Di dunia Barat, Buddha adalah kekuatan tertinggi yang menguasai seluruh wilayah. Benar-benar belum pernah dengar ada ahli pedang terkenal di sana.
"Pendekar Pertama? Biksu yang satu ini mulut besar sekali. Sama sekali tak seperti pertapa yang seharusnya meninggalkan urusan duniawi." Aotian menggeram dingin. Kini kurasakan aura pembunuhan menyengat dari tubuhnya. Biksu ini tahu identitas kami. Kalau sampai bocor, pasti akan mendatangkan masalah besar.
"Jangan tatap aku dengan sorot mata seperti itu. Tenang saja, aku tak tertarik dengan identitas kalian. Takkan kubongkar rahasiamu." Setelah berkata demikian, Biksu itu mengeluarkan sebotol minuman keras dan meneguknya deras, wajahnya penuh kepuasan.
Biksu ini selalu memberikan kesan bersikap santai, tapi aku percaya ucapannya karena aku merasa dia sangat mirip dengan si orang gemuk.
"Ayo pergi." Kakak berkata dengan nada dingin. Dia dan Aotian berbalik hendak keluar, tapi si Biksu segera mengejar, "Tunggu dulu, kalian jangan buru-buru pergi."
"Mau apa lagi kamu?" Aku juga tidak mengerti kenapa Biksu ini nekat melilit kami.
"Kalian tidak percaya kalau biksu ini adalah juara dunia dalam ilmu pedang? Ikutlah biksu mencari Nan Gong Li! Biksu akan tunjukkan cara menghajarnya!" Biksu itu menepuk-nepuk dadanya.
Meski tidak ada yang percaya Nan Gong Li bisa kalah dari Biksu yang mulutnya berbunga-bunga ini, mendengar dia bisa menemukan Nan Gong Li, kami bertiga saling memandang lalu akhirnya mengikutinya.
"Bukan biksu menggombal, Nan Gong Li di timur memang jenius langka ratus tahun, sayangnya di dunia masih ada makhluk level Jinak seperti biksu. Kalau tidak, gelar pendekar terhebat mungkin memang akan jatuh ke dia." Biksu terus menggombal sepanjang jalan. Karena masih perlu ikutnya mencari Nan Gong Li, kami tidak menghancurkannya.
Di pinggir Danau Xizi terdapat sebuah puncak gunung bernama Ujung Pedang.
“Bukit Wangjianfeng ini namanya diberikan oleh Nan Gong Li. Menurut kabar, dulunya di tepi Danau Xizi tidak ada puncak ini. Sampai suatu hari langit tiba-tiba berubah gelap, kilau pedang menyambar dari langit dan dengan paksa membelah pegunungan, menciptakan tebing berbahaya ini! Dulu saya selalu mengira ini hanya legenda, baru setelah kemunculan Nan Gong Li akhir-akhir ini ada kabar bahwa Bukit Wangjianfeng adalah tempat tinggalnya, dan puncak ini memang dibuka oleh Nan Gong Li di masa lalu!” Sepanjang perjalanan Biksu bercerita tentang asal-usul Bukit Wangjianfeng.
Tadinya saya tidak memperhatikan dengan seksama. Setelah mendengar penjelasan Biksu, saya mulai mengamati Bukit Wangjianfeng. Puncak gunungnya halus dan rata, benar-benar terasa seperti terbentuk dari tebasan pedang.
"Nan Gong Li memiliki kemampuan pedang yang luar biasa, aura pedangnya sudah mencapai kesempurnaan. Tingkat Dewa Surga hampir tercapai olehnya." Aotian berkata dengan kagum.
Biksu di samping mencibir, "Memang Nan Gong Li punya kemampuan, tapi saya juga tidak kalah. Bukit Wangjianfeng ini kalau saya yang membelah, hasilnya juga sama."
Kami sudah terbiasa dengan kebiasaannya memuji diri sendiri selama perjalanan, jadi tak ada yang menanggapi.
