Tubuh emas abadi berputar, cahaya Buddha menyinari segalanya!
Arwah-arwah yang tadinya berusaha menyeret kami ke lautan darah, kini bagai burung ketakutan oleh busur, secepat kilat mundur ke dalam lautan darah.
“Buddha sendiri tak salah, yang keliru adalah mereka yang mempelajari ajaran-Nya!” Melihat ini, tiba-tiba aku merasakan frustrasi.
Sejatinya ajaran Buddha bertujuan mengajak semua makhluk menuju pencerahan. Sayangnya, praktisi dengan niat buruk telah menciptakan neraka di dunia manusia! Sepanjang perjalanan berikutnya, kami tak menemui hambatan. Di bawah sinar Buddha, arwah-arwah terus mundur. Tampaknya ajaran Buddha memiliki kekuatan magis yang tak terbantahkan bagi hantu-hantu ini. Karena itu sebenarnya Buddha tak salah, seharusnya bisa digunakan untuk menyelamatkan ribuan umat. Tapi justru karena pantangan ajaran Buddha terhadap arwah, terciptalah neraka lautan darah ini.
Kami menyeberangi lautan darah, namun saat melihat pemandangan di seberang sana, aku langsung terdiam membeku.
Karena di sini, terdapat banyak biksu yang duduk bersila sambil terus melantunkan sutra. Aku menghitung dan ternyata ada total 108 orang. Yang duduk di tengah-tengah justru seseorang yang kukenal, Li Qing!
"Li Qing!" Aku berteriak secara refleks, namun Li Qing sama sekali tidak menghiraukanku. Saat aku hendak mendekatinya, Kakak langsung menarik lenganku.
"Kau lupa perkataan Aotian? Li Qing sekarang sudah dihancurkan oleh Buddha, dia tidak akan mengenalmu lagi," kata Kakak.
Kutatap Li Qing yang duduk memejamkan mata membaca sutra, enam bekas luka upacara di kepalanya. Perasaan sedih yang tak terucapkan menyergap jantungku. Dulu, dia adalah saudaraku. Kini berubah menjadi seperti ini.
"Keluarlah!" Tiba-tiba Kakak berteriak ke sekeliling. Aku tahu siapa yang dia panggil. Jika kita bisa mendengar suara Raja Dewa tadi, berarti dia ada di sekitar sini. Sudah saatnya dia muncul.
Benar saja. Setelah suara Kakak bergema, kulihat jubah biksu terbang mendekat. Bayangan Raja Dewa kembali berdiri di hadapan kami.
Raja Dewa berdiri tegak di depan kami tanpa berkata-kata, senyum ramah menghiasi wajahnya. Jika bukan karena lingkungan sekitar yang mencekam, mungkin dia benar-benar terlihat seperti biksu yang penuh kasih.
"Kutanyakan padamu - ada apa dengan Xue'er? Dan Li Qing! Sebenarnya apa yang kalian lakukan pada mereka?!" Aku menuntut jawab Raja Dewa.
Raja Dewa tersenyum tipis padaku, "Buddha mengutamakan hukum sebab-akibat. Dia mengkhianati Buddha - itu sebabnya. Kini enam inderanya diblokir, hidup bagai mayat - itu akibatnya. Hanya ini saja!"
“Si botak bajingan menebar siluman menyesatkan, kalau begitu aku tanya, bagaimana cara membangunkan Xue'er?” Aku langsung naik darah mendengar Raja Dewa bilang Han Xue meninggalkan Buddha. Han Xue meninggalkan Buddha karena aku, bukankah ini berarti aku yang membuatnya jadi seperti ini!
“Sederhana. Asalkan dia kembali ke Buddha, menghilangkan sebab-akibat, secara alami akan bangun. Tapi ini harus menunggu sampai dia sendiri sadar. Kau bisa bawa dia pulang dulu, tunggu sampai dia sadar.”
“Hmph! Strategi yang benar-benar kejam!” Kakak tiba-tiba mendengus dingin, melangkah maju sambil berkata, “Kalau menurut penjelasanmu, kalau Han Xue bangun bukankah berarti dia bersiap kembali ke Buddha, alias bersiap menyerang Ye Zi? Lalu kau malah menyuruh Ye Zi membawanya pulang. Nanti kalau dia tidak mau bangun akan tetap dalam kondisi ini selamanya. Begitu bangun, hubungannya dengan Ye Zi langsung bermusuhan, saling bunuh. Inikah rencana licik Buddha kalian?”
Aku tadi tidak mikir matang-matang karena yakin Han Xue tidak mau kembali ke Buddha. Tapi setelah dengar analisis Kakak, sepertinya memang begitu!
“Tianji tidak boleh dibocorkan.” Raja Dewa tersenyum tipis, tidak mengakui tapi juga tidak menyangkal.
“Brengsek! Sepertinya hukuman terakhir masih kurang keras. Mau kuhajar lagi hari ini?” Aku menurunkan Han Xue dan menyerahkannya kepada Kakak.
Kekuatan Raja Dewa jauh di atasku. Tapi sekarang aku tidak hanya punya Tubuh Naga Hijau, tapi juga patung emas abadi Buddhisme. Meski masih tahap pemula, level tubuh fisikku sudah naik satu tingkat dibanding sebelumnya. Sekalipun harus bertarung lagi dengan Raja Dewa, aku sama sekali tidak gentar.
"Namun menghadapi provokasiku, Raja Dewa hanya tertawa, tidak banyak bicara seolah tidak berniat bertindak terhadapku."
"Bagaimana, kau tidak mau bertarung? Kalau begitu, cepat bangunkan Xue'er dan pulihkan Li Qing! Jika tidak, hari ini kuhancurkan altar sembahanmu!" Kukuhentakkan tanah sambil menunjuk lautan darah di belakangku!
