Shangguan Wuji telah menggunakan lebih dari 40 mata-mata yang dikembangkan dengan susah payah oleh keluarga Shangguan, namun tetap tidak berhasil membawa intelijen apapun dari Barat. Dari luar, bahaya alam Gunung Sumeru seolah menjadi penghalang alami yang membungkus seluruh wilayah Barat menjadi kokoh seperti tong besi. Orang luar hanya melihat tembok baja, sedangkan isi tong sebenarnya tetap misterius. Hal ini membuat Shangguan Wuji yang biasanya sangat bangga menjadi kesal. Di satu sisi, keberangkatanku sudah di depan mata, di sisi lain ini menyangkut prinsip "kenali diri dan musuh maka takkan kalah" di medan perang. Buddha dari Barat bisa datang ke Timur kapan saja seperti turis, sedangkan orang Timur yang ingin masuk ke Barat justru hilang tak kembali? Ini sungguh merusak moral. Shangguan Wuji pun mempercepat upaya merangkul An'ge. Konon ia sudah menghubungi Bai Jianfei, namun sikap Raja Pembunuh itu ambigu - tidak menolak tapi juga tidak menerima bantuan. Umpan yang diberikan Shangguan Wuji (dengan persetujuanku) termasuk segala janji yang mungkin diberikan kepada Bai Jianfei tetap tidak bisa menggoyahkan hati sang legenda pembunuh yang ditakuti seluruh kerajaan. Akhirnya Shangguan Wuji sampai menginjak-injak dan memaki-maki: "Hanya Bai Jianfei-kah yang bisa melatih pembunuh nomor satu di dunia ini?"
Saat ini, bahkan aku bisa melihat bahwa Shangguan Wuji mulai panik. Meskipun jurus kejamnya dalam beberapa serangan awal memang memberikan hasil tertentu, efek sampingnya sangat jelas. Sebut saja Ximen Wushuang dan Di Tian yang secara lahiriah tunduk, tapi siapa yang tahu apa yang sebenarnya ada di lubuk hati mereka? Belum lagi masalah An'ge yang membuat Shangguan Wuji benar-benar kehilangan kendali. Aku mengerti perasaan ini - meski secara resmi menjadi Penguasa Tertinggi Timur (Dongfang Tianzun), sebenarnya aku hanyalah bos tangan kosong. Bahkan akan meninggalkan seluruh wilayah Timur untuk "berpetualang" ke Barat. Dengan perang Timur-Barat yang semakin dekat, sementara Timur sama sekali buta tentang Barat, siapa pun takkan bisa tetap tenang di rumah.
Karena itu, meski melihat masalah pada Shangguan Wuji, aku tetap tak menghiburnya. Malah melihat semangat Zhuge Liang yang "bekerja keras sampai akhir" dalam dirinya. Setiap detail urusan lima klan yang bangkit kembali - Batu Arwah, wilayah kekuasaan, obat kultivasi - semuanya ditangani langsung olehnya. Beban sebesar ini akan membuat orang lain histeris, tapi Shangguan Wuji tak hanya menanganinya dengan sempurna, bahkan memperluas pasukan kavaleri berat andalannya dari 30.000 menjadi 80.000 pasukan, sambil masih mengurusi berbagai masalah kerajaan.
Ada seseorang seperti ini, sebagai Tianzun aku jadi tidak terlalu merepotkan, tapi pada dasarnya Shangguan Wuji bukanlah kultivator, aku benar-benar khawatir dia kelelahan berlebihan dan mengalami kematian dini. Ternyata kekhawatiranku sama sekali tidak berdasar. Menurut perkataannya sendiri, separuh hidupnya di Klan Shangguan Kota Fengming digunakan untuk menempa pedang. Momen yang dinantikan seumur hidupnya akhirnya tiba, apakah pedangnya ini hanya besi tua atau senjata legendaris akhirnya sampai pada tahap pembuktian. Kesibukan akan membuatnya hidup lebih lama, jika suatu hari benar-benar menganggur, mungkin itu akan menjadi hari kematian Shangguan Wuji.
——Singkatnya, dengan kehadiran Shangguan Wuji yang lebih tekun dari sapi pekerja dan Duanmu Lingxiu yang meski jarang bicara tapi selalu bisa mengendalikan situasi kritis, ditambah kembalinya Chen Dongfang yang mulai mereformasi sistem operasi Klan Jin berdasarkan pengalaman di Bumi, begitu seluruh sistem ini matang akan segera diterapkan ke lima klan. Dengan mereka yang berjaga di sini, sebenarnya tidak banyak yang perlu kurisaukan. Kini, perjalanan ke Barat yang tertunda lama akhirnya bisa terealisasi. Alasan menunda kepergian begitu lama adalah menunggu ramuan si Gemuk - ramuan yang diklaimnya bisa membuat tubuh sekuat King Kong dan tombak emas tak goyah.
Tuan Gendut menunggu dengan sabar di samping ritual penyulingan ramuan selama 49 hari. Setiap tahap penambahan bahan obat dan pengaturan suhu api diawasi langsung olehnya. Bahkan aku belum pernah melihat orang seberat itu begitu serius. Namun tepat di hari ke-49, ritual penyulingan itu meledak. Tuan Gendut terlempar sampai terhuyung-huyung. Dengan gigih, dia mengais-ngais abu dan menemukan tiga pil obat hitam legam. Sambil menggaruk kepala, dia berkata padaku: "Tuan Gendut tahu kau tak mungkin menunggu ritual selanjutnya. Meski khasiat tiga pil ini tidak jelas, dan bentuknya jauh dari yang kubayangkan, simpanlah ini. Jangan dikonsumsi kecuali dalam kondisi darurat. Jika benar-benar menghadapi situasi kematian pasti, telanlah. Siapa tahu berguna?"