Jalan gunung terjal, tapi bagi kami tidak terlalu berbahaya. Waktu tempuh ke atas hanya setengah jam.
"Sampai!"
Di puncak gunung, pemandangan di sini sangat berbeda dengan di bawah. Mungkin karena aura pedang yang masih melingkupi, meski sudah bertahun-tahun berlalu, daerah bawah tetap gersang tanpa tumbuhan. Tapi di sini dikelilingi hutan bambu hijau dengan kabut tipis, bagaikan surga di dunia.
"Nan Gong Li ini benar-benar bisa menikmati hidup. Di bawah gunung dibuat seperti tempat sepi tak berpenghuni, di atas gunung diubah jadi seperti ini. Sudah jelas dia hanya ingin bersenang-senang sendiri." Biksu berkata.
Aku tidak menghiraukannya. Baru saja mau melangkah masuk ke hutan bambu, tiba-tiba Aotian menghentikanku.
Kulihat Aotian dan Kakak sama-sama tidak bergerak. Hanya si biksu yang sambil mengumpat dengan kasar, berjalan congkak masuk ke hutan bambu. Aku merasa aneh, tapi Kakak memberi isyarat agar aku berbisik.
"Nak muda ini terlalu sombong! Tempat tinggal Nan Gong Li semudah itu dimasuki? Biar dia merasakan sedikit penderitaan dulu!" Aotian berbisik.
Mendengar perkataan Aotian, barulah aku menoleh melihat biksu itu.
Biksu itu sendirian masuk ke hutan bambu. Tiba-tiba dia berhenti. Sebelum sempat kusadari apa-apa, ribuan pedang bambu terbang menyerangnya. Dalam sekejap, biksu itu terjebak dalam kesulitan.
Namun biksu itu tidak panik. Dengan satu tangan dia menyelipkan kendi anggurnya di pinggang, tangan lain memegang pedang. Seketika cahaya pedang tiba-tiba bermunculan. Ribuan pedang bambu yang menyerangnya seolah kehilangan kekuatan, terbelah menjadi beberapa bagian dan berjatuhan ke tanah.
"Hebat, ternyata biksu ini juga punya kemampuan." Aku menatap biksu itu, tadi kecepatan ayunan pedangnya bahkan tidak kulihat sama sekali. Seberapa cepat ilmu pedang ini? Meski dalam hati aku tak yakin biksu bisa mengalahkan Nan Gong Li, tapi persepsiku tentangnya sudah berubah. Setidaknya dia adalah pendekar pedang yang cukup baik, bukan biksu sembrono seperti kesan sebelumnya.
"Jangan buru-buru, ini belum selesai. Jika benar seperti yang dikatakannya Nan Gong Li hidup menyepi di sini selama ini, pasti mekanisme yang dipasang tidak sesederhana itu. Kalau tidak, sudah lama ditemukan orang." Aotian menjelaskan dari samping.
Ternyata, setelah suara Aotian menghilang, kilau pedang lain menyambar. Namun biksu itu menyangga dengan pedang secara horizontal, mundur tiga langkah. Penampilannya sekarang sama sekali berbeda dengan sikap santainya tadi. Hanya dari siluet punggungnya saja sudah terlihat kewibawaannya.
Detik berikutnya, hutan bambu berganti posisi!
Aku tertegun melihat bambu-bambu ini. Tak kusangka mereka bisa bergerak. Ini mengingatkanku pada Pulau Persik dalam Legend of the Condor Heroes. Apakah ini sejenis mekanisme serupa?
"Hmph! Nan Gong Li, keluarlah dan bertarung langsung denganku! Bersembunyi begini bukanlah sifat pahlawan sejati!" teriak biksu itu ke dalam.