Sejak tadi kusadari, lautan darah ini adalah altar raksasa. Di bawah jurang itu mengalir aura Yin jahat yang dahsyat. Kurasakan, pemilik energi itu jika muncul akan membuat kerajaan kacau balau!
Mendengar ucapanku, wajah Raja Dewa berubah sejenak, tapi cepat kembali normal.
"Tak kusangka wawasanmu begitu mendalam sampai bisa menembus altar ini. Tapi biar bagaimana pun, takkan sanggup kauhancurkan. Bahkan jika bisa, gadis di belakangmu itu takkan pernah bangun lagi."
"Jika Han Xue tak bisa sadar, kutetapkan seluruh Buddha Barat tidur abadi!" Kumaju selangkah, tak mau mundur.
Bila Han Xue benar tak terbangun, kuhancurkan seluruh Buddha Barat sebagai pengiring kuburnya. Sekalipun harus mempertaruhkan nyawa, ini janjiku sebagai Penguasa Legendaris Timur!
Raja Dewa dan aku saling memandang. Namun sorot matanya menyiratkan ejekan, jelas tak percaya ucapanku.
"Bawa naik!" Alih-alih berdebat, ia mengibaskan tangan kanannya.
Kulihat dua biksu naik membawa tandu. Di atasnya terbaring... kerangka manusia!
“Aotian!” Aku berteriak kaget, Kakak juga memandang takjub ke arah tandu di atasnya. Tak satu pun dari kami menyangka Aotian ternyata ada di sini, apalagi muncul dalam bentuk seperti ini.
Sebelumnya Aotian hilang, aku dan Kakak selalu yakin dia takkan celaka. Bagaimanapun juga kemampuannya sudah di level itu. Tapi sekarang dia tiba-tiba muncul di depan mata kami.
“Penguasa kultivasi fisik di masa lalu adalah legenda Jianghu. Jika dia dilempar ke lautan darah, pasti bisa menyumbang banyak energi!”
Saat ini aku menatap Raja Dewa. Tiga hari lalu saat kami bertarung, dia mengakui kekalahan dan memberikanku ilmu beladiri patung emas abadi Buddhisme. Waktu itu kupikir dia punya nasib baik. Sekarang kulihat dia tak beda dengan iblis jahat.
“Berani kau!” Meski tak tahu kenapa Aotian bisa ditangkap, tak paham kenapa dalam kondisi begini dia tak melawan, bahkan tak yakin apakah dia masih hidup, tapi aku pasti takkan tinggal diam melihat mereka melemparkan Aotian ke lautan darah!
“Aotian adalah penguasa kultivasi fisik, kemampuannya tak tertandingi. Mustahil kalian bisa menangkapnya dengan kemampuan selevel ini, pasti ada yang tidak beres!” suara Kakak terdengar dingin. “Sekadar kerangka, meski memakai baju Aotian, tetap tak bisa membuktikan identitas!”
Baru sekarang aku tersadar karena terlalu panik. Ini cuma kerangka, mana bisa membuktikan itu Aotian? Lagipula mana mungkin Aotian bisa dikalahkan orang-orang ini? Sekalipun Santo Penguasa Buddha sendiri yang turun tangan, paling banter hanya bisa saling melukai dalam pertarungan. Mimpi saja ingin menangkap hidup-hidup Aotian!
“Percaya atau tidak, asalkan Penguasa Legendaris Timur bisa memenuhi satu permintaan kami, kami akan membebaskan Aotian, membangunkan Han Xue, dan mengembalikan Li Qing.” Raja Dewa berbicara.
“Permintaan apa?” Meski tidak yakin apakah itu benar Aotian, dengan keberadaan Han Xue di sini, aku harus memperjuangkan kesempatan ini.
“Bunuh Shangguan Wuji!”
Mendengar ini, mataku melotot.
Shangguan Wuji?
“Tidak mungkin!” Tanpa ragu, kuberi jawaban spontan.
Belum lagi jerih payah Shangguan Wuji membereskan kekacauanku di Timur, pertemanan kami saja sudah cukup alasan untuk tidak membunuhnya. Berkhianat seperti ini, apa bedanya dengan binatang?!
Raja Dewa sepertinya sudah mengantisipasi jawabanku. Dengan kibasan tangan kanannya, dua biksu itu menggotong kerangka menuju lautan darah, bersiap melemparkannya.
Hentikan atau biarkan?
Meski kuyakin itu bukan kerangka Aotian, bagaimana jika benar? Membiarkannya mati akan membuatku menyesal seumur hidup!
“Hentikan!” Setelah sejenak ragu, kulanjutkan langkah. Tapi Raja Dewa sudah bergerak, menghadang di depanku.
“Katanya tidak percaya, mengapa menghalangi?”
“Minggir, biksu botak!” Kumaungkan amarah.
Tapi terlambat. Dua biksu itu sudah sampai di tepi lautan darah. Kulihat mereka melemparkan kerangka itu ke dalam lautan merah.
"Ah~" Sebuah teriakan mengerikan terdengar dari lautan darah. Saat mendengar suara ini, seluruh tubuhku langsung terdiam. Bukan hanya aku, bahkan Kakak terlihat tidak percaya, sementara Raja Dewa hanya tersenyum.
Suara itu... ternyata adalah Aotian!
"Aotian!" Aku berteriak siap berlari mendekat, namun Raja Dewa menghalangi di depanku. Kami bertarung tiga jurus, dan akhirnya saling memukul dengan satu pukulan yang membuat kami mundur tiga langkah!