Aku diam seribu bahasa. Setelah berbulan-bulan kerja keras berakhir dengan ledakan, pastilah hatinya yang paling terluka. Namun untuk siapa dia bersusah payah selama ini?
Ku simpan ketiga pil hitam yang berpenampilan buruk ini di balik bajuku. Pada suatu malam gelap gulita, ku lambaikan tangan untuk berpamitan dan mulai bergerak ke arah Barat.
——Jangan kira kami terbang di udara atau menunggang kuda naga Xiao Hei yang melesat ribuan li sekejap mata sampai ke Barat. Sebenarnya sejak memutuskan mengikuti Ao Tian dalam perjalanan ini, aku sudah siap mental. Sepanjang jalan tidak menunggang kuda, juga dilarang menggunakan energi internal dalam tubuh, hanya berjalan bertelanjang kaki. Yang paling menyebalkan, Ao Tian sengaja memilih jalan-jalan yang rusak—di mana jalan buruk, di situlah dia lewat. Kali ini aku benar-benar merasakan kehidupan pertapa yang menderita. Bedanya, pertapa berziarah ke Barat untuk kultivasi, sedangkan perjalanan kami ke Barat ini pasti akan mengacau-balaukan seluruh situasi di kerajaan Barat.
Sepanjang perjalanan tidur di alam terbuka, Kakak sudah terbiasa dengan kehidupan seperti ini. Tapi latihan di luar batas manusia seperti ini baru pertama kali kualami. Kurasa jika ini terjadi pada diriku di masa lalu, dalam sehari saja Ao Tian pasti sudah menyiksaku sampai separuh nyawa melayang. Andai hanya berjalan kaki, mendaki gunung, dan menyeberangi lautan dengan kekuatan fisik biasa mungkin masih bisa ditolerir. Contohnya saat kami melewati air terjun dengan kolam dalam tak berdasar di bawahnya. Ao Tian mengambil sebuah batu kerikil dari tanah, menyuruhku melihatnya sebentar, lalu melemparkannya ke dalam kolam dan memintaku mengambilnya kembali—itupun harus batu yang dia lemparkan tadi. Atau saat bertemu binatang buas berukuran raksasa di pegunungan—meski belum memiliki kebijaksanaan spiritual sehingga tidak bisa disebut binatang buas mistis, mereka sangat ganas. Ao Tian akan memicu keganasan mereka lalu melemparku ke tengah-tengah perkelahian, dengan peringatan keras: dilarang menggunakan energi internal, harus membunuh binatang itu dengan kekuatan fisikku sendiri untuk dijadikan santapan malam.
——Dia terus mencari cara untuk menyiksamu, mempermainkanmu, tapi aku juga tahu ini adalah latihan dari Ao Tian. Aku jelas merasakan peningkatan kondisi fisikku. Semakin dalam latihan ini, baru kumengapa Jin Chiwu memberi penilaian begitu tinggi pada Ao Tian. Kenapa di seluruh Benua Tianyuan selama puluhan ribu tahun, hanya Ao Tian yang benar-benar berhasil menapaki jalan kultivasi fisik ini.
Jalan ini benar-benar tanpa jalan pintas, tanpa kitab suci, tanpa obat kultivasi. Saat kau memilih jalur kultivasi fisik, satu-satunya sandaran adalah dirimu sendiri. Tubuhmu adalah harta karun terbesarmu. Kau harus menggali potensi tak terbatas dari tubuh ini.
Yang paling utama, hasil kultivasi fisik sangat lambat. Dibandingkan kultivasi biasa yang dalam beberapa tahun bisa mencapai tingkat bumi atau Tianjie, kultivasi fisik mengandalkan akumulasi harian. Tak boleh ada kelengahan atau istirahat sedikitpun.
Jalan ini sulit, tapi jika berhasil, kekuatannya akan luar biasa. Di puncak kejayaannya dulu, Ao Tian bahkan bisa bertarung tangan kosong melawan Shenlongshi.
——Kakak cocok dengan jalan ini karena karakternya. Aku memilih jalan ini karena tak ada pilihan lain. Demikianlah, kami bertiga berjalan ke barat. Saat mendekati Gunung Sumeru, orang-orang menjauh karena penampilan kami seperti manusia purba.
Sejak kepergian sampai sekarang, setelah berbulan-bulan berjalan, akhirnya Gunung Sumeru terlihat. Aku seolah mendengar gemuruh mantra Buddha dari balik gunung itu.
Malam itu aku berhasil menangkap beberapa kelinci liar, aroma panggangannya benar-benar semerbak. Setelah kenyang, Ao Tian menatapku dan berkata: "Pergi itu ada bedanya. Bagi aku dan kakakmu, pergi dan melatih fisik saja sudah cukup. Tapi bagimu, yang terpenting adalah melatih hati. Alasan aku menyuruhmu menyeberangi seluruh wilayah Timur dengan cara seperti ini, selain untuk melatihmu, lebih ingin membuatmu sebagai Tianzun (Dewa Tertinggi) pemimpin Timur benar-benar melihat kerajaanmu sendiri."