Namun Nan Gong Li sama sekali tidak merespons. Ribuan pedang bambu kembali melesat ke arahnya. Karena hutan bambu sendiri terus bergerak, menghalangi penglihatan sang biksu, ini menimbulkan masalah cukup besar. Biksu itu mengayunkan pedang panjangnya, menangkis tak terhitung pedang bambu, tapi tetap tak bisa menerobos dari tengah.
"Nan Gong Li, hanya segini kah kemampuanmu?" Biksu itu mengaum keras, tiba-tiba seberkas cahaya putih menyembur dari tengah rumpun bambu, menyilaukan mataku sampai tak bisa membuka.
"Makhluk apa ini?" Aku bertanya dengan terkejut.
"Jalan Pedang Suci, mungkinkah ini Jalan Pedang Suci legendaris yang telah hilang ditelan zaman?" Suara Aotian untuk pertama kalinya terdengar terkesima.
Jalan Pedang Suci, ini pertama kalinya aku mendengar nama itu, tentu saja tak mengerti maksudnya. Tapi melihat reaksi terkejut Aotian, jelas ini menunjukkan betapa hebatnya Jalan Pedang Suci.
Ketika cahaya putih itu menghilang, barulah perlahan kubuka mataku. Kulihat rumpun bambu yang sebelumnya rapat kini berubah menjadi abu. Di tempat Biksu berdiri terdapat lubang besar, sementara Biksu itu kini berdiri gagah dengan pedang di satu tangan.
"Nan Gong Li, rumpun bambu ini tak cukup layak untuk menghalangi Biksu. Jika kau ingin membalas dendam untuk bunga-bungamu yang kau rawat, keluarlah sendiri!" Biksu itu tertawa terbahak-bahak ke arah dalam perkebunan.
"Ha~" Suara helaan napas terdengar dari dalam perkebunan. Barulah bayangan Nan Gong Li muncul berjalan perlahan, "Tak kusangka di Barat masih ada penerus Jalan Pedang Suci. Hari ini aku Nan Gong Li bisa menyaksikan keagungan Jalan Pedang Suci, tak sia-sia setengah hidupku mendalami pedang. Masuklah kalian."
Nan Gong Li menyebut "kalian" bukan "kau", jelas mempersilakan kami semua untuk masuk bersama.
Begitu masuk ke dalam perkebunan, harus diakui Nan Gong Li memang ahli menikmati hidup. Lingkungan tempat Santo Pedang ini tinggal dilengkapi jembatan kecil dan aliran air yang tenang dan damai.
"Apa itu Jalan Pedang Suci?" Di sepanjang jalan masuk, aku berbisik bertanya pada Aotian. Aotian menjelaskan padaku, dan semakin kudengar semakin membuatku terkejut.
Konon Jalan Pedang Suci adalah teknik pedang kuno yang diwariskan dari gerbang pedang kuno. Di dunia Barat, dengan nama "Suci", tentu merupakan keberadaan puncak. Jalan Pedang Suci pernah menjadi pemimpin ilmu pedang di Barat. Pada masa kejayaannya, bahkan mampu seimbang dengan ajaran Buddha di Barat. Namun belakangan muncul pengkhianat internal yang menyebabkan perpecahan sekte, akhirnya lenyap dalam arus sejarah.
Aotian tak menjelaskan detail, tapi ilmu pedang yang mampu menyaingi ajaran Buddha, sudah menunjukkan kekuatannya!
"Sudah bertahun aku di Barat, belum pernah bertemu penerus Jalan Pedang Suci. Tidak tahu apa nama biksu agung ini."
"Biksu ini bernama Yijian. Tapi aku tak suka nama itu. Kalian cukup panggil aku Biksu saja. Nan Gong Li, kudengar kau dijuluki Pendekar Pedang Nomor Satu Timur. Kedatanganku kali ini ingin menguji berapa tael kemampuanmu. Ayo cepat bertarung denganku! Biar kuhajar habis-habisan, sekalian tunjukkan pada orang-orang siapakah Juara Pedang Dunia sebenarnya!"
