Ada beberapa hal yang tidak perlu saya jelaskan secara gamblang. Orang-orang yang bisa duduk di sini hari ini pasti bukan orang bodoh. Saya bisa memberi mereka apa yang mereka inginkan, dan yang bisa mereka berikan pada saya adalah loyalitas mereka. Baru saat inilah saya benar-benar merasakan efek instan dari beberapa langkah keras yang sebelumnya diambil Shangguan Wuji. Dengan paksa, dia berhasil memperbaiki situasi kacau yang hampir tak terkendali di wilayah Timur.
Situasi di wilayah Timur Benua Tianyuan akhirnya stabil setelah mereka menerima Guiyuan Dan dan kitab-kitab suci dari berbagai klan. Ximen Wushuang dan Di Tian tidak tinggal lama di sini. Duanmu Sen juga kembali ke Kota Qingmu untuk mempersiapkan urusan Klan Air. Sejak kejatuhan Tianzun Ao Tiance, Kota Qingmu sepenuhnya dibangun kembali oleh Duanmu Lingxiu. Meski penduduk Kota Qingmu cukup beragam, mayoritas masih keturunan pengikut setia Tianzun di masa lalu. Selama bertahun-tahun, Kota Qingmu meminjam sebuah pulau dari suku siluman Laut Utara sebagai wilayah kota. Meski disebut kota, fasilitasnya jauh kalah dengan Kota Empat Penjuru. Andai bukan karena pertahanan alam Laut Utara, mungkin kota ini sudah musnah. Kini Duanmu Lingxiu sebagai Santo Penguasa Klan Air telah membawa kebangkitan kembali Kota Qingmu.
Yang tidak kusangka adalah, Nona Putih akhirnya memilih bertahan. Sebenarnya saat ini aku tidak ingin berhadapan dengan gadis berwatak sangat aneh ini, terutama karena alasan Jin Chiwu. Makam Jin Chiwu terletak di dalam Hutan Belantara. Ketika Nona Putih mempelajari bela diri eksternal, dia pernah berdialog dengan jiwa Jin Chiwu. Mereka memiliki hubungan seperti ini, jadi wajar jika aku menghindari Nona Putih. Tapi tidak semudah itu menghindari perempuan seperti ini! Aku bersembunyi di Apotek Tianyuan, tapi Pemimpin Barbar ini langsung membawa bangku dan duduk di ambang pintu apotek sambil berteriak: "Keluar dan temui aku, atau hari ini aku akan menggusur Apotek Tianyuan ini!"
Perilaku dramatisnya secara alami menarik banyak penonton, tak terkecuali bisikan-bisikan. Kini seluruh kerajaan telah mengetahui gadis beraura suci ini adalah Pemimpin Suku Barbar, juga mengenal karakter keras dan temperamennya yang meledak-ledak - sosok yang membuat semua orang pusing. Melihatnya mengepung pintu Apotek Tianyuan untuk memaksaku muncul, antara Tianzun (Dewa Tertinggi) baru dan Pemimpin Barbar, entah siapa yang pertama kali berbisik: "Jangan-jangan Tianzun baru ini sudah main-main dengan Yecha ini tapi tidak mau bertanggung jawab, sampai si Yecha datang mengepung?" Pandangan ini langsung memicu gemuruh diskusi. Dengan tawa seram mereka berkata: "Memang pantas jadi Tianzun baru, benar-benar berbeda! Coba tanya seluruh kerajaan, siapa yang berani macam-macam dengan Yecha ini?"
Semua ini tentu terlihat jelas olehku yang berdiri di ambang jendela. Aku mulai khawatir untuk para kultivator di bawah. Sudah tahu itu Yecha, masih berani bicara begitu di depannya? Kalian pikir kemampuan Tingkat Dewa level satu itu diremehkan, tidak bisa mendengar bisikan kalian? Nanti jika dewi ini murka, bahkan aku pun tak bisa melindungi kalian!
Tak disangka, Nona Putih malah tersenyum. Ia menoleh ke para kultivator penggembira: "Kalian benar. Tianzun baru ini memang brengsek. Memanfaatkan wibawa Tianzun-nya untuk menipu hati seorang gadis. Setelah puas, langsung ingkar janji. Kasihan anak dalam kandunganku ini - tulang-tulang Ye Jihuan sendiri!"
Sebagai perempuan beraura dewi yang wajahnya saja sudah mengundang simpati, ekspresi sedihnya yang dibuat-buat langsung memicu amuk massa. Makhluk-makhluk tanpa otak ini sepenuhnya percaya pada "Yecha" yang tadi mereka cela. Aku dianggap mesum yang merusak bunga. Mereka meneriaki Toko Obat Tianyuan tak henti-hentinya, memaksaku muncul memberi penjelasan pada gadis "sempurna" ini.
