Di lukisan berikutnya, pemandangan berubah menjadi taman. Biksu tadi terlihat duduk bersama seorang pendekar yang membawa pedang panjang di punggung, minum teh dan berbincang akrab. Tapi di gambar selanjutnya, sang biksu tiba-tiba menusukkan pedang ke dada pendekar itu. Ingin tahu kelanjutan ceritanya, sayangnya lukisannya terputus di situ.
"Mungkinkah para pengguna pedang ini adalah penerus Jalan Pedang Suci, dan ahli pedang yang ditusuk mati itu mungkin memiliki kewibawaan mulia di dalam Jalan Pedang Suci, lalu difitnah oleh biksu ini sampai tewas?" Kupikir dalam hati. Nan Gong Li mengatakan ini adalah makam senior Jalan Pedang Suci, jangan-jangan dialah orang yang ditusuk di gambar terakhir itu?
Aku berpikir sejenak, tidak terlalu memikirkannya. Bagaimanapun pemahamanku tentang Jalan Pedang Suci masih sangat minim. Saat hendak melanjutkan perjalanan, tiba-tiba batu di dinding memancarkan cahaya hijau terang. Saat cahaya itu muncul, instingku langsung merasakan bahaya maha dahsyat yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
"Tubuh Naga Hijau!" Tanpa ragu, segera kugunakan Tubuh Naga Hijau. Berkat latihan Patung Emas Abadi itu, sekarang aku bisa menggunakan kekuatan fisik perkasa Naga Hijau tanpa harus berubah wujud.
Swoosh! Dua desiran pedang melintas di telingaku. Aku mundur selangkah sambil mengaktifkan tiga kekuatan terpadu, lalu menangkis dengan telapak tangan yang menghancurkan dua kilau pedang!
Swoosh-swoosh! Setelah menghancurkan dua kilau pedang, empat kilau pedang lagi menyambarku. Kulepaskan dua tendangan telapak tangan lagi untuk menetralisir serangan itu!
Tapi perlahan kusadari, meski daya serangan pedang-pedang ini tidak terlalu besar, tapi setiap kali jumlahnya berlipat ganda. Ini perlahan tapi pasti menggerogoti staminaku!
Lorong ini tak berujung. Meski terus maju perlahan, entah sampai kapan bisa melihat ujungnya.
"Pantas mati, kalau begini, hanya bisa menghancurkan mekanisme di sini!" Aku mengamati sekeliling, menemukan kilau pedang itu ternyata berasal dari batu kerikil bercahaya. Setelah menyadari hal ini, telapak tanganku menghantam dengan membawa kekuatan tiga kesatuan. Satu pukulan langsung menghancurkan sebaris batu cahaya!
Bang! Bang! Bang!
Satu langkah satu telapak tangan, aku tak peduli apakah lukisan dinding akan rusak, hanya fokus maju ke depan. Tapi tak kusangka, setelah menghancurkan batu cahaya ini, batu kerikil itu muncul kembali di dinding. Setiap kali bereinkarnasi, kekuatan kilau pedang yang dikeluarkannya bertambah kuat satu tingkat.
"Pantas saja, berarti sebelumnya biksu itu juga pernah ke sini. Pasti dia menggunakan metode lain untuk melewatinya!" Pikirku dalam hati. Jika biksu menggunakan cara yang sama denganku, kekuatan batu cahaya ini pasti tidak hanya segini!
Tapi dengan begini gerakanku jadi terbatas, ingin mempercepat langkah semakin sulit!
"Sudahlah, aku ingin melihat apakah kilau pedang level begini bisa melukai Tubuh Naga Hijau-ku!" Kukencangkan gigi, tarik kembali kekuatan telapak tangan. Tubuh Naga Hijau berputar maksimal, membiarkan seberkas kilau pedang menghantam tubuhku!
Dor!
Suara nyaring terdengar. Kulitku terasa perih, tapi setelah kulihat ke bawah, tidak terlihat luka yang jelas.
