"Sebagai umpan, perlu lima bahan berkumpul. Baru tiga. Jika diambil sekarang, bukankah itu menyembelih ayam penghasil telur?" nada Tuan tetap tenang.
Saat ini, orang gemuk itu sepertinya juga menangkap maksud lain dalam perkataan Tuan tersebut. Aku menatap Tuan itu, tidak bisa melihat jelas wajahnya di balik jubah hitam. Kemampuannya berada di atasku, jadi sangat mudah baginya menyembunyikan wujud asli di hadapanku. Perlahan-lahan aku mencerna makna perkataannya, merasa mungkin Tuan sedang memberikan notifikasi tertentu padaku.
Bukan berarti dia ingin mengambil Buah Lima Elemen Dao-ku untuk dijadikan obat, melainkan dia sedang mengingatkanku bahwa pada akhirnya nasibku akan seperti itu.
Maka kulewati orang gemuk itu dengan satu langkah, menatap Tuan ini sambil berkata: "Meski baru tiga rasa yang matang, setidaknya saat ini aku menyerah. Jika sampai lima rasa semuanya matang dan aku berubah pikiran tidak mau menyerahkan Buah Lima Elemen Dao ini, apa yang akan Tuan lakukan?"
"Jika telur sudah matang, untuk apa lagi menyembelih ayam penghasil telur?" jawab Tuan itu. Suaranya tetap datar tanpa gelombang emosi.
Kuperhatikan Tuan ini. Jika sebelumnya hanya tebakan, maka kalimatnya ini semakin memperjelas maksudnya. Tapi ini juga sesuai dengan dugaanku sebelumnya: akan ada orang yang menghabisiku dan mengambil Buah Lima Elemen Dao saat matang dalam tubuhku. Kuserahkan hormat padanya: "Terima kasih, Tuan."
Orang itu sama sekali tidak menunjukkan kesopanan, hanya mengangguk ringan. Kemudian menatap si gemuk: "Aku tidak terlalu menyukaimu."
Awalnya si gendut sudah susah payah tenang, tiba-tiba ucapan ini membuatnya bingung. Tapi dengan temperamennya, bahkan jika Raja Langit sendiri mengatakan ini di hadapannya, dia takkan tahan. Setelah merenung, dia berseru: "Sial! Tuan Gendut ini sudah memberimu tiga poin muka, kau malah merasa diri penting. Jika kau tak suka padaku, aku juga tak menyukaimu! Ye, jangan mengedip-ngedipkan matamu padaku. Aku tahu tak bisa mengalahkannya. Baiklah, Tuan Gendut ini pergi saja, bagaimana?"
Begitu marah, si gendut langsung melontarkan segala ucapan. Aku benar-benar khawatir Tuan ini akan berkelahi dengannya. Untungnya Tuan tak benar-benar marah mendengar omongannya. Setelah berkata, si gendut berpesan padaku: "Ye, aku akan menunggu di ambang pintu, takkan menyadap. Ingat, meski kita belum cukup kuat sekarang, kita takkan menerima penghinaan - setitik pun! Jika senjata ini masih bersikap sinis, kita langsung pergi."
Setelah si gendut keluar, aku berkata pada Tuan dengan malu: "Saudaraku memang punya temperamen seperti ini."
Tuan itu tampaknya sama sekali tak mempedulikan urusan ini. Tangannya melambai, sebuah baki teh kayu cendana melayang di antara kami. Dengan gerakan lain, peralatan teh dan teh muncul secara alami bagai sulap, membuatku kalang kabut. Saat aku masih bengong, secangkir teh sudah ada di hadapanku. Kukatakan: "Terima kasih."
“Ingin mengatasi kesulitanmu saat ini, hanya mengandalkan metode kultivasi fisik Ao Tian masih jauh dari cukup. Diperlukan juga Tubuh Tak Terpatahkan dari Barat. Jika metode kultivasi fisik Ao Tian dianggap sebagai hukum manusia, maka Tubuh Tak Terpatahkan dari Barat adalah hukum Buddha. Tubuh ras naga-mu yang telah diberkati pohon Jalan merupakan hukum Tao. Untuk menyatukan lima elemen, diperlukan penyatuan tiga hukum: manusia, Buddha, dan Tao agar bisa bertahan.” Tuan meletakkan cangkir teh pertama.