Rupanya memesona, energi dewinya sempurna. Kemampuan masuk Tianji Bang, bahkan menjadi Pemimpin Barbar. Perempuan perfect seperti ini tega kutinggalkan?
Orang gemuk di sampingku tertawa terpingkal-pinggal. Kubelalakkan mata: "Kamu tertawa apa sih?!"
Air mata orang gemuk hampir keluar, dia memandangiku dengan penuh pengertian: "Sekarang bagaimana? Nona ini rela menghancurkan nama baiknya demi bertemu denganmu, jelas-jelas menunjukkan sikap ingin mati bersamamu. Sebagai Tianzun yang baru dilantik, reputasimu akan ternoda jika dituduh seperti ini. Masih tetap mau bertemu?"
Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum getir: "Bersembunyi terus-menerus juga bukan solusi. Jika aku tidak segera muncul, dia pasti akan menggunakan jurus pamungkasnya. Dia benar-benar akan menghancurkan Toko Obat Tianyuan ini."
Setelah berkata demikian, kubuka jendela. Saat aku muncul, suasana di bawah justru menjadi hening. Para kultivator itu wajahnya pucat pasi, mengingat tadi mereka telah memfitnahku di bawah bujukan si nona.
Nona Putih menyandarkan tangan di pinggang dengan sikap pemenang yang menatapku. Kularaikan tangannya: "Mendekatlah! Mari kulihat anakku yang konon ada di perutmu?"
Meski baru saja menyerangku dengan jurus tujuh luka, wajahnya langsung memerah mendengar ucapanku. Keributan pun terjadi di antara para kultivator di bawah.
Nona Putih melayang dengan anggun. Dengan gaun putihnya, dia benar-benar terlihat bak bidadari yang tak terjangkau dunia fana. Namun semua kesan anggun itu langsung sirna begitu dia membuka mulut.
"Nona Putih!" Orang gemuk yang suka melihat keributan tanpa peduli urusan besar berkata, "Saudaraku ini baik hati, hanya saja terlalu sentimental. Anaknya sudah berapa bulan? Apakah perlu Toko Obat Tianyuan membuatkan beberapa resep penguat janin? Ingat baik-baik, jangan sampai marah. Sekalipun kultivator Tingkat Dewa, jika energi janin terganggu bukanlah hal sepele."
Aku seketika menoleh dan memaki si gemuk, "Kau minggir sana, bangsat!"
"Siap!" Si gemuk langsung berjalan keluar tanpa menoleh. Nona Putih menggerakkan tangannya, menutup jendela yang terbuka. Dengan senyuman sinis ia menatapku, "Bisa segininya merasa bersalah, rupanya kepergian Jin Chiwu benar-benar ada hubungannya denganmu. Berapa kali Jin Chiwu membantumu, bahkan mempertaruhkan nyawa? Memang bahan jadi Tianzun, cepat sekali belajar tidak mengenal belas kasihan?"
Sudah kuduga kedatangannya pasti untuk urusan ini. Aku menggeleng sambil tertawa pahit, "Ada beberapa hal yang tak tahu bagaimana menjelaskannya padamu."
Nona Putih mendengus dingin, "Sejak kau mengeluarkan Kitab Suci Empat Klan, sudah kutebak apa yang kaulakukan. Kini kau yang mulia Tianzun, perlu apa menjelaskan pada perempuan kecil sepertiku? Hanya satu pertanyaan: Jin Chiwu masih hidup atau sudah mati?"
"Kakak Jin sudah pergi." Jawabku.
"Syukurlah hati nuranimu belum sepenuhnya dimakan Gou." Nona Putih melototiku.
Dia tidak langsung menyerangku saat bertemu, itu di luar perkiraanku. Tentu saja aku juga bukan orang yang sengaja mencari masalah. Aku duduk sambil memandangnya: "Dulu saat aku bukan siapa-siapa, berkat bantuanmulah aku bisa bertahan hidup. Sekarang setelah berubah seperti ini, apakah aku sangat menjijikkan?"
Nona Putih merapikan rambut di dahinya. Tiba-tiba aura tenang menyelimutinya: "Mau dengar yang sebenarnya?"
Aku mengangguk: "Tentu saja. Hubungan kita, perlu pakai basa-basi lagi?"
