Mayat hidup！
Perkataan Aotian bagai menyiram air dingin di hatiku. Aku dan Han Xue baru saja mengikat janji sehidup semati, tak menyangka dia berubah seperti ini. Jika mengatakan insiden ini tidak ada hubungannya dengan Buddha, hanya orang bego yang percaya！
“Keahlian utama Buddha adalah membuat orang membuang emosi. Murid Santo Penguasa yang kau lihat hari ini mungkin juga begitu. Tapi kondisi gadis kecil ini benar-benar kompleks. Karena dia mau kabur bersamamu, seharusnya pikirannya belum dikuasai Buddha. Lalu mengapa enam indranya disegel？” Aotian berpikir.
Menurut penjelasan Aotian, Li Qing sudah dikendalikan pikiran oleh Buddha, sehingga menjadi murid Santo Penguasa. Ini juga menjelaskan sorot matanya tadi padaku. Tapi Han Xue seharusnya bebas, kalau tidak tak akan sampai di sini bersamaku. Koma mendadaknya jelas menyimpan misteri.
“Buddha Barat terkutuk! Jika Xue'er celaka, aku akan membuat mereka membayar mahal！”
Kakak di samping menepuk bahuku, memberi isyarat agar tenang.
“Aku ingat! Saat jiwa kudiculik biksu botak itu ke neraka Xiu Luo di kaki Gunung Sumeru, kulihat seorang perempuan yang mirip gadis ini！” Aotian tiba-tiba berkata.
Aotian pasti tidak mungkin salah melihat. Jika dia bilang melihat Han Xue di kaki Gunung Sumeru, pasti itu benar-benar Han Xue. Tampaknya Han Xue sudah mengalami banyak siksaan sebelum hari ini. Kalau begitu, Han Xue pasti sudah dimodifikasi di sana!
"Sepertinya ada yang mengutak-atik Han Xue di sana!" Aku menggigit gigi sampai berbunyi.
"Sekarang memang sangat mungkin. Kalau mau tahu kebenarannya, kita harus ke tempat itu lagi!"
Aku mengangguk. Bahkan Aotian tidak bisa mendeteksinya, berarti modifikasi yang dilakukan orang Buddha pada Han Xue memang tidak biasa. Meski harus mengambil risiko, aku tidak punya pilihan lain.
Tapi Han Xue masih koma dan tidak ada yang merawat. Awalnya kami mau minta Shangguan Wuji mengirim orang, tapi mengingat situasi Dongfang masih kacau, aku tidak mau merepotkannya. Lagipula Han Xue sudah setuju jadi milikku, biar aku saja yang merawat.
Di sebuah penginapan dekat Gunung Sumeru, kami berempat menginap sembarangan. Aku tahu pasti ada pengawas Buddha di sekitar, tapi tidak masalah. Yang penting istirahat dulu.
"Aotian, berapa lama kamu bisa pulih?"
"Sekitar tiga hari. Perempuan itu levelnya tinggi. Tapi lebih baik kamu khawatirin diri sendiri. Kondisi tubuhmu lebih parah dariku. Dari tadi bertarung belum sempat transfer energi, pasti dalam tubuhmu sudah penuh luka. Dalam tiga hari ini, kamu juga harus pulih."
"Hmph."
"Empat orang kami memesan tiga ruangan, tentu saja aku sekamar dengan Han Xue. Sekarang hanya Kakak yang tidak terluka, jadi selama tiga hari ini dia yang akan menjaga kami, memberi kami sedikit ruang untuk bernapas."
Malam hari, aku dan Han Xue tidur dalam satu kamar. Kutatap sang jelita di tempat tidur, meski enam inderanya diblokir, penampilan Han Xue sama sekali tak terlihat aneh. Di bawah cahaya bulan yang jernih menyinari wajahnya melalui jendela, dia terlihat seperti dewi yang sedang terlelap dengan damai.
Aku mendekati tepi tempat tidur dan duduk, mengelus-elus pipinya. Perasaan pedih tiba-tiba membanjiri hatiku, "Tenanglah Xue'er, aku pasti akan membangunkanmu, bahkan jika harus mempertaruhkan nyawaku!"
Langsung aku mulai berkultivasi. Siang hari sibuk bertarung, belum sempat merasakan apa-apa. Setelah beristirahat dan memeriksa tubuhku dengan cermat, baru kusadari kondisi fisikku sekarang bisa dibilang penuh celah di mana-mana.
Kuambil kitab Patung Emas Abadi Buddhisme, memandangi tulisan-tulisan kuno di dalamnya. Tujuan utama perjalanan ke barat ini sudah tercapai. Inilah saat yang tepat untuk meresapi maknanya.
"Tak hancur tak tegak, hancur untuk bangkit kembali!" Membuka halaman pertama kitab itu, delapan karakter itu langsung menyambutku.
"Hancur untuk bangkit kembali? Ini benar-benar berkah Tian! Kondisi tubuhku yang penuh celah sekarang justru memenuhi syarat 'kehancuran' yang dimaksud. Inilah momen terbaik untuk melatih Patung Emas Abadi!"
Aotian sudah memeriksa kitab ini. Sebagai ahli kultivasi fisik sejati, tak ada ilmu beladiri tubuh yang bisa lolos dari matanya. Jika dia bilang ini asli, pasti memang asli.
