Jeritan Biksu menggema di seluruh Penginapan, entah berapa banyak orang yang tidurnya terganggu.
Saat bangun keesokan harinya, Biksu masih "lumpuh" di tempat tidur!
"Aduhh... pinggangku ini, lenganku ini, Sun Zhongmou kau penghancur ribuan li, semoga kau mati mengenaskan!" Biksu terus memaki.
Suaranya serak, entah karena sejak tadi malam dipukuli Kakak sampai terus menerus berteriak sampai sekarang.
"Sudah, bangunlah! Kalau terus begini nanti dipukuli lagi!" Aku mendekati tempat tidur dan menariknya bangun.
Biksu masih merintih dengan wajah penuh kekecewaan.
Keluar dari penginapan, Kakak dan Aotian sudah menunggu di ambang pintu. Melihat Kakak, Biksu menggeretakkan gigi marah tapi sekarang tidak berani bicara. Kakak sama sekali tidak menoleh padanya.
Semalam Biksu sudah menghancurkan formasi dasar danau. Pagi ini permukaan air sudah tenang lagi, hanya terasa hilangnya energi spiritual di sekitar.
"Ye, lihat di mana Gunung itu," kata Kakak.
Aku menutup mata, merasakan sejenak, tapi segera membukanya kembali.
Karena kusadari ada aliran energi yang sedang mendekati arah kami.
"Sepertinya tidak perlu pergi." Kataku.
Tak lama setelah ucapanku, bayangan Nan Gong Li yang berbaju putih melayang itu telah muncul di depan kami.
Nan Gong Li!
Saat melihatnya, hati ini langsung waspada. Mataku segera menyapu sekeliling, dan setelah memastikan dia datang sendirian, barulah aku lega.
Kekhawatiran terbesarku adalah Nan Gong Li bergabung dengan Buddha. Dulu takkan ada keraguan, tapi sekarang dia berbeda. Demi Li Qiu Shui, dia bisa melakukan apapun!
"Para tuan, tolong tunggu." Suara Nan Gong Li bergema.
"Lho, ini bukan si Nan Gong Li yang tidak tahu malu? Kau juga ada di sini?" Aotian langsung menertawakan sambil memaki begitu melihatnya.
Setelah pertarungan di kaki Gunung Sumeru, hubungan kami dengannya menjadi . Kini kemunculannya kembali membangkitkan aura perang dalam diriku!
"Tolong tunggu!" Nan Gong Li mengabaikan ucapan Aotian, kembali berseru.
"Nan Gong Li, keluarkan Xue'er!" Aku tak bisa menahan diri lagi. Posturnya yang menghadangku ini, sama sekali berbeda dengan Nan Gong Li yang dulu mati-matian melindungiku di Timur.
Setiap kali teringat masa lalu di Dongfang, saat Nan Gong Li dengan kemampuan Tingkat Langit berdiri di depanku, tak gentar menghadapi pejuang Tingkat Dewa sekalipun, hatiku dipenuhi perasaan pilu.
Apakah ini yang disebut membalas budi dengan kejahatan?
"Mundur!" Nan Gong Li tiba-tiba berteriak keras padaku.
Teriakannya tidak membuatku takut, malah membuatku semakin maju dan bersiap bertarung dengannya!
Tapi persis di saat itu, Kakak tiba-tiba menggenggam lenganku.
"Ada apa, Kakak? Biarkan aku bertarung dengannya! Aku harus membuatnya menyerahkan Xue'er!" kataku sambil menggelengkan lengan pada Kakak.
"Tunggu, ada yang tidak beres!" Kakak menarikku kembali dengan paksa.
Tidak beres?
Aku tak mengerti maksud Kakak. Mengikuti arah penglihatannya, kulihat Kakak sedang menatap Nan Gong Li. Setelah kuperhatikan wajah Nan Gong Li, memang ada sesuatu yang aneh.
Wajahnya sesekali memerah, sesekali pucat, seolah ia sengaja menekan sesuatu.
"Dor!" Segumpal darah muntah dari mulut Nan Gong Li!
Tubuhnya limbung seperti tak mampu menopang diri sendiri, kemudian runtuh ke tanah!
Nan Gong Li, luka berat!
Aku terkejut menyaksikan pemandangan di hadapanku. Ini kali pertama kulihat Nan Gong Li dalam keadaan semenyedihkan ini. Baju putihnya ternoda merah darah - rupanya selama ini ia menahan luka dalam tubuhnya!
Siapa sebenarnya yang bisa melukainya?
Siapa sebenarnya yang bisa membuatnya terluka separah ini?
“Hati-hati, aku yang pergi！” Aku ingin mendekat untuk melihat, tapi Kakak kembali menghentikanku, kemudian dia sendiri yang mendekat.
Bagaimanapun juga Nan Gong Li adalah Dewa Pedang generasi ini, tentu tidak mungkin menggunakan siasat licik seperti ini. Kakak memeriksa luka Nan Gong Li, lalu mengizinkan kami mendekat.
Setelah mendekat, kulihat sorot mata Nan Gong Li masih tertutup rapat. Bahkan dalam keadaan koma, ekspresi penderitaan tetap terpancar dari insting bawaan.
Di dadanya terdapat lubang menganga yang mengalirkan darah tanpa henti, perlahan-lahan menggerus harapan hidupnya.