Matanya melotot padaku: "Di dunia ini tak ada yang mutlak benar atau salah. Jika aku jadi kau, membunuh Jin Chiwu bahkan pilihan yang lebih baik. Ximen Wushuang dan Di Tian juga akan kucekik untuk mencegah masalah di kemudian hari. Aku benci keributan. Membiarkan mereka hidup hanya akan membawa masalah. Lihat saja Ximen Wushuang dan Di Tian yang pura-pura menyerah. Mereka bagai bom waktu. Dulu mereka tunduk pada ayahmu, tapi kemudian bersekongkol dengan Murong Jiuding untuk hal memalukan. Sekarang? Jual Murong Jiuding, lalu bersujud padamu. Berapa marga yang sudah mereka khianati? Kau sungguh yakin bisa mengandalkan orang seperti ini?"
Setelah berkata demikian, dia melanjutkan: "Tapi keputusanmu menyisakan mereka memang yang paling bijaksana untuk saat ini. Hanya saja, kau harus siapkan rencana cadangan."
Rupanya ada alasan perempuan ini bisa jadi Pemimpin Barbar. Penjelasannya sistematis dan logis, sampai aku merasa seperti menemukan sahabat sejati.
Dia melototkan matanya yang putih ke arahku dan berkata: "Memahami itu satu hal, tapi aku ini orang yang selalu menilai orangnya bukan perkaranya. Dan ingat baik-baik, hutangmu pada siapapun pasti akan kau bayar juga pada akhirnya."
Begitu ucapannya selesai, Shangguan Wuji bertepuk tangan sambil masuk. Di belakangnya, mengikuti Sang Santo Penguasa Klan Air masa kini, Duanmu Lingxiu.
Alis Nona Putih langsung berkerut. Ia menyembunyikan ekspresi tenang yang baru saja diperlihatkannya, menggantinya dengan sorot mata dingin: "Kau takut kubunuh, atau justru ingin membunuhku?"
Begitu Duanmu Lingxiu muncul, aku langsung tahu Pemimpin Barbar yang terlihat kasar ini akan berprasangka. Segera kugelengkan kepala: "Bukan urusanku."
Shangguan Wuji juga buru-buru berseru: "Dewi! Apa maksudmu? Aku baru dengar Tianzun menghinamu hingga mengandung anaknya! Makanya kubawa Jenderal Duanmu untuk menghabisi dia! Siapa di seluruh kerajaan yang tak tahu kau adalah dewi impianku? Ye Jihuan ini ternyata cuma saudara palsu! Istri saudara tak boleh diganggu, tapi dia malah tak sungkan!"
Nona Putih seketika bertindak. Sehelai sutra putih sudah menyambar di depan wajah Shangguan Wuji dalam sekejap. Andai bukan karena Duanmu Lingxiu yang menghalangi, mungkin Shangguan sudah terlempar ke udara.
“Ini Shangguan Wuji benar-benar tebal muka di hadapan Nona Putih,” dia menepuk dada sambil berkata, “Dewi, semuanya sempurna padamu, hanya sikapmu yang terlalu garang. Andai sedikit lebih lembut, pasti benar-benar sempurna.”
“Masih berani bicara?!” Nona Putih melototi-nya.
Shangguan Wuji segera mengangkat tangan, “Diam, aku akan diam sekarang juga!”
Meski ucapan Shangguan Wuji memancing tinju, suasana justru menjadi lebih cair. Melihat ketegangan antara mereka, aku berkata, “Baiklah, kita semua sekarang adalah orang besar di kerajaan baru ini. Bisakah bicara secara normal? Kalau terlihat orang luar seperti apa citra kita? Dengan sikap santai begini, dengan apa kita akan MENANG melawan Barat?”
Setelah duduk, sejak masuk ke rumah ini, sorot mata Shangguan Wuji tak pernah lepas dari Nona Putih. Ia memandangnya, “Dewi, analisismu barusan benar-benar membuatku tunduk. Awalnya aku tak mengerti kenapa Ye Jihuan tiba-tiba menjadi tidak mengenal belas kasihan. Ucapanmu bagai pencerahan, baru kusadari aku salah menilai senjata ini. Mengingat Dewi memiliki pengetahuan begitu mendalam tentang situasi kerajaan, menurut Dewi langkah apa yang harus kita ambil selanjutnya?”
Nona Putih sama sekali tak menunjukkan sikap baik pada Shangguan Wuji. Tanpa duduk, dia melempar satu kalimat dingin: “Jangan sampai mati tanpa penjelasan seperti Ao Tiance,” lalu berbalik pergi.
Setelah kepergiannya, Shangguan Wuji menepuk paha, “Cerdik! Lihat itu? Inilah alasan utama aku menyukainya!”
