Nan Gong Li, Pedang Pertama dari Timur, tetap tak kalah wibawa menghadapi Santo Penguasa Barat. Andai saja tidak kulihat luka di tubuh Han Xue, saat ini aku benar-benar ingin melihat mereka bertarung habis-habisan.
"Nan Gong Li, kau terlalu kurang ajar!" Raja Dewa melangkah maju, cahaya emas tiba-tiba memancar kuat. Di belakangnya muncul sosok Dharma Raja kuno, suara mantra yang dikumandangkan bagaikan ajaran biksu suci. Saat mendengar suara ini, jiwaku nyaris terhanyut.
Kurasakan semua tekad dalam diriku hampir sirna. Kemarahan karena melihat Han Xue dihinakan perlahan memudar, perasaan dalam hatiku terkikis sedikit demi sedikit.
"Ilmu rendahan macam ini berani berlagak?!" Nan Gong Li berteriak keras. Sebilah pedang melesat, aura pedang perkasa itu menyapu reaksi Buddha. Setelah sadar, bulu kudukku meremang. Andai saja Raja Dewa menggunakan jurus ini saat bertarung denganku tadi, mungkin aku sudah kalah.
"Di masa lalu, Nan Gong Li bertarung mengarungi kerajaan, ratusan pertempuran tak terkalahkan. Siapa berani melawanku? Kini pedang ini bangkit lagi, bahkan bajingan rendahan seperti kalian berani menghalangi jalanku. Apakah kalian mengira pedang Nan Gong Li sudah berkarat?" Tangannya mencengkeram gagang pedang, seolah menyatu dengan senjatanya, menggelegar tiada tanding.
Tapi meski begitu, mereka masih tidak bermaksud minggir, karena Santo Penguasa belum berbicara.
"Demi Penguasa Legendaris Timur ini, apakah kau benar-benar berani melawan Buddha Barat? Melawanku?" Topeng emas di wajah Santo Penguasa menyembunyikan ekspresinya, nada suaranya masih dingin, tapi aku tahu pasti dia tidak bisa sesantai dulu.
Nan Gong Li mengorbankan tingkat Dewa Pedang demi dirinya, aku tidak percaya hatinya benar-benar tenang.
"Aku tak pernah ingin melawanmu. Meski Nan Gong Li membantai seluruh kerajaan, hanya padamu pedangku tak terangkat. Tapi jika aku ingin pergi, siapa yang bisa menghentikan?" Nan Gong Li sangat dominan.
Saat menyelamatkanku sebelumnya, dia belum menunjukkan sisi sekuat ini. Mungkin kali ini karena berhadapan dengan Santo Penguasa, dendam masa lalu muncul di hatinya. Dewa Pedang pun tetap manusia biasa dengan emosi.
"Ck ck ck, Laozi selalu mengira dirinya yang paling arogan di dunia. Tapi Nan Gong Li ini bahkan lebih nekat dariku, pantas dijuluki Petarung Terhebat Timur zaman dulu!" Aotian berkomentar di samping kami, nada suaranya penuh kekaguman.
Hanya orang sekuat ini yang bisa membuat Aotian respect.
Nan Gong Li dan Santo Penguasa berhadapan, aura keduanya mencapai puncak.
"Menurutmu siapa yang akan MENANG kalau mereka bertarung?" Aku berbisik pada Aotian.
“Belum tentu, makhluk kecil bernama Nan Gong Li ini sangat kuat. Aku pernah dengar ceritamu tentang dia, demi perempuan ini dia jatuh ke tingkat bumi, lalu kembali ke Tingkat Dewa, dari Tingkat Dewa menjadi Dewi Bumi sekarang—hanya beberapa tahun saja. Ini membuktikan bakatnya yang mengerikan. Yang paling penting, kekuatannya bukan terletak pada tingkat pencapaian, tapi pada aura pedangnya yang tak tertandingi. Kemenangannya terletak pada jurus maut yang tak terkalahkan di dunia, kekalahannya tiga poin dari Santo Penguasa Buddha ini, tujuh poin sisanya karena perempuan di hadapannya adalah kekasih yang sangat dicintainya. Jalan yang ditempuh Nan Gong Li, meskipun aura pedangnya sangat tirani, sebenarnya adalah pedang penuh kasih. Di hadapan cinta, mungkin dia bahkan tidak bisa mengangkat pedangnya. Tapi aku tidak takut pada Santo Penguasa Buddha ini. Tidakkah kau sadar perempuan ini masih memiliki sedikit kerinduan pada Dewa Pedang yang terkenal romantis itu? Dia pasti akan memberi muka pada Nan Gong Li. Yang aku khawatirkan adalah orang lain di Gunung Sumeru ini—seseorang yang tak terkalahkan di dunia." kata Aotian.
