Di langit, gemuruh guntur bergema, kulihat kilat surgawi menyambar ke arahku!
Pilar Penjaga Samudera segera berpindah ke tanganku, kukumpulkan kekuatan empat penjuru ke dalamnya lalu kupukul dengan sekuat tenaga - guntur itu pun tercerai-berai!
"Dengan selapis langit memisahkan kita, aku tak percaya kau bisa menggangguku!" Teriakku ke angkasa, tapi tak ada jawaban yang datang.
"Saat Jalan Menuju Langit terbuka, itulah hari kehancuranmu!" Lama berselang, akhirnya suara bergema dari atas langit.
Setelah kejadian ini, tak ada lagi aktivitas yang terdeteksi.
"Tak kusangka kini dia sudah bisa menguasai Guntur Surgawi. Kekuatan selevel ini mungkin sudah menyamai Raja Kera di masa jayanya. Nak, bebanmu semakin berat!"
"Tak peduli seberapa kuat dia, aku pasti bisa melampauinya!"
"Baik, mari kita kembali!" Pilar Penjaga Samudera berkata padaku.
Kembali ke depan makam, baru kusadari genangan darah hitam tadi telah lenyap, bau busuk sebelumnya juga sudah tak tercium.
"Trik mata. Tak kusangka di Sembilan Lapis Langit pun dia masih bisa menggunakan ilusi visual. Bahkan aku tak bisa melihat celahnya, hampir sempurna seperti aslinya." Pilar Penjaga Samudera menghela nafas.
Kurasakan nada frustasi dalam suaranya. Semakin kuat musuh, semakin sulitlah jalan balas dendam ini.
"Lanjutkan. Saat makam terbuka, kau akan menemukan peninggalan Raja Kera."
Mendengar ini, segera kuhampiri gundukan tanah itu. Kedua tanganku kembali menggali tanpa henti. Setelah waktu yang lama, akhirnya kuburan itu terbuka sepenuhnya.
Pada saat makam itu terbongkar, cahaya emas tiba-tiba melompat keluar dari pemakaman, langsung masuk ke dalam otakku.
Aku kaget, buru-buru menutup mata, menyelami tubuhku dengan kesadaran spiritual, lalu melihat wajah asli cahaya emas tadi!
Itu adalah bayangan monyet, selain tampangnya, bagian lain tidak berbeda dengan manusia asli.
"Pendekar Hebat?" Aku mencoba memanggil, bayangan itu mengangguk perlahan.
"Waktu seperti pisau, agar kesadaran spiritual ini bisa bertahan lebih lama, aku harus memasukkannya ke tubuhmu," Wukong berbicara perlahan.
"Karena kau bisa mendapatkan warisanku, pasti sudah mendapat pengakuan dari mereka. Manusia tidak perlu diuji. Kulihat di tubuhmu ada pohon Jalan, pasti punya takdir istimewa. Sekarang dapat warisanku, mau?"
"Tentu!" Jawabku cepat!
Lalu Wukong menggerakkan jarinya, bayangan itu perlahan menghilang, berubah menjadi aliran cahaya emas yang berenang di otakku!
Kurasakan ingatan baru di otak, rumit dan misterius, berisi metode 72 perubahan, teknik mengendarai awan gantang, dan berbagai mantra sakti!
Rupanya semua ini nyata, baru saat ini aku benar-benar mendapat warisan ini, akhirnya percaya pada legenda!
"Penerusku, jangan lupa niat murnimu. Di antara Langit dan Bumi, tak ada yang bisa membelenggumu! Suatu hari jika kau bisa lawan Tian, aku bisa tenang."
“Syukur, Raja Kera!” Aku membuka mata dan membungkukkan kepala dengan keras ke arah makam di hadapanku!
Kemampuanku telah mencapai puncak, berani melawan Tian, barulah dia bisa tenang di alam baka!
Inilah sikap tenang para pemenang sejati, dia tidak menyebut dendam pribadinya, hanya memberikan harapan besar padaku agar bisa menyelesaikan bisnis yang belum tuntas!
Berani melawan Tian, tak terkalahkan di seluruh kerajaan!
"Sepertinya kau sudah bertemu dengannya."
"Hmph, sisa-sisa terakhir kesadaran Senior sudah menghilang. Mulai sekarang aku adalah penerusnya, dendam Senior pasti akan kubalas!"
"Kamu menyepi di sini saja. Sekarang semua cara yang ditinggalkan orang itu sudah kau hancurkan, percaya takkan ada yang mengganggumu lagi. Aku akan menggambar lingkaran penakluk iblis untukmu, siluman biasa takkan bisa mengganggu!" Pilar Penjaga Samudera berkata.
Setelah berkata begitu, kulihat dia menggambar di tanah, lingkaran emas langsung mengepungku di dalamnya.
Aku segera duduk bersila, mencerna ingatan yang tiba-tiba muncul di otak.
72 Transformasi, Awan Gantang, semuanya kemampuan yang dipelajari Wukong dari Bodhi. Waktu kecil baca Journey to the West, dua skill ini benar-benar luar biasa, tak kusangka sekarang bisa kupelajari!
Saat sedang mencerna ingatan ini, kurasakan Pilar Penjaga Samudera tiba-tiba pergi dari sini, tak tahu kemana tujuannya.
