Dari cara Di Tian dan Ximen Wushuang tak menjaga martabat Wali Kota dengan berdiri melihat map, sampai ucapan Ximen Wushuang ini, kusadari bahwa Segitiga Besi mereka bertiga juga memiliki banyak misteri. Di depan harta karun, tak ada yang mau melepas hak perebutan, meski kini jelas Prasasti Langit itu paling cocok untuk Murong Jiuding.
Tak tahu apakah Murong Jiuding mendengar makna tersembunyi dalam ucapan Ximen Wushuang, tapi pastinya dia tak akan memperlihatkannya. Dengan menutup map ia tertawa: “Ksatria Muda, jika bicara maksud tersembunyi, semua orang memilikinya. Bahkan aku Murong Jiuding pun punya maksudku sendiri, apalagi di depan harta karun seperti ini. Mengapa kau tidak menjelajahi sendiri, malah memberikan map ini kepada kami yang bahkan belum pernah kau temui?”
“Bang pernah berpesan, sama sekali jangan bermusuhan dengan kota empat penjuru. Selain itu, menurut pengamatan beberapa wali kota, teknik kultivasiku sepertinya bertentangan dengan rahasia Prasasti Langit di Hutan Binatang Buas ini. Meski sama-sama kekuatan logam, energi spiritual di sini seperti punya niat jahat yang tak jelas padaku. Jadi aku memang tidak pernah berniat... Lagi pula, Bang bilang teknik kultivasi yang kupelajari ini hadiah dari teman lamanya, yang sangat mistis. Aku sama sekali tidak butuh rahasia tempat ini.” Aku berkata. Kebetulan sekarang semua omonganku adalah bualan, semua pertanyaan sulit bisa kulemparkan ke Bang. Untuk mencegah masalah di kemudian hari sekaligus meningkatkan kesan misterius Bang, aku bersiap mengeluarkan "Buddha" besar.
Lagian menggombal kan nggak kena pajak, ya kan？
“Teman lama Sang Guru? Nama orang itu juga tidak bisa disebutkan?” Murong Jiuding mengerutkan kening bertanya.
Kali ini bualanku memang keterlaluan. Murong Jiuding sepertinya mulai curiga. Pasti dia berpikir, masak ada petarung sejati yang tidak dia ketahui di dunia ini, dan sialan, jumlahnya lebih dari satu?
“Sebenarnya bukan tidak bisa, tapi Bang sendiri juga tidak tahu. Dia hanya bilang, teman lamanya itu datang dari luar angkasa dengan mengendarai sapi.” Aku berpura-pura santai seolah tak tahu menahu.
“Apa?! Pengendara Sapi Orang Tua? Ternyata dia! Sang Guru berteman dengan orang itu?!” Kali ini, Di Tian yang biasanya pendiam pun tak kuat menahan teriakan kagetnya.
“Kalian semua tahu orang itu？ Tidak mungkin, Bang bilang orang itu datang dari luar angkasa, hanya mampir sebentar lalu pergi, Bagaimana kalian bisa tahu sosok seperti itu？” Aku bertanya dengan bingung.
“Memang dari luar angkasa, memang mampir sebentar, tapi kunjungan singkat ini sudah mengalahkan jago tak terkalahkan di kerajaan, sekaligus menciptakan Tianzun Ao Tiance yang tak terkalahkan selama seribu tahun！ Gurumu bahkan bisa berteman dengan orang itu, wajar saja bisa melatih murid sehebat kau dan Nona Putih！ Tak kusangka masih ada grandmaster seperti ini di dunia, Ksatria Muda Chen, jika ada kesempatan, bisakah kau perkenalkan kami？ Kalau bisa mendapat sedikit bimbingan dari gurumu, pasti sangat membantu kultivasi kami.” kata Murong Jiuding.
“Nanti saja, Kalau ketemu Bang, pasti akan kusampaikan pesan ini. Tapi Bang itu berwatak aneh, sehari-hari cuma orang tua biasa, pasti menolak untuk bertemu.” Aku tertawa.
Kini, aku sudah punya identitas baru yang utuh, Chen Shisan, pejuang tingkat dewa dalam pandangan mereka. Tak penting, yang penting aku akan punya guru yang bisa berteman dengan Pengendara Sapi Orang Tua itu！
Mengenai sifat Murong Jiuding, aku tahu ke depannya dia pasti akan sangat menghormatiku！ Seperti sikap sopannya di depan Lin Baqian, Guru fiktif yang kucetusk ini jauh lebih hebat dari Lin Baqian！
"Kalau begitu, kami merepotkan Ksatria Muda Chen. Karena Ksatria Muda Chen begitu dermawan, mari kita bersama-sama menjelajahi harta karun ini. Sejujurnya, baru-baru ini di Laut Timur muncul senjata suci legendaris berupa pedang kuno. Kekuatan pedang itu bahkan kami yang berstatus Tingkat Dewa pun tak mampu melawannya. Prasasti Langit ini kekuatannya tidak kalah dengan pedang kuno itu, mungkin berasal dari zaman purba. Dengan kemunculan senjata purba dan prasasti langit ke dunia manusia, pasti akan terjadi peristiwa besar di kerajaan. Tiga Wali Kota, menurutku prasasti langit ini memiliki arwah dan akan memilih tuannya sendiri. Sejak zaman dulu, kota empat penjuru kita selalu bersatu melawan musuh bersama. Hubungan kami bertiga seperti saudara sedarah. Meski prasasti suci ini penting, jangan sampai merusak keharmonisan persaudaraan kita. Mari kita berjanji: Siapa yang terpilih oleh prasasti itu, dialah pemiliknya. Yang lain dilarang memperdebatkannya. Jika ada perselisihan, tiga keluarga lain akan bersatu menghukumnya. Bagaimana pendapat kalian?" kata Murong Jiuding.