Tuan ini benar-benar orang dengan kebijaksanaan agung dan kemampuan luar biasa. Setidaknya sejauh ini, dialah satu-satunya yang bisa dengan pasti menunjukkanku jalan yang benar.
“Masalah metode kultivasi fisik Senior Ao Tian tidak terlalu rumit. Kakak memiliki hubungan guru-murid sekaligus persahabatan karib dengan Senior Ao Tian. Beliau sudah berjanji akan mengajarkannya. Tapi mengenai Tubuh Tak Terpatahkan dari Barat... ini agak sulit. Sikap Barat terhadapku tidak terlalu baik.” Kataku.
“Itu bukan urusanku. Jalannya sudah kutunjukkan, bagaimana melanjutkannya itu urusanmu sendiri.” Kata Tuan.
Cara bicaranya memang selalu langsung. Aku terdiam sejenak, lalu menerimanya dengan lapang.
Saat itu, Tuan mengeluarkan cangkir teh kedua: “Sebelum mati, Qing Long meninggalkan rahasia Prasasti Langit. Apakah ini metode kultivasi Qing Long atau jebakan yang dipasangnya? Hingga kini, bahkan tiga dewa pun tak bisa memastikan. Tapi karena ke-mistik-an rahasia Prasasti Langit ini, patut dicoba. Kau harus memahami kalimat ini dengan baik.”
Ucapannya benar-benar membuatku mengerutkan kening. Jelas Tuan mengetahui mimpiku itu. Sebenarnya sejak awal, inilah yang ingin kukonfirmasi padanya. Apakah ucapannya ini bisa dianggap sebagai jawaban?
"Apakah rahasia Prasasti Langit sebenarnya metode kultivasi Qing Long, ataukah ini sekadar permainan leluhur Qing Long? Apakah mereka yang mempraktikkan rahasia Prasasti Langit akhirnya harus mati untuk reinkarnasinya? Dan apakah semua ini dianggap sepadan hanya karena kemistikan rahasia Prasasti Langit?"
Pada akhirnya, aku hanyalah kelinci percobaan para penguasa tertinggi? Jika dulu, pemikiran ini pasti akan membuatku putus asa, tapi sekarang aku sudah terbiasa. Sebenarnya, jika posisiku ditukar, aku pun mau mencobanya.
"Terima kasih." Kembali kusampaikan hormat padanya.
Tuan mengambil cangkir ketiga, ragu sejenak sebelum berkata: "Barat adalah tempat penguburan tulang Raja Suci Kong Xuan dari Barat. Selama bertahun-tahun mereka bukan hanya mengincar Prasasti Langit Lima Elemen Tianyuan, tapi juga ingin menghidupkan kembali Kong Xuan dengan kekuatan keyakinan semua makhluk. Kong Xuan yang berkekuatan tak terbatas itu mampu menguasai seluruh kerajaan. Jika ia kembali ke Sembilan Lapis Langit, Timur akan terancam. Karena itu, baik Surga Langit maupun Tiga Ajaran akan mendukungmu sepenuhnya untuk merebut Barat sebelum kebangkitannya."
Setelah menaruh cangkir itu, Tuan tampak enggan melanjutkan pembicaraan. Tiga cangkir, hanya tiga kalimat itu. Tapi sebenarnya aku sudah cukup puas. Ia menunjukkan jalan terang, membebaskanku dari mimpi yang nyaris menjadi iblis dalam hatiku, bahkan memberikan 'dukungan penuh' - apa lagi yang kuharapkan?
Kuberdiri dan berkata: "Tuan, aku pamit dulu."