Perkataan Aotian membuatku terkejut, masih ada orang yang lebih hebat dari Santo Penguasa? "Siapa orang itu? Bagaimana mungkin masih ada orang lebih hebat dari Santo Penguasa di Buddha?"
"Aku juga tidak tahu. Jika saja bukan karena gelombang aneh dari aliran energi orang itu saat Nan Gong Li muncul, bahkan aku tidak akan menyadarinya. Sekarang tampaknya kemungkinan besar adalah siluman yang dulu membawa Li Qiu Shui ke Barat." analisis Aotian.
Sambil menggendong Han Xue, aku waspada mengamati sekitar. Entah apakah ini sugesti, setelah Aotian mengatakan itu, aku juga merasakan getaran aneh yang sama.
“Santo Penguasa tidak melanjutkan percakapan dengan Nan Gong Li!” Tampaknya tebakan Aotian benar, dia tidak mau berkonfrontasi dengan mantan kekasihnya. Ketika Nan Gong Li bersikap teguh, dia memilih mengalah. Tatapannya beralih ke arahku, "Kau ingin membawanya pergi?"
"Tepat!" Aku menatap balik matanya. Hari ini aku memang berniat membawa Han Xue pergi, tak seorang pun boleh menghalangi! Apalagi dengan kehadiran Nan Gong Li dan Aotian di sini, peluangku cukup besar.
"Tahukah kau, siapa sebenarnya dirinya?"
Aku memandang Santo Penguasa lalu Han Xue. Saat Santo Penguasa mulai berbicara tadi, tubuh Han Xue gemetar hebat. Dia menggelengkan kepala dengan liar, seolah takut Santo Penguasa akan mengungkap sesuatu.
"Ada apa, Xue'er? Apa yang ingin dia katakan?"
"Tidak, tidak, Daun. Tolong jangan biarkan dia bicara! Tolong!" Air mata Han Xue kembali meleleh.
Melihatnya seperti ini, hatiku sesak. Tapi terlalu banyak misteri yang menyelimutinya. Jika tak terpecahkan, tembok tak kasat mata akan tetap memisahkan kami.
Sekarang aku sudah menjadi Penguasa Legendaris Timur. Pikiranku jauh lebih matang dibanding saat masih di desa dulu. Takkan lagi terpengaruh oleh rayuan Han Xue dalam mengambil keputusan.
"Dari awal dia adalah anggota Buddha. Hukuman dari Buddha adalah hal yang wajar. Kau sebagai Penguasa Timur tak berhak ikut campur urusan Barat. Tahukah kau dosa apa yang telah diperbuatnya?"
"Awalnya Buddha mengutusnya untuk membunuhmu, tapi tak disangka dia malah jatuh cinta padamu, mengembangkan perasaan terhadap target misi!"
Aku menatap Han Xue dengan terkejut, perkataan Santo Penguasa membuatku sulit percaya. Setelah dia selesai bicara, Han Xue putus asa menutup mata, seakan mengakui semua ini.
"Xue'er, apakah benar yang dia katakan? Tujuanmu mendekatiku adalah untuk membunuhku?" Aku sangat berharap melihat Han Xue menyangkal, tapi dia diam. Yang kudengar hanya tangisannya.
"Buddha tidak membunuh orang tak bersalah. Jika bukan karena melanggar Dharma, mengapa dia harus menerima hukuman Buddha?" Suara Santo Penguasa kembali terdengar.
Aku tak mau percaya, tapi faktanya memang seperti itu.
"Ya... maafkan aku." Han Xue berbisik padaku.
Tanpa kusadari kedua tanganku melepaskannya. Ternyata perempuan yang menemani ku dari Bumi ke sini ini, selalu ingin membunuhku.
