Sebuah telapak tangan melayang mendekat, tak mungkin dihindari!
Faktanya, dari jarak sedekat ini bahkan dalam kondisi prima pun takkan bisa kuhindar, apalagi dalam keadaan luka berat seperti sekarang.
Aku, apakah akan mati?
"Bayangan Han Xue muncul di otakku, seolah aku melihatnya tersenyum padaku, senyumannya masih seindah pertama kali aku bertemu dengannya!"
Lalu, aku melihat sosok Kakak berlari nekat ke arahku, wajahnya dipenuhi kekhawatiran.
Aku tersenyum pahit, sampai detik terakhir pun aku masih ingin bergantung pada Kakak?
Tiba-tiba, sudut mataku menangkap kilatan dingin, aura pisau yang menusuk langsung menerjang, aku merasakan aura pembunuhan yang sangat kuat!
Santo Penguasa yang awalnya hendak menyerangku tiba-tiba memutar pergelangan tangannya, menarik kembali tangan kanannya. Sesaat setelah dia menarik tangan, kilau pisau menyambar udara. Jika terlambat setengah langkah, pastilah lengannya terpotong.
Di saat yang sama, kurasakan sebuah lengan menahan tubuhku dari belakang. Kubalikkan kepala dan melihat wajah tegar Kakak!
"Kakak!" teriakku emosional. Gerakan ini membuat lukaku tersentak, sampai aku menyeringai kesakitan.
"Waduh, dasar nak tak berguna, perempuan saja tak bisa kalahkan!" Suara itu pastilah milik Aotian.
Melihat Kakak dan Aotian berdiri di depanku, rasanya seperti batu besar jatuh dari jantungku, napasku pun lega.
Santo Penguasa berdiri mengawasi kami bertiga, topengnya menutupi raut wajahnya. Tapi kurasa ekspresinya pasti sama terkejutnya seperti kami.
“Nyawa kalian benar-benar kuat！”Santo Penguasa berkata dengan dingin, Delapan Belas Arhat dan Raja Dewa kembali muncul di belakangnya. Meski sekarang tubuh mereka penuh luka, tetap saja ini merupakan kekuatan tempur yang tidak bisa diremehkan.
“Li Qiu Shui, jangan-jangan kau pikir dengan menambahkan Lima Buddha Kuno di dalam sana, kalian bisa menahan kami?” Aotian protes dengan geram.
Namun Santo Penguasa sama sekali tidak menghiraukannya. Aku yang melihatnya hanya bisa bingung, “Buddha Kuno apa?”
Gelar Buddha Kuno ini bukan pertama kalinya kudengar. Sebelumnya biksu itu pernah mengatakan gurunya bernama Xiaoyao Buddha Kuno. Hanya saja selama ini kukira ini sekadar gelar kehormatan, tak menyangka Buddha Kuno dalam agama Buddha tidak hanya satu!
“Enam Buddha Kuno agama Buddha, kau sudah dengar reputasi Xiaoyao Buddha Kuno. Lima lainnya masing-masing adalah Xiu Luo, Tertawa, Rantai Mutiara, Kebajikan Luas, dan Xuanzang. Setiap orang memiliki kekuatan Dewa Surga. Agama Buddha kali ini benar-benar mengerahkan semua personel untuk menghancurkan Jalan Pedang Suci!” Aotian menjelaskan padaku.
Mendengar ini aku akhirnya mengerti. Awalnya aku masih bingung, meski Santo Penguasa bertindak, Jalan Pedang Suci seharusnya masih bisa melawan. Tak disangka agama Buddha mengerahkan begitu banyak petarung kuat sekaligus.
Santo Penguasa tidak menjawab, hanya mengangkat pergelangan tangan putihnya siap bertindak.
Melihat Santo Penguasa hendak menyerang, aku segera memaksakan diri untuk fokus dua belas tingkat. Tapi Aotian memberi isyarat agar aku tidak bergerak.
“Lihatlah, kekuatan sejati kakakmu. Li Qiu Shui tidak akan bisa mengganggunya.” Kata Aotian padaku.
Kekuatan sejati kakak?
Aku melihat kakak dengan terkejut!
Sejak datang ke Benua Tianyuan, aku belum pernah melihat kakak bertindak sepenuh tenaga. Selama ini kupikir kekuatannya tidak begitu hebat, bahkan mungkin lebih lemah dariku. Tapi dari perkataan Ao Tian, apakah artinya kakak juga sangat kuat?
"Hei, kutanyakan padamu. Apa yang ada di area lebih dalam gunung bersalju? Apa ada petualangan aneh di dalamnya?" Aku langsung teringat gunung yang baru saja runtuh, secara refleks berpikir kakak mendapat harta karun di sana.
Tapi Ao Tian malah menggelengkan kepala, "Kita semua meremehkan kakakmu selama ini. Dialah pemenang sejati. Dunia hanya mengenal Ao Tian sebagai penguasa kultivasi fisik, tapi mungkin sebentar lagi gelar itu akan berpindah tangan."
Perkataannya membuatku bingung, sampai aku melihat kakak bertarung dengan Santo Penguasa baru aku mengerti maksudnya.
Tubuh Santo Penguasa terbungkus cahaya Buddha. 81 butir manik Buddha melayang mengelilinginya. Tiba-tiba satu butir melesat seperti peluru ke arah kakak!
Kecepatannya begitu tinggi hingga meninggalkan jejak cahaya emas di udara. Belum sempat bereaksi, benda itu sudah sampai di depan kakak.
