa setelah keluar. Setelah berhasil keluar, kami sampai di sebuah kota kecil bernama Kota Harimau Hitam di wilayah Chaoge. Begitu masuk kota, kami langsung mendengar kabar bom:
Kota Empat Penjuru berperang dengan suku barbar!
Kami benar-benar telah tinggal terlalu lama di Pulau Long, sehingga sama sekali tidak mengetahui kabar dari luar. Untungnya, di pabrik anggur ini banyak orang yang membicarakan hal ini. Kami berdua hanya perlu duduk di sebelah untuk mendengar banyak informasi.
Awalnya menurut pemahaman, Kota Empat Penjuru yang ambisius ini sudah lama berniat menaklukkan wilayah liar. Jadi jika perang benar-benar pecah, pasti mereka yang memulai. Tapi yang mengejutkan, menurut pembicaraan orang-orang tentang situasi militer, kali ini justru suku barbar dari wilayah liar yang pertama kali memicu perang. Suku barbar yang besar ini berbatasan dengan Kota Fengming dan Kota Fuyao. Pemicu perang kali ini adalah serangan mendadak suku barbar ke Kota Fuyao.
Dibandingkan dengan Kota Empat Penjuru, wilayah liar memang inferior. Tak ada yang menyangka wilayah liar kali ini melakukan serangan mendadak. Kota-kota di perbatasan Fuyao dengan wilayah liar juga tidak mengantisipasi. Dalam situasi ini, suku barbar berhasil menaklukkan belasan kota Fuyao sekaligus.
Bukan berarti Fuyao mudah ditaklukkan, ini murni efek kejutan serangan mendadak. Ketika Fuyao mulai bereaksi, mereka segera mengorganisir serangan balik. Tapi kali ini, kekuatan suku barbar ternyata meningkat signifikan. Pasukan ratusan ribu Fuyao bahkan tidak unggul melawan suku barbar! Saat ini medan perang masih dalam status kebuntuan.
"Kali ini suku barbar pasti sedang mencari mati, Kota Empat Penjuru sejak dulu ingin melanggar perjanjian di era Tianzun, hanya kesulitan mencari alasan. Kali ini suku barbar berani memulai masalah, ini benar-benar mencari mati! Kalian dengar belum? Pasukan sekutu tiga keluarga lain sekarang sudah mulai bergerak ke Kota Fuyao. Kaiyang, Phoenix, dan Chaoge masing-masing mengirim 100.000 tentara, bersama pasukan sekutu Kota Fuyao membentuk pasukan 400.000 orang. Suku barbar itu cuma punya 10.000 pasukan, itupun sekumpulan makhluk liar yang hanya mengandalkan kekuatan kasar. Meski fisik mereka lebih perkasa, tapi kita punya kereta busur dan ketapel, bahkan punya senjata tajam panah penembus zirah yang bahkan bisa membunuh pejuang tingkat dewa. Kali ini bukan sekadar bantuan untuk Fuyao, tapi ingin membersihkan Wilayah Liar sekaligus! Aku ingatkan kalian yang punya inti binatang, jangan disimpan seperti harta karun, segera jual! Begitu Wilayah Liar jatuh, barang ini akan jadi tak berharga!" kata orang itu.
Secara umum situasinya seperti itu. Meski aku tak punya simpati pada klan binatang liar, tapi prinsip "Bibir runtuh gigi kedinginan" masih kupahami. Begitu Wilayah Liar ditaklukkan, giliran berikutnya adalah suku siluman Laut Utara dan Kota Qingmu. Jika Kerajaan Empat Penjuru bersatu, rencanaku membalas dendam akan semakin sulit. Aku tak bisa tidak mengerutkan kening. Duanmu Lingxiu juga berbisik pelan: "Aneh, suku barbar selalu menjauhi manusia, apalagi takut pada pasukan sekutu Empat Kota. Kenapa kali ini malah menyerang duluan?"
“Benar, waktu itu saat aku berada di hutan belantara, suku barbar masih berusaha menangkapku untuk diserahkan ke kota empat penjuru, agar kota empat penjuru tidak mencari masalah dengan mereka. Bagaimana mungkin sekarang mereka sendiri mencari mati? Jangan-jangan ini cuma sandiwara yang dipentaskan kota empat penjuru sebagai alasan untuk menyerang wilayah liar?” kataku.
Suaraku tidak keras, tapi tak disangka teman di meja sebelah mendengar. Dia berkata: "Saudara, kau tidak tahu ya, Tianzun (Dewa Tertinggi) sudah tiada. Perjanjian di masa lalu sekarang hanyalah kertas kosong. Kalau kota empat penjuru benar-benar bertekad membersihkan wilayah liar, mereka tidak butuh alasan. Makhluk liar biasa memang kadang melukai orang, tapi kalau diserang langsung seperti ini, pasti mereka tidak berani."
"Lalu pendapatmu bagaimana, Saudara?" tanyaku.
Orang itu mabuk berat, katanya: "Pendapat tidak berani, tapi aku punya kabar burung. Katanya kali ini suku barbar jadi gila! Mereka kehilangan akal sehat! Kalau makhluk liar biasa, Kota Fuyao tidak akan sampai kerepotan begini. Tapi kali ini suku barbar sangat aneh, jadi kuat sekali, apalagi saat malam tiba. Mata mereka merah menyala, kekuatan tempur meningkat drastis, nekat charge tanpa takut mati! Makanya Fuyao City menderita kerugian besar!"
