"Jalan Tongtian, apakah ini jalan menuju sembilan lapis langit? Tapi kenapa Buddha berusaha sekuat tenaga menghidupkan Kong Xuan? Ada pekerjaan apa yang hanya bisa diselesaikan oleh Kong Xuan?" Aku terus bertanya penasaran.
"Jalan Tongtian, sesuai namanya, adalah jalan menuju sembilan lapis langit. Dulu Laozi datang ke Benua Tianyuan dan menutup Jalan Tongtian. Kini naga emas muncul, Jalan Tongtian akan segera dibuka kembali. Setelah terbuka, bukan hanya penduduk Benua Tianyuan yang bisa pergi ke sembilan lapis langit, penghuni langit juga bisa turun."
"Mengenai Raja Merak Agung Ming, kurasa mereka ingin dia kembali menjadi penguasa Buddha."
"Penguasa Buddha?" Aku semakin tertegun. Raja Merak Agung Ming jadi penguasa Buddha? Bukankah penguasa Buddha seharusnya Buddha?
"Detailnya aku juga tidak tahu. Dulu Mahasuci pernah berkata, sembilan lapis langit bukanlah puncak kultivasi. Para ahli terkuat di sana pun masih mengejar jalan melampaui. Mungkin Sakyamuni dan Buddha Kuno Ran Deng telah menemukan jalan itu, tapi tak menyangka setelah mereka pergi, Buddha menjadi tak bertuan dan jatuh dalam kekacauan!"
"Selain Raja Merak Agung Ming, tak ada lagi di Buddha yang layak memimpin Kuil Leiyin Agung. Inilah alasan mereka berusaha mati-matian menghidupkannya kembali." Pilar Penjaga Samudera menjelaskan.
Hatiku kembali terguncang.
Selama ini kupikir sembilan lapis langit adalah puncak kultivasi, ternyata masih ada alam lain di luarnya!
Bahkan Sakyamuni dari Buddha, yaitu Buddha sendiri, sudah berhasil melampaui?
"Tidak heran, Buddha tak bertuan, bahkan ingin menghidupkan kembali Kong Xuan melalui ritual kurban."
Dua klon telah lenyap, lautan Tongtian kembali tenang. Aku memandang sekeliling, setelah mengalahkan dua klon, tak ada siluman berani menggangguku lagi. Beberapa energi dewa yang mengintai tadi juga telah bubar dengan kompak!
"Sekarang, apakah aku bisa melihat warisan Raja Kera?"
"Tentu, tapi bersiaplah. Warisan Raja Kera bukanlah hal mudah untuk diambil."
Aku ingin bertanya seberapa sulitnya, namun Pilar Penjaga Samudera tak lagi menjawab.
——Puncak Gunung Bunga dan Buah!
Di sana terdapat pemakaman tak bernama yang sangat sederhana: gundukan tanah dengan papan kayu bertuliskan "Tongtian"!
Inikah makam Wukong?
Melihat pemandangan menyedihkan ini, hatiku teriris. Sosok yang pernah melawan Langit Bumi ini, ternyata dikuburkan di tempat sepi tanpa penghormatan!
"Dulu Raja Kera tertekan di Gunung Lima Elemen selama 500 tahun. Setelah bebas, ia kembali melawan Langit. Kali ini kemampuannya jauh lebih hebat, menghancurkan 99 Guntur Surgawi! Namun saat hampir menembus Langit, dikhianati saudaranya sendiri!"
“Karena alasan inilah, Raja Suci akhirnya terkubur di sini, sedorang si pengecut yang mengkhianatinya justru mendapat kesempatan dari Buddha, pergi ke Barat mengambil kitab suci, dan akhirnya dinobatkan sebagai Buddha Kemenangan Perang!” Pilar Penjaga Samudera berkata dengan kekecewaan.
Mendengar sejarah ini, rasa pedih di hatiku semakin menjadi-jadi.
Saat masih di Bumi, aku pernah membaca banyak novel yang mengatakan bahwa lima ratus tahun ini telah menghilangkan semua tanduk Wukong, mengubahnya dari monyet pemberani yang melawan Langit-Bumi menjadi monyet penurut di mata Guanyin, Buddha Perang di bawah komando Buddha!
Lebih baik menjadi Dewa Penakluk Langit sehari daripada Buddha Perang seumur hidup.
Tapi tak kusangka, kenyataannya justru Raja Suci dikhianati dan dikuburkan di sini!
"Dahulu Raja Suci dihajar Guntur Surgawi sampai tubuh dan jiwanya musnah, tidak tersisa tulang belulang. Ini hanyalah makam simbolis. Untungnya dulu Raja Suci sudah merasakan ajalnya mendekat, sebelum bertarung melawan Guntur Surgawi dia sudah meninggalkan seberkas kesadarannya. Kini setelah waktu yang sangat panjang, akhirnya kau datang."
"Apa yang harus kulakukan untuk mendapatkan warisan Raja Suci?"
"Gali kuburan, buka peti mati!"
Empat kata itu langsung mengguncang hatiku!
Aku tertegun memandang Pilar Penjaga Samudera di tanganku, tak menyangka permintaannya seperti ini!
"Ini... kurang pantas bukan?" Aku ragu-ragu. Menyuruhku menggali makam Sun Wukong, aku tak punya nyali sebanyak itu!