"Bagus!" Kubatin anggukkan kepala. Tubuh Naga Hijau memang pantas disebut fisik terkuat di kerajaan, benar-benar tak bergeming!
Aku mempercepat laju, tidak perlu bertindak untuk menahan kilau pedang. Kecepatanku jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya, namun meski begitu tetap memakan waktu lebih dari setengah jam untuk melewati lorong ini. Di perjalanan selanjutnya, tidak ada penemuan berarti selawan kilau pedang tak berujung yang membalut tubuhku. Saat akhirnya keluar dari lorong, tubuhku ternyata penuh bekas darah. Tampaknya bahkan Tubuh Naga Hijau pun tak bisa menahan serangan tak berujung secara paksa.
Keluar dari lorong, pandanganku disambut hamparan cahaya. Sesekali angin sepoi-sepoi berhembus, namun anehnya justru membawa gelombang panas yang terasa menyengat!
Dari mana sumber angin ini berasal?
Aku tidak mengerti dan melirik sekeliling. Di jalan yang kulewati sebelumnya masih ada bekas darah biksu, tapi di sini bekas darah itu lenyap. Bukankah ini berarti biksu itu bersembunyi di sini? Memikirkan ini, kusiapkan semangat dua belas tingkat. Setelah mengalami kejadian tadi malam, aku tahu biksu ini sungguh licik. Aku sangat takut jatuh ke tangannya.
Namun aku tidak menemukan bayangan biksu tersebut. Di hadapanku terbentang lubang raksasa. Saat kudekat, kulihat tak terhitung pedang panjang tertancap di sini.
Pemandangan ini agak mirip dengan pasukan Terracotta di Bumi, tapi di sini tidak ada patung prajurit—hanya pedang!
"Makam Pedang!" Nama itu tiba-tiba muncul di otakku!
Melihat posisi pedang-pedang panjang ini, sudah jelas seperti senjata suci yang menggetarkan dunia. Meski tak tahu berapa tahun telah mengalami pembaptisan waktu, saat berdiri di samping Makam Pedang aku masih bisa merasakan aliran energi tajam yang menyengat.
"Pola yang tersusun di tengah Makam Pedang awalnya membuatku merasa aneh, setelah diamati baru kusadari, ternyata itu adalah pola kepala naga! Di atas kepala naga tersebut, terletak sebuah sarkofagus batu hitam!"
"Layak disebut senior Jalan Pedang Suci, semasa hidup pedangnya tak tertandingi, setelah mati dikuburkan bersama sepuluh ribu pedang, mengubah pedang menjadi naga, peti mati menginjak kepala naga, sungguh penuh keangkeran!"
"Hanya saja aku tak tahu seberapa kuat kau, berani-berinnya ingin menginjak naga sejati di bawah kaki." Meski merasakan aura angker ini, hatiku tetap tak nyaman, mengingat hubunganku dengan klan Long yang sangat dalam, tindakannya menginjak kepala naga terasa seperti menginjakku!
"Apa kau terkejut, di sini ternyata ada Makam Pedang!" Suara seseorang terdengar dari belakangku. Begitu mendengarnya, aku segera berbalik dan benar saja melihat senyum jail Biksu itu.
"Tampaknya Aotian terlalu lunak, sampai membuatmu bertahan sampai sekarang!" Kulihat dadanya masih mengucurkan cairan, tapi sepertinya bukan luka parah.
"Hmph!" Biksu mendengus dingin mendengar ucapanku, "Aotian itu sudah berubah jadi bukan manusia bukan hantu, cepat atau lambat aku pasti akan membalas dendam ini!"
"Khawatir kau tak punya kesempatan lagi!" Kukumpulkan tiga kekuatan kombinasi, siap bertindak! Setelah mengambil nyawa Biksu, baru akan kuperiksa isi sarkofagus itu. Daripada nanti dia menusukku dari belakang!