“Begitu dia berkata, segera ada yang menyambut: ‘Aku juga dengar, suku barbar itu hanyalah kumpulan binatang buas, biasanya hanya punya sedikit kecerdasan. Tampaknya kali ini naluri liar mereka meledak. Ya, sebijak apa pun, tetap saja mereka binatang buas!’”
Saat ini, aku jelas merasakan bau konspirasi. Terutama ucapan terakhir mereka, sangat jelas bahwa suku barbar yang menyerang Kota Fuyao telah kehilangan akal sehat, atau mungkin sengaja dikontrol orang.
Aku dan Duanmu Lingxiu keluar dari kedai minum. Kutanya: “Di dunia ini, adakah mantra atau benda yang bisa mengontrol pikiran manusia?”
Duanmu Lingxiu menggelengkan kepala. Tiba-tiba matanya memancarkan cahaya: “Mungkinkah para Biksu dari Barat? Kitab suci mereka memang bisa memabukkan pikiran. Bukankah Zhulong, mantan Raja Siluman suku siluman Laut Utara, juga ‘dibawa pergi’ oleh kitab suci para Biksu?”
“Sangat mungkin! Kota Empat Penjuru dan Barat selalu sama-sama penjahat. Pasti para Biksu Barat pergi ke hutan belantara, memabukkan pikiran suku barbar dengan kitab suci mereka. Ini membuat suku barbar menyerang Kota Empat Penjuru, untuk memicu perang besar antara suku barbar dan kota itu!” kataku.
“Jika benar demikian, niat para Biksu Barat ini pantas dihukum! Yang belum jelas, apakah kali ini Kota Empat Penjuru bersekongkol dengan Barat, atau Barat diam-diam sengaja memprovokasi,” kata Duanmu Lingxiu.
“Apa bedanya?” tanyaku.
"Berbeda, sebenarnya Kota Empat Penjuru juga waspada terhadap Barat. Masalah kerja sama Murong Jiuding dengan Barat, mungkin hanya satu hal: membunuhmu. Dalam urusan lain, bahkan Murong Jiuding jelas ingin menjaga jarak dengan Barat. Jika kali ini benar-benar Barat yang memicu konflik, dan jika Kota Empat Penjuru mengetahuinya, itu sudah cukup. Tapi jika tidak tahu, para biksu botak dari Barat mungkin akan menginjakkan kaki di Timur." kata Duanmu Lingxiu.
Tak kusangka begitu keluar dari Pulau Long di Laut Timur, langsung menghadapi masalah seperti ini. Bagaimanapun, ini bukan kabar baik. Kukatakan pada Duanmu Lingxiu: "Senior Duanmu, segera kembalilah ke Kota Qingmu. Bawa pedang Qiu Shui Wu Hen ini. Saat diperlukan, kunjungi suku siluman Laut Utara. Suku barbar tak boleh dibasmi. Begitu klan binatang punah, target berikutnya Kota Empat Penjuru pasti suku siluman Laut Utara dan Kota Qingmu!"
"Maksudmu?" tanya Duanmu Lingxiu.
"Beri dukungan ke suku barbar. Harus dilakukan. Tak peduli apakah mereka benar-benar terkena pengaruh pikiran atau tidak." jawabku.
Duanmu Lingxiu yang mampu membangun Kota Qingmu sendirian, pasti paham logika ini. Dulu wilayah liar Laut Utara dan Kota Qingmu tidak bersatu karena takut - bersatu berarti menyatakan perang pada Kota Empat Penjuru. Tapi sekarang situasi sudah berbeda. Pertempuran besar telah dimulai!
Sekarang Nan Gong Li sudah tiada, tapi dengan kecerdasan Siluman Yeyang, seharusnya mereka tahu harus berbuat apa.
"Apakah Penerus tidak ikut kembali ke Kota Qingmu?" tanya Duanmu Lingxiu.
Aku menggelengkan kepala: "Kamu tenang saja, sekarang aku sudah punya kemampuan bertarung. Selama tidak bertemu Wali Kota kota empat penjuru, mungkin sulit bagi orang lain untuk membunuhku. Aku harus segera pergi ke suku barbar untuk menyelidiki kebenarannya. Aku punya teman di wilayah liar, keturunan garis Kera Lengan Panjang. Akan kutanyakan pada mereka situasi sebenarnya."
"Jika wilayah liar benar-benar dikendalikan ilmu hipnotis biksu Barat, itu akan jadi masalah. Ilmu hitam dari Barat memang aneh dan tak wajar," kata Duanmu Lingxiu.
"Tidak, jika benar itu ilmu hitam biksu Barat, Kuil Tianji pasti tak akan tinggal diam," kataku pada Duanmu Lingxiu.
Duanmu Lingxiu tidak bertanya kenapa Kuil Tianji ikut campur. Dia tahu hubunganku dengan si gemuk sangat erat, pasti aku tahu rahasia Kuil Tianji. Menyadari urgensi masalah ini, kami langsung berpisah. Dia kembali ke Kota Qingmu untuk mengerahkan personil, sementara aku bergegas menuju Kota Fuyao.