“Luka ini, kenapa tidak terlihat sebelumnya?” Aku bertanya heran. Sebelumnya meski wajah Nan Gong Li terlihat pucat, tidak terlihat adanya aliran darah terus-menerus dari tubuhnya.
“Mungkin baru terbuka ketika dia memaksakan penggunaan energi internal tadi. Sebelumnya dia sudah menderita luka internal parah.” Kakak menganalisis.
Setelah mengatakan itu, Kakak mulai mengurus luka Nan Gong Li.
Aku tidak ikut membantu. Meski darahku memiliki efek ajaib, aku tidak ingin Nan Gong Li cepat bangun - nanti dia lagi-lagi menghalangi upayaku menyelamatkan Han Xue!
“Kekuatan Nan Gong Li sudah mencapai level Top-Tier masa kini. Dia telah memasuki Domain Tianxian, bahkan Li Qiu Shui pun belum tentu bisa mengalahkannya. Siapa yang bisa melukainya separah ini?” Saat Nan Gong Li dianalisis, Aotian di samping bertanya dengan bingung.
Aku juga tidak paham. Jika dikatakan para pengikut Buddha bekerja sama mengepungnya, mungkin masih masuk akal.
"Aku melihat Aotian di tepi dengan alis berkerut, sengaja berkata padanya, 'Menurutmu bagaimana hasilnya jika kau yang bertarung melawan lawan Nan Gong Li?'"
Aku menyikut lengan Aotian.
Aotian terdiam sejenak, lalu menampar kepalaku dengan telapak tangannya!
"Kau!" Aku naik pitam. Aotian benar-benar bertindak semaunya, apakah dia masih menghargai harga diriku sebagai Timur Yang Agung? Aku memberi kode mata pada biksu. Saatnya dia membuktikan loyalitasnya pada Patriarch.
Tunggu, apa yang dilakukan biksu ini? Tangan di pinggang menatap langit sambil bersiul, berpura-pura tidak melihat?
Jago kandang! Benar-benar pengecut!
"Laozi ini tetap penguasa kultivasi fisik! Bertahun-tahun lalu sudah terkenal di seluruh benua. Sembilan langit dan guntur surgawi pun tak mampu membelahku. Kau pikir ada yang bisa melukai Laozi? Jawab! Cepat jawab!"
"Tidak-tidak! Kurasa orang itu pasti sudah tewas jika berhadapan denganmu!" Aku menggelengkan kepala panik, melihat tinju sebesar target latihan Aotian.
Geram sekali. Ngapain juga memancingnya?
Kakak sudah selesai mengobati luka di tubuh Nan Gong Li, lalu berdiri.
"Aku tahu siapa yang melukai Nan Gong Li," kata Kakak tiba-tiba.
"Siapa?" Kami bertiga serempak bertanya. Kekuatan Nan Gong Li jelas bagi kami semua. Hanya segelintir yang bisa melukainya.
"Sang Raja Merak Agung Dinasti Ming, Kong Xuan!" Kakak membuka suara perlahan.
Kong Xuan?
"Mendengar nama ini kami semua menarik napas dalam-dalam. Saat upacara Buddha dulu, aku pernah menyaksikan bayangan Kong Xuan ini. Hanya sebuah bayangan, tapi dengan paksa merobek bayangan Tiga Dewa Kemurnian di belakangku! Kekuatannya sangat dahsyat!"
"Jika bukan karena Pohon Jalan dalam tubuhku, mungkin saat itu aku sudah tewas di tangannya."
"Tapi bukankah Kong Xuan belum dihidupkan kembali? Bagaimana mungkin dia melukai Nan Gong Li? Seberapa kuat pun bayangan itu, seharusnya bukan lawan Nan Gong Li!"
Aku mengutarakan keraguanku. Kakak merenung sejenak: "Mungkin karena Nan Gong Li ingin menghidupkan kembali Han Xue, jadi dia nekat masuk ke dalam jurang sendiri. Itu sebabnya dia terluka."
Aku berpikir sebentar. Penjelasan kakak ini cukup masuk akal.
"Tapi tak disangka Nan Gong Li demi menghidupkan Han Xue, berani sendirian menantang Merak Ming Wang, sampai akhirnya terluka parah."
"Sayangnya, tujuan menghidupkan Han Xue hanya untuk menjadikannya Santo Penguasa Buddha baru. Bukan untuk menyelamatkannya."
"Sebenarnya, ini semua demi Li Qiu Shui. Dia memang sangat setia!"
"Bawa dia, mari kita lihat ke Puncak Pedang." Kataku.
Akhirnya tugas menggendong jatuh ke tangan biksu. Lagipula dia memang anak buah kita.
Biksu itu memang sudah gemuk, jalannya lambat seperti siput. Sekarang harus menggendong Nan Gong Li, keluhannya tak putus sepanjang jalan. Mulutnya komat-kamit tanpa henti.
Tanpa transfer formasi, kami segera menemukan Puncak Pedang yang sebelumnya, lalu mendaki sampai ke puncak bukit.
Perkebunan yang lenyap begitu saja itu muncul kembali di hadapan kami.
"Xue'er! Xue'er!" Aku berteriak refleks, tapi langsung tersadar Han Xue masih dalam keadaan koma, lalu buru-buru mencari.