"Kenapa tidak pantas? Raja Suci bukan orang yang memperhatikan hal-hal seperti ini. Ini perintah yang dia tinggalkan. Jika kau ingin warisannya, kau harus menggali ini!" Suara Pilar Penjaga Samudera kembali bergema!
Menggali kuburan?
Saya masih ragu, tapi akhirnya berjalan ke depan gundukan makam.
"Ini perintah yang kau tetapkan sendiri, aku sama sekali tidak bermaksud menghinamu, jangan salahkan aku!" Pikirku dalam hati.
Saya membungkuk tiga kali ke arah pemakaman, lalu bersiap menggerakkan pohon Jalan untuk mulai menggali. Tak disangka suara pilar penjaga samudera kembali terdengar.
"Gali dengan tanganmu sendiri!"
Tak ada pilihan, saya membungkuk dan perlahan-lahan menggali makam ini dengan tangan kosong!
Mungkin karena faktor waktu, tanah-tanah ini telah mengeras. Proses penggalian sangat melelahkan! Pilar penjaga samudera melarang penggunaan energi internal untuk membelah langsung, memaksa saya menggali hanya dengan kedua tangan.
Akhirnya, lubang berhasil kubuat. Tiba-tiba bau busuk menyengat keluar dari dalam!
"Bagaimana ini? Bukankah ini makam simbolis?" Tanyaku bingung pada pilar penjaga samudera.
Sebelum sempat menjawab, darah hitam pekat tumpah mengalir dari makam.
Cepat-cepat aku mundur menjauh.
"Ini... tidak seharusnya terjadi," nada suara pilar penjaga samudera terdengar terkejut, "Dulu aku sendiri yang mendirikan makam simbolis Raja Kera, mana mungkin ada darah hitam?"
"Kau pun tidak tahu?" Aku terdiam membingungkan, situasi apa sebenarnya ini?
"Wahahahaha!" Tiba-tiba tertawa angkuh bergema dari delapan penjuru!
Suara ini mengandung energi internal yang kuat, membuat telingaku terasa sakit dan seluruh tubuhku mengalami pusing hebat.
"Dou! Zhan! Sheng! Fo!" Pilar Penjaga Samudera mengucapkannya kata demi kata dengan tegas.
Aduh, mendengar nama ini aku langsung kaget, Dewa Kemenangan Perang? Apakah mungkin dia datang sendiri?
Aku mengernyitkan dahinya dengan bingung sambil melihat sekeliling, tetap tak ada bayangan manusia sama sekali!
"Hanya mengirim suara dari jarak jauh. Kemampuannya sudah mencapai tingkat surgawi, meski berada di sembilan lapis langit, mengirimkan suara ke bawah tetap mudah baginya." Pilar Penjaga Samudera menjelaskan padaku.
Baru sekarang aku lega, ternyata dia tidak bisa turun, jadi aku bisa tenang.
"Setelah bertahun-tahun, tak kusangka kau bisa muncul kembali dari dasar laut. Bagaimanapun kita adalah teman lama. Aku tanya sekali lagi, maukah kau mengikutiku?" Aku paham suara ini ditujukan pada Pilar Penjaga Samudera di tanganku. Saat ini kurasakan pilar itu terus bergetar, seolah sedang menahan amarahnya!
"Mimpi di siang bolong! Bagaimana mungkin kau disebut saudara Raja Kera yang begitu perkasa dulu?" Pilar Penjaga Samudera berkata dengan kesal.
"Perkasa? Meski wujudnya seperti dewa, bukankah akhirnya terkubur di sini? Masih ingatkah kau saat guntur surgawi bergemuruh, petir terakhir yang membelahnya sampai lenyap tanpa sisa tulang belulang?"
Pilar Penjaga Samudera terdiam.
“Kini, dia hanyalah monyet mati belaka, bahkan yang mengenalnya pun bisa dihitung jari. Dunia hanya mengenal aku, Buddha Pertarungan Wukong Sun, Raja Kera Sun Wukong. Berapa orang yang tahu tentang Tongtian Dasheng ini?”
“Diam! Kau tak berhak menggunakan nama agung Dasheng!” Pilar Penjaga Samudera mengamuk, tiba-tiba melepaskan diri dari genggamanku dan melesat ke langit.
Di saat itu, meski langit cerah, sebuah guntur surgawi menyambar dan memukul Pilar Penjaga Samudera hingga terjatuh. Benda itu tergetar hebat seolah mendapat pukulan dahsyat!
“Jangan lupa! Dulu bahkan dia membawamu pun tak bisa merobek sembilan lapis langit. Sekarang tinggal kau sendiri, bagaimana mau melawan Langit Bumi ini? Tidak tahu diri!” Dengus dingin bergema dari atas langit.
“Kau hanyalah monyet yang hidup dalam bayang-bayang orang lain. Berani apa sombong?” Aku mendekati Pilar Penjaga Samudera, mengelus-elus tubuhnya dengan lembut.
“Apa katamu?”
“Apakah aku salah? Jika bukan karena ini, mengapa kau memakai nama Sun Wukong? Mengapa selama bertahun-tahun kau terus memantau tempat ini? Karena kau sadar tak mampu! Meski bertahun-tahun berlalu, kau tetap tak bisa melebihi saudaramu! Karena itu kau jadi pengecut!”
“Takut ada yang menerima warisannya! Takut ada yang membantunya balas dendam!”
“Takut suatu hari nanti identitasmu terbongkar, ditunjuk seribu orang, diludahi jutaan manusia!”