"Ye, jangan seperti ini! Meski awalnya Han Xue memang ingin membunuhmu, tapi dia tak pernah melakukan hal yang merugikanmu. Bahkan kemudian dia berani mengkhianati Buddha demi kamu! Coba pikir, apa dia pernah melakukan hal yang menyakitiimu?" Kakak menarik bahuku sambil berteriak.
Aku mengerti maksud kakak. Dia ingin aku tenang.
Tentu saja aku bisa tenang. Aku juga tahu Han Xue tak pernah menyakitiku. Tapi aku tetap tak mau ini menjadi kebenaran.
Di dalam hatiku, Han Xue masih tetap kenangan indah yang dulu, meskipun sekarang aku sudah memiliki anak kandung, di hatiku masih ada posisi untuk Han Xue. Namun saat ini aku tahu, Han Xue datang untuk membunuhku? Bagaimana mungkin aku bisa menerima hal ini?
"Pergi dulu dari sini, baru bicara. Perempuan ini sekarang membahas ini jelas-jelas ingin memprovokasi perpecahan. Nak, jangan sampai kau tertipu." Aotian juga ikut bersuara di tepi.
Meninggalkan tempat ini, aku menatap Han Xue yang terbaring di tanah, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Kakakku membantu Han Xue berdiri, kami berlima berjalan menuruni gunung. Nan Gong Li membuka jalan, tak ada yang berani menghalangi. Dari awal sampai akhir, penerus yang ditunjuk oleh Santo Penguasa Buddha, Li Qing, sama sekali tidak berbicara.
Sorot matanya yang menatapku seperti melihat orang asing.
Hari ini seharusnya menjadi acara besar Buddha, sekarang setelah kami mengacaukannya entah bisa dilanjutkan atau tidak. Tapi setelah peristiwa ini berakhir, Penguasa Legendaris Timur seperti diriku mungkin akan terkenal sampai ke Barat.
"Senior Nan Gong, kedatanganku ke Barat kali ini, satu sisi untuk ilmu beladiri Buddha, sisi lain ingin mengundang Senior kembali, membantu menghibur Raja Pembunuh Bai Jianfei agar mau melatih pasukan pembunuh untukku." Setelah sampai di kaki gunung dan memastikan sekitar sudah aman, baru aku berbicara pada Nan Gong Li.
Awalnya kukira kemauan Nan Gong Li membantu kali ini menunjukkan dia masih mengingat asalnya dari Timur, masih mempertimbangkan persahabatan kami. Seharusnya dia memberi muka padaku. Tapi tak kusangka, Nan Gong Li sama sekali tidak menghiraukanku. Setelah memastikan keamanan, bahkan pamit pun tidak, langsung mengendarai pedang pergi.
“Benar-benar orang aneh, tadi saat membantu terlihat seperti mengorbankan nyawa dan melupakan kematian, sekarang setelah masalah selesai malah langsung pergi begitu saja.” Aotian berkata.
Kakakku melihat siluet punggung Nan Gong Li yang pergi, “Dia membantu kita hanya karena dirinya juga orang Dongfang, bukan karena punya banyak hubungan dengan kita, jadi setelah masalah selesai dia bisa pergi dengan santai sendirian.”
Aku melihat kakak, kurasa hanya dia yang bisa memahami pikiran orang seperti Nan Gong Li, mereka semua sama, sama-sama orang aneh.
“Ah, bagaimanapun juga sekarang tidak ada urusan lagi, aku akan jalan-jalan di sekitar, Sun Zhongmou, ikutlah denganku.” Setelah mengucapkan itu, Aotian langsung menarik kakakku untuk pergi berkeliling.
Dan di sini, hanya tinggal aku dan Han Xue berdua.
Aku dan Han Xue saling memandang mata, dia tidak berani menatap mataku, tapi aku merasakan sakit ringan di dada.
“Maaf Daun, aku tahu kamu tidak akan memaafkanku, saat menerima tugas itu aku belum mengenalmu, kukira itu hanya tugas normal. Tapi setelah bertemu denganmu, aku sadar telah jatuh cinta tanpa bisa tertolong padamu. Aku juga pernah ingin tega membunuhmu dan kembali ke Buddha, tapi akhirnya tidak sanggup melakukannya. Aku tahu begitu kamu tahu kebenaran, kamu akan menjauhiku, tapi tidak apa, aku tidak peduli.”