“Jangan buru-buru, Biksu ini bukan datang untuk berkelahi denganmu. Tidakkah kau merasa aneh? Biksu sudah tiba di sini sejak kemarin, tapi tidak maju lebih jauh malah menunggumu di sini. Menurutmu kenapa?”
“Karena kau terluka parah dan tidak berani melanjutkan sendiri.” Aku mengabaikan perkataan biksu. Bagaimanapun, aku tak percaya niatnya baik. Dari pengalamanku, jika benar ada keuntungan, dia pasti sudah menyepakku dan maju sendiri, mana mungkin menungguku?
“Itu hanya satu alasan. Selain itu, Biksu juga menemukan bahwa di sini tersimpan rahasia Jalan Pedang Suci kami. Senior yang disebut-sebut sebagai leluhur Jalan Pedang Suci ini mungkin adalah Pendiri kami, Sang Pemenggal Naga - Zhan Long Zhenren!” Biksu menjelaskan padaku.
Zhan Long Zhenren?
Aku mengerutkan kening. Entah biksu ini berkata jujur atau tidak, tapi aku sangat tidak menyukai nama itu.
“Dunia hanya tahu Jalan Pedang Suci kami sebagai penguasa seni pedang Barat. Tapi tak ada yang tahu leluhur kami sebenarnya berasal dari Timur. Dulu, Sang Pendiri Zhan Long Zhenren membunuh Naga Sejati di Timur hingga terkenal, tapi juga dikejar-kejar klan Naga sehingga melarikan diri ke Barat.” Biksu memberiku penjelasan.
Menurut penjelasannya, apakah Jalan Pedang Suci juga merupakan warisan Timur?
“Dulu Zhanlong Zhenren datang ke Barat, mendirikan Jalan Pedang Suci. Pada masa kejayaannya, bisa menyaingi Buddha. Tapi sebenarnya hubungan Jalan Pedang Suci dengan Buddha bukanlah permusuhan. Sebaliknya, Zhanlong Zhenren punya persahabatan yang dalam dengan banyak Buddha. Hanya saja kekuatannya semakin besar, sudah tidak takut lagi dikejar-kejar klan Long. Ini memicu tekadnya untuk kembali ke Timur di dalam hati. Karena inilah, timbul ketidakharmonisan antara Buddha dengannya!”
“Dulu para Buddha khawatir Zhanlong Zhenren akan membawa murid-muridnya kembali ke Timur, memperkuat kekuatan Timur sehingga Barat tak mampu melawan. Diam-diam mereka berdiskusi dan memutuskan untuk membunuhnya sebelum kepulangannya!”
Mendengar ini, aku mendengus dingin, "Hmph, cara-cara Buddha memang licik. Siapa pun yang dianggap merugikan langsung dibunuh untuk mencegah masalah di kemudian hari. Kejam sekali, mana ada belas kasihan sedikitpun?"
“Bagaimana orang berbelas kasih bisa bertahan di kerajaan? Tanpa cara menggentarkan dunia, bagaimana mengajak semua makhluk menuju pencerahan? Semua tindakan Buddha demi rakyat kerajaan. Setelah Buddha menyatukan kerajaan, untuk apa lagi melakukan pembunuhan?” Jawab biksu dengan penuh keyakinan. Aku malas menghiraukannya.
“Saat masuk tadi kau pasti melihat lukisan dinding itu. Pertapa pedang di sana adalah Zhanlong Zhenren, sedangkan Buddha itu adalah guru leluhurku, Guru Kuno Dunan.” Biksu itu terlihat sangat puas diri, sama sekali tak menunjukkan penyesalan.
“Kau memang sombong, aku heran kenapa kau begitu tak tahu malu, rupanya pepatah 'balok atas tak lurus maka balok bawah miring' benar adanya.” Melihat sikap arogan biksu yang seperti lubang hidungnya menunjuk ke langit ini, aku langsung merasa jengkel.
“Biksu ini belum selesai bicara, jika kau ingin tahu rahasia masa lalu, janganlah menyela!”