Aku tak menyangka Murong Jiuding ternyata begitu berwibawa. Tapi setelah kupikir-pikir, prasasti langit itu memancarkan energi spiritual logam. Dari empat wali kota, hanya Murong Jiuding yang menguasai ilmu beladiri elemen logam dan telah mencapai kesempurnaan. Jika prasasti itu benar-benar memilih tuan, sudah pasti dialah yang terpilih. Ucapannya sama saja seperti tidak berkata apa-apa.
"Tiga Wali Kota lainnya yang mendengar perkataan ini juga jelas-jelas menyadari strategi licik Murong Jiuding. Namun perkataan Murong Jiuding terdengar sangat adil, benar-benar tidak ada celah untuk dibantah. Akhirnya mereka semua mengangguk setuju, menunjukkan dukungan terhadap Murong Jiuding."
"Karena kita semua sudah mencapai konsensus, tidak boleh ada penundaan lagi! Mari segera berangkat sekarang juga. Semakin cepat urusan Prasasti Langit ini diselesaikan, semakin cepat pula kontradiksi antara Bangsa Manusia dan Binatang Buas akan terurai!" seru Murong Jiuding.
Murong Jiuding benar-benar terlihat sangat tergesa-gesa. Aku pun tidak enak untuk membantah, akhirnya mengangguk dan berkata: "Perkataan Wali Kota Murong sangat tepat. Kalau begitu, mari kita berangkat sekarang juga."
Saat keluar dari kemah Murong Jiuding, di luar terlihat seorang pria sedang menunggang kuda putih. Bajunya serba putih, terlihat elegan dan karismatik. Dia bagai pusat perhatian di antara kerumunan. Meski banyak juga yang berpakaian putih dan menunggang kuda putih, tapi hanya dia yang memiliki aura khusus, membuatmu langsung bisa mengenalinya di tengah kerumunan.
Dia adalah Shangguan Wuwei.
Pemuda terbaik dari Klan Shangguan, bahkan bisa dibilang yang terunggul di seluruh Kota Empat Penjuru.
Mungkin dia merasakan tatapanku, dia pun menoleh ke arahku. Sebuah senyum mengembang di wajahnya sebelum kembali memandang ke kejauhan. Entah apa yang sedang dipikirkannya.
——Teriompet telah ditiup, para top player dari berbagai klan berkumpul. Setelah itu, Murong Jiuding memegang map itu dengan sikap layaknya pemandu jalan, membawa kami memasuki hutan belantara. Setelah masuk, baru kusadari pertempuran antara Wilayah Liar dengan ras manusia tak sesederhana yang dikatakannya. Pohon-pohon kuno tak terhitung tercabut hingga ke akar, permukaan tanah ternoda merah darah. Mayat manusia dikumpulkan, sementara bangkai binatang buas setelah dipenggal kepalanya dan diambil Yuan Hewannya dibiarkan tergeletak liar.
Ada klan Kekacauan.
Ada ledakan dahsyat.
Ada harimau buas.
Bahkan ada Tongbi Yuanhou.
Juga banyak klan hewan yang tak kukenal namanya, kini telah menjadi bangkai berbau busuk. Hutan Binatang Buas yang pertama kudatangi saat tiba di dunia ini, meski menimbulkan ketegangan, sebenarnya cukup kusukai makhluk-makhluk di sini.
Dibandingkan manusia, meski mereka juga berkultivasi, sifat mereka jauh lebih polos. Yang mereka inginkan hanyalah bertahan hidup.
Sepertinya ini hukum dunia. Makhluk di Bumi bukan siluman, hanya ingin hidup. Bahkan hewan di sini yang berkultivasi menjadi siluman pun, hanya ingin bertahan hidup di bawah bayang-bayang manusia.
Saat ini, binatang buas demi perdamaian telah mundur ke satu sudut Hutan Binatang Buas. Area ini bisa dimasuki manusia sesuka hati, sampai mereka berhasil mengambil prasasti langit misterius itu. Sepanjang perjalanan, selain mayat, aku tidak melihat binatang buas sama sekali. Setelah melewati hutan sempit yang memanjang, di kedalaman Hutan Binatang Buas muncul kabut tebal yang bergulung-gulung.
Sampai di sini, energi elemen logam Langit Bumi sudah begitu pekat hingga nyaris membeku. Namun setelah konflik sebelumnya, meski buah emas dalam tubuhku masih memberontak, ia tidak lagi melakukan provokasi. Energi spiritual keemasan di alam pun tidak secara aktif menyerang.
Rombongan kami yang berjumlah lebih dari seratus orang ini, setelah memasuki area inti, berjalan strik mengikuti petunjuk pada peta. Satu langkah pun tidak berani menyimpang.
Setiap langkah terasa seperti menginjak duri.
Tiba-tiba aku teringat masa lalu, saat aku dan Si Gendut menjelajahi tempat berbahaya. Waktu itu kami sangat lemah, bukankah saat mencari rahasia juga merasakan kesulitan seperti ini?
Aku hanya berpikir untuk bertarung habis-habisan saat mereka berkonflik dengan orang tua misterius itu. Yang tidak kuduga, meski mengikuti petunjuk peta, kami justru tersesat dalam kabut ini.
Mereka mulai mencurigaiku, mengira peta yang kubagikan palsu, sengaja ingin menyeret mereka ke daerah kematian.
Meski tidak diucapkan langsung, aku sudah merasakan getarannya.
Aku juga bingung, jangan-jangan aku ditipu keluarga Wu?