“Aku tidak berani mengharap maafmu, hanya berharap kamu tidak mendendam, cukup sampai di sini, aku pergi.” Setelah mengucapkan itu, Han Xue malah berbalik dan pergi.
Secara refleks aku mengulurkan tangan, menggenggam lengannya dengan kuat.
“Ah?” Han Xue berteriak kaget.
Saat dia berteriak kaget, aku sudah menggendongnya dalam pelukan, memutar tubuhnya, dan langsung mencium bibir merahnya.
Lama kemudian, bibir terpisah.
"Aku bertanya, apakah kau mencintaiku?" Aku menatap mata Han Xue. Setelah ciuman tadi, dua semburat kemerahan muncul di wajahnya. Pipi cantiknya semakin menggoda saat ini. Mendengar ucapanku, rasa malu muncul di wajah Han Xue sebelum dia perlahan mengangguk.
"Kalau begitu, aku akan membawamu pulang ke Dongfang. Mulai sekarang kau adalah wanita Penguasa Legendaris Dongfang, tak ada hubungan sedikitpun dengan Buddha. Bahkan Buddha pun tak boleh mengusikmu!"
Aku berkata dengan tirani.
Han Xue memelukku, seluruh tubuhnya meringkuk dalam dekapanku, hanya terus-menerus mengucapkan maaf.
Ketegangan dalam hatiku akhirnya lenyap. Meski Han Xue pernah ingin membunuhku, itu masa lalu. Dia benar-benar tak pernah melakukan apapun padaku. Demi aku, dia sudah mengkhianati Buddha. Apa alasan untuk menolaknya?
Tapi tepat saat aku bahagia, kusadari ada yang tak beres dengan Han Xue dalam pelukanku. Tenaganya seolah ditarik, seluruh tubuhnya lunglai dalam dekapanku.
"Xue'er, ada apa denganmu Xue'er?" Kuperhatikan Han Xue. Wajahnya tak menunjukkan perubahan, hanya sorot matanya terpejam, napasnya teratur persis seperti tertidur.
"Tapi bagaimana mungkin seseorang bisa tertidur dalam kondisi seperti tadi, dan tidak peduli seberapa keras aku berteriak, Han Xue tidak bisa dibangunkan, baru saat ini aku menyadari ada yang tidak beres!"
"Yang sebenarnya terjadi?" Seembusan angin melintas, Aotian dan kakak muncul di sekelilingku.
"Aku juga tidak tahu, cepat periksa dia sebenarnya kenapa." Melihat Aotian, aku buru-buru berkata dengan gugup.
"Letakkan di tanah, biar kuperiksa." Kata Aotian.
Segera kulakukan seperti perintahnya. Karena wajah Aotian hanya tersisa tengkorak, aku tidak bisa membaca ekspresinya.
Terasa lama sekali Aotian masih belum berbicara, membuatku semakin panik, "Apa sebenarnya yang terjadi, kenapa dia seperti ini?"
"Tiga hun dan tujuh po masih utuh, energi vitalnya sama seperti orang biasa. Secara logika dia tidak mungkin koma. Jangan-jangan Buddha menggunakan cara tertentu padanya?" Aotian berspekulasi.
"Mana masuk akal! Brengsek-brengsek itu! Aku akan kembali menemui mereka untuk cara menyelamatkan Xue'er!" Aku berbalik hendak kembali, tapi dihalangi kakak.
"Ye, jangan terburu-buru. Biarkan Aotian menyelesaikan penjelasannya."
Baru kualihkan pandangan ke Aotian.
"Tidak bisa dipastikan, tapi dulu pernah kudengar Buddha punya metode untuk memblokir enam indra manusia. Artinya hubungannya dengan dunia luar terputus. Sebenarnya Han Xue masih punya kesadaran sendiri, hanya tidak bisa mengontrol tubuhnya atau mendengarmu. Mengerti?"
“Bukankah itu sama seperti tingkat vegetatif？” Aku spontan berseru, memandang Han Xue yang terbaring di lantai, amarah di hatiku memuncak!
“Secara akurat, seharusnya disebut mayat hidup！”