"Hati-hati!" Teriakku refleks. Suaraku belum selesai, kakak sudah mengayunkan pedang tangan kirinya!
Dulu di Bumi, kakak belajar ilmu pedang tangan kiri dari Lao Liu si Punggung Bengkok. Teknik pedangnya sudah mencapai tingkat sempurna. Dengan satu tebasan, manik Buddha yang bahkan tak meninggalkan bayangan itu terbelah dua!
“Hebat!” Aku berteriak secara refleks, tapi ini baru permulaan.
Kakak menghentakkan kaki kanannya, seluruh tubuhnya seperti peluru meriam menerjang ke arah Santo Penguasa. Melihat ini, hatiku kembali dilanda kecemasan. Namun Aotian menghiburku: "Tenang, di tingkat pencapaian seperti Sun Zhongmou ini, semua kekuatan besar hanyalah Zuodao baginya!"
Aku mengerti maksud Aotian. Bagi praktisi kultivasi fisik, hanya kekuatan diri sendiri yang dianggap ortodoks. Tapi bahkan Aotian sendiri sudah kalah dari Santo Penguasa, mampukah Kakak?
"Blokir!" Tepat di saat itu, suara dingin keluar dari mulut Santo Penguasa. Delapan puluh kelereng Buddha membentuk sebuah formasi, dengan paksa menghentikan langkah maju Kakak. Di saat yang sama, delapan belas rantai besi itu kembali bergerak, menyerang dari delapan belas arah berbeda - mustahil dihindari!
"Kakak!" Aku berdiri tergopoh-gopoh, ingin keluar membantunya.
Tapi tubuhku masih terlalu lemah. Baru saja berdiri, kakiku langsung gemetar dan aku terjatuh keras ke tanah.
Delapan belas rantai besi itu penuh dengan aura pembunuhan. Empat rantai pertama tiba di empat penjuru: depan, belakang, kiri, kanan. Kulihat Kakak berdiam di tempat tanpa jejak menghindar, seluruh tubuhnya bagai membeku tak bergerak.
Tiba-tiba, dia mengangkat pisau dengan kedua tangan. Sebuah kekuatan tirani menyapu langit! Saat itu juga, angin dan awan berubah warna, pelangi panjang muncul di angkasa!
Tirani!
Aura pisau Kakak telah melampaui Pisau Raja milik Lao Liu si Punggung Bengkok, mencapai tingkat penyatuan manusia dan langit!
Tanpa basa-basi, dia menghunjamkan pisaunya!
“Hah!” Sebuah teriakan keras, rantai besi tasbih yang menghalanginya musnah seketika, aura pisau langsung menghujam di depan Santo Penguasa.
Satu kekuatan menghancurkan sepuluh keahlian!
Barusan aku masih khawatir pada kakak, tapi tak menyangka dia sama sekali tidak mempedulikan semua ini. Seperti kata Aotian, saat kekuatan diri sendiri mencapai tingkat tertentu, kekuatan eksternal hanyalah Zuodao!
Kilau pisau ini mirip tapi juga sangat berbeda dengan kilau pedang kendo sakral. Dibandingkan dengan daya bunuh kendo, ini lebih merupakan aura penguasa yang membuat seluruh kerajaan tunduk!
Cahaya emas Buddha memancar, bertabrakan dengan aura pisau kakak!
Gemuruh!
Ledakan dahsyat mengguncang, serpihan salju beterbangan menghalangi pandanganku.
“Auuugh!” Tiba-tiba kudengar raungan binatang buas penuh kekecewaan tak berujung!
“Bahaya, Daun cepat pergi! Makhluk di gunung salju akan dibebaskan!” Aotian langsung tegang mendengar suara ini.
Secara refleks kutatap gunung salju itu. Kulihat awan hitam muncul di langit, diikuti beberapa bayangan yang seolah sedang Bertarung Ilmu di dalamnya.
Gemuruh!
Ledakan lagi menggema, guntur menyambar horisontal membuat bumi gemetar - bahkan lebih dahsyat dari pertarungan kakak dan Santo Penguasa!
“Makhluk apa sebenarnya itu?” Aku tertegun menatap ke arah tersebut, samar-samar melihat sepasang mata kabur yang terlihat sangat mistis dan jahat!
“Tidak tahu, tapi yang pasti orang itu sangat kuat, mungkin itulah rahasia Jalan Pedang Suci!” jawab Aotian.
Sementara itu, bentrokan antara Kakak dan Santo Penguasa telah usai. Keduanya masih berdiri di tempat semula. Baju Kakak compang-camping, darah mengalir dari sudut bibirnya.
Di sisi lain, Santo Penguasa tetap tanpa cedera. Apakah Kakak kalah?
Hatiku dipenuhi penyesalan, tapi segera kusadari sesuatu yang aneh. Topeng wajah Santo Penguasa ternyata memiliki goresan pisau. Detik berikutnya, topeng itu pecah berantakan. Mataku tak berkedip menyaksikan ini.
Saat topeng itu hancur, terlihatlah wajah yang memesona bak dewi penurun malapetaka!
Dingin seperti es namun memesona semua makhluk, inikah Li Qiu Shui? Perempuan yang membuat Santo Pedang Nan Gong Li tergila-gila?
Aku terpana. Tidak hanya aku, Kakak dan Aotian juga membeku. Kami bertiga hanya bisa menatap Li Qiu Shui dalam kesunyian yang panjang.