Tuan mengangguk dan berkata: "Di kemudian hari jika ada pekerjaan apa pun, kamu bisa langsung berdiskusi dengan Manajer Penginapan di lantai bawah. Apotek Tianyuan ini mulai sekarang adalah milikmu. Aku tidak akan ikut campur lagi. Aku datang dari Sembilan Lapis Langit. Di antara Langit dan Bumi ada Aturan Jalan Utama. Sembilan Lapis Langit adalah dunia dewa tertinggi. Saat turun dari sana ke Tianyuan, seluruh kemampuanku ditekan oleh Jalan Utama. Jika bertindak, pasti akan terluka olehnya. Jadi aku tidak akan membantumu. Segalanya harus kamu usahakan sendiri."
Kabar ini membuatku sangat gembira. Aku mengangguk padanya: "Terima kasih."
Mungkin ini sudah kali ketiga aku mengucapkan terima kasih padanya sejak bertemu. Saat sampai di ambang pintu, si gemuk masih duduk sendiri sambil menggerutu. Ketika kami turun ke lantai bawah, semua pelayan dan staf Apotek Tianyuan itu serentak bersimpuh saat melihatku.
Mereka mungkin sudah mendapat perintah lisan dari Tuan sebelumnya. Apakah Apotek Tianyuan ini benar-benar menjadi milikku sepenuhnya sekarang?
Kulihat Manajer Penginapan yang bersujud di tengah kerumunan. Kulumatkan tanganku: "Kemarilah."
Manajer itu mendekat. Baru sekarang kusadari, ekspresi wajah semua staf Apotek Tianyuan terlihat sangat kaku, seperti tubuh kosong yang dikendalikan tali layaknya boneka kayu.
"Agak mirip teknik menabur kacang menjadi prajurit dari aliran Maoshan. Tuan ini pasti punya hubungan dengan cabang Maoshan di Bumi. Pantas saja aliran energinya terasa familier," kata si gemuk.
"Menurutku lebih mirip gaya Penguasa Sembilan Kegelapan," sahutku.
Kami berdua berbicara di depan Manajer Penginapan ini. Matanya sama sekali tidak berkedip, pandangannya tetap lurus. Jika dia benar-benar orang biasa, kemampuan mengendalikan emosinya sungguh luar biasa.
"Kedepannya kamu harus mendengarkannya, orang gemuk ini. Di seluruh Tianyuan Yaoxing, kamu sebagai Manajer Penginapan, dia sebagai Manajer Besar." Langsung kusampaikan padanya.
Manajer Penginapan itu mengangguk. Dari penampilannya, dia benar-benar tidak terlihat seperti orang biasa.
"Ini maksudmu apa? Baru saja dikasih orang, langsung kamu berikan ke aku?!" Tuan Gendut berteriak kaget.
"Ayo, bicara di luar." Kataku pada orang gemuk itu.
Setelah keluar dari Tianyuan Yaoxing, karena hasil yang kudapat disana, suasana hatiku menjadi sangat baik. Kujitakan bahu Tuan Gendut: "Tuan, sekarang kita sudah tidak punya jalan mundur. Ini lebih menakutkan daripada dinobatkan jadi kaisar. Pilihannya mati atau aku harus memimpin perang. Kalau tidak bisa diubah, mari terima keadaan. Sekarang aku mulai paham, baik di Bumi maupun di Benua Tianyuan ini, berkelahi butuh uang dan perbekalan besar-besaran. Bahkan untuk menguasai empat klan yang akan bangkit, menstabilkan Kota Fuyao dan Kota Chaoge, andalan terbesar kita adalah Tianyuan Yaoxing ini. Ini markas belakang kita, yang paling kokoh. Kalau Tianyuan Yaoxing runtuh, segalanya akan sia-sia. Kamu mengerti?"
"Logistik harus dipersiapkan sebelum pasukan bergerak, masak prinsip dasar begitu saja Tuan Gendut ini tidak paham?" Dia melototkan matanya yang putih padaku.
"Jadi kuserahkan padamu, kaulah orang yang paling kupercaya. Lagipula, kamu paham hal ini, di otakmu juga ada resep kultivasi. Karena itu, kamulah yang paling cocok." Aku berkata.