Aku duduk bersila, menjalankan ilmu beladiri sesuai metode dalam Kitab Kuno, perlahan lapisan cahaya emas menyelimuti tubuhku. Setiap luka dalam tubuhku tiba-tiba terasa seperti ditusuk bor, seolah jutaan semut merayap di sekujur tubuh, merobek daging dan darahku, menggerogoti fisikku.
Ilmu Buddha yang benar-benar aneh!
Ini pikiran pertama yang muncul di otakku, karena teknik ini membuatku menderita melebihi saat mendapatkan Tubuh Naga Hijau. Kalau bukan karena kepercayaan pada Aotian, pasti kukira ini ilmu yang bermasalah.
Tiba-tiba suara raungan naga bergema dalam tubuhku, gelombang aura naga menyapu tubuh, kilatan cahaya hijau melayang membuatku merasa sangat segar.
Tampaknya Tubuh Naga Hijau tidak menolak, malah membantuku dalam kultivasi.
Cahaya hijau dan emas silih berganti menyelimutiku, Tubuh Naga Hijau dalam tubuhku mulai aktif, Patung Emas Abadi terus terkonsolidasi. Begitu memasuki kondisi mistik ini, ketika sadar ternyata sudah satu hari semalam.
"Aow!" Raungan naga meledak keluar membawa ombak dahsyat yang membuat semua benda di ruangan beterbangan. Kemudian cahaya emas membungkus tubuhku.
Segera kubangkit, melangkah cepat ke sisi Han Xue, memegang tubuhnya yang terlempar tadi.
“Meski baru mencapai tingkat awal, seiring peningkatan kemampuan kultivasiku, suatu hari nanti aku pasti akan mencapai tingkat puncak Patung Emas Abadi ini. Saat itu, siapa di seluruh kerajaan yang bisa mengalahkanku?”
Patung Emas Abadi terbagi menjadi empat tingkatan: awal, kesempurnaan kecil, kesempurnaan besar, dan puncak. Saat ini aku baru menyentuh tingkat awal, namun sudah bisa merasakan keindahannya. Setidaknya, tubuhku kini berada dalam kondisi puncak.
Tok-tok-tok!
Pintu ruangan diketuk orang.
“Siapa?”
“Daun, tidak apa-apa kan?” Suara Kakak terdengar dari ambang pintu. Kuletakkan Han Xue lalu keluar dari penginapan.
“Tidak masalah, hanya sedikit gerakan dari latihan kultivasi.”
“Kultivasi? Kau berhasil?” Kakak tiba-tiba membelalakkan matanya padaku. Selama ini baru pertama kali kulihat dia kehilangan kendali seperti ini, tapi dalam hati aku merasa agak bangga.
“Sudah mencapai tingkat awal, bisa dibilang baru membuka pintu gerbangnya. Luka dalam tubuhku sekarang sudah sembuh total.”
Kakak memandangiku dengan tak percaya beberapa saat, lalu menepuk bahuku. “Kau memang benar-benar monster!”
Mendengar canda langka dari Kakak, suasana hatiku membaik. Kami berdua mengobrol di ambang pintu sejenak, lalu secara bersamaan memandang ke arah kamar Aotian. Kini tinggal menunggu Aotian pulih, maka kami bisa menyerbu Neraka Xiu Luo di kaki Gunung Sumeru. Bagaimanapun juga, aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Han Xue!
Dua hari berlalu dalam sekejap, aku berdiri di ambang pintu sambil menggendong Han Xue, di sebelah kananku berdiri Kakakku, namun pintu kamar Aotian tetap tak kunjung terbuka.
"Daun, ada yang tidak beres." Kakakku menatapku sambil berkata.
Aku mengerutkan kening, memang ada yang aneh. Aotian sendiri yang menyebutkan waktu tiga hari, tak ada alasan baginya untuk tidak keluar setelah waktu habis.
"Aku akan masuk melihat." Kuserahkan Han Xue kepada Kakak, lalu kudorong pintu masuk.
Saat masuk ke dalam ruangan, kudapati semua hiasan tertata rapi, namun bayangan Aotian sama sekali tak terlihat di sini!
"Gila, Aotian menghilang!" Kutumpahkan umpatan. Mendengar suaraku, Kakak pun masuk. Kami berdua menyisir kamar dengan teliti, tapi tak menemukan jejak apapun.
"Jangan panik. Dengan kemampuan Aotian, tak banyak yang bisa mengalahkannya di kerajaan ini, apalagi membawanya pergi secara diam-diam. Kurasa Aotian pasti menemukan sesuatu, makanya dia pergi dari sini." Kakak menganalisis dengan cermat.
Aku mengangguk, meski tak tahu apa sebenarnya yang ditemukan Aotian, ini penjelasan paling masuk akal.
"Jika Aotian menemukan sesuatu, pasti terkait neraka di bawah Gunung Sumeru. Kita harus segera ke sana, pasti bisa bertemu dengannya!" Tekadku membaja.
Kakak takkan menolak permintaanku. Aku tak tega meninggalkan Han Xue sendirian, jadi kami bertiga segera menuju Gunung Sumeru.
Melihat Gunung Sumeru ini, aku tak bisa menahan kekaguman. Di tempat ini, para biksu Buddha tak terhitung jumlahnya, cahaya emas Buddha menyinari semua makhluk. Namun di tempat yang sama, terdapat neraka kultivasi di mana Buddha dan iblis berdampingan, sesuatu yang tak diterima Langit dan Bumi!