——Di Gunung Bunga dan Buah, angin sejuk berhembus. Sudah tak terhitung lama aku menyepi di sini, sampai tubuhku tertutup lapisan debu, seolah menyatu dengan bumi!
Akhirnya, aku berhasil mencerna seluruh ingatan ini!
Aku berdiri, mengikuti metode yang diajarkan Wukong kepadaku, mengucapkan mantra lalu berteriak: "Awan Gindou!"
Tidak ada reaksi!
"Awan Gindou!"
Masih tidak ada reaksi!
Setelah berteriak belasan kali, tak ada sesuatupun yang muncul. Semangatku mulai turun.
Padahal sudah dilakukan persis seperti ingatanku, mengapa tidak ada reaksi?
"Tak perlu teriak lagi. Awan Gindou sudah mengikuti orang itu." Tiba-tiba suara terdengar dari belakangku.
Kupalingkan kepala, ternyata Pilar Penjaga Samudera.
"Orang itu" yang dimaksudnya tentu Buddha Kemenangan Perang!
Hatiku sedikit kecewa. Awalnya ingin mencoba merasakan sensasi satu jungkir balik yang mencapai jarak terpencil, tak disangka Awan Gindou malah berkhianat!
"Jangan patah semangat. Awan Gindou cuma sebentuk awan. Bila kemampuanmu cukup, terbang bebas pun bisa. Lebih baik kuasai ilmu rahasia Sang Mahasattva lainnya! Jika bisa menguasai sepenuhnya, mungkin kau bisa mencapai tingkat Dewi Bumi kelas satu. Dengan empat kekuatan terpadu dalam tubuhmu, hampir tak ada tandinganmu di kerajaan!"
"Mudahkah? Setelah bertapa lama, baru kuasai tujuh puluh persen. Butuh latihan lebih untuk menguasai sepenuhnya!" Tiba-tiba kulihat dua sosok mendaki dari kaki gunung - Kakak dan Naga Kecil.
"Kakak!" seruku gembira.
Kakak mendekat, menepuk bahuku bangga. "Bagus, kemampuanmu semakin meningkat!"
Aku menatap kakak, tiba-tiba merasa dirinya penuh teka-teki, seolah ada aura samar yang sebelumnya tak kulihat, membuatku sama sekali tak bisa menembusnya.
"Apakah kemampuan Kakak sudah meningkat lagi?" Tanyaku dengan nada menguji. Ia hanya tersenyum tanpa berkata-kata.
"Kakakmu ternyata menyimpan Yuan Long dalam tubuhnya, hanya saja sebelumnya belum digunakan. Aku mengajarinya cara mengaktifkannya, sehingga kemampuannya naik ke tingkat lebih tinggi!" Pilar Penjaga Samudera menjelaskan.
Kakak mengangguk padaku saat itu juga.
Mendengar kemajuan kemampuan kakak, rasanya lebih membahagiakan daripada kemajuan diri sendiri. Bagaimanapun kami saudara kandung, dan ia selalu menjagaku. Tentu saja aku berharap kekuatannya semakin hebat!
Saat hendak memberi selamat, tiba-tiba terdengar suara pertarungan dari arah Lautan Tongtian.
"Siapa yang sedang bertarung dengan Si Kerbau?" Pilar Penjaga Samudera langsung mendeteksi sumber suara.
Si Kerbau adalah keturunan Raja Iblis Ox, dengan kemampuan setingkat puncak Dewa Surga.
Dengan kemampuannya, bisa membuat keributan sebesar ini - mungkinkah Li Qiu Shui dan kawanannya yang datang?
"Mari kita periksa!" Seruku.
Usai bicara, dengan refleks kuambil Pilar Penjaga Samudera dan berlari ke arah sumber suara.
Sesampainya di sana, kudapati bukan hanya keturunan Raja Iblis Ox, tapi juga Li Qiu Shui, Lima Buddha Kuno dari Buddha, serta Aotian yang sudah lama tak kulihat, plus satu Buddha lainnya!
"Aotian!" Teriakku penuh emosi sambil bergegas menghampiri mereka.
"Aku dan Kakak muncul, baru para hadirin itu berhenti bertarung!"
Li Qiu Shui memandangi kami dengan wajah dingin. Sejak topengnya hancur, aku tak pernah melihatnya memakai topeng lagi.
"Nak, bagaimana kalian bisa di sini?" Aotian menepukku sambil berkata.
Tubuh kerangkanya sudah pulih, tapi terlihat sangat lemah, seolah baru mengalami pertempuran sengit.
"Bicarakan nanti saja. Apakah ini... Xiaoyao Gu Fo?" Tanyaku mencoba-coba. Di kalangan Buddha, yang memiliki kekuatan seperti ini menurut perkiraanku hanya Xiaoyao Gu Fo.
"Amitabha, Sang Penderma muda memiliki bakat luar biasa. Pencapaianmu di masa depan tak terbatas!" Xiaoyao Gu Fo tersenyum padaku. Dari senyumannya, aku tahu tebakanku tepat.
"Pengikut Buddha dilarang masuk ke Lautan Tongtian! Ini peraturan yang dibuat sejak dulu. Apakah kalian sudah lupa?" Keturunan Raja Iblis Ox menghembuskan dua kepulan asap putih dari lubang hidungnya sambil memandang Li Qiu Shui.
"Mulai hari ini, peraturan itu dibatalkan!" Li Qiu Shui sama sekali tidak mundur.
