“Klon Buddha?” Pilar Penjaga Samudera berteriak terkejut.
“Tak disangka dia bisa memanggil klon Buddha! Kemampuan Buddha sendiri sudah luar biasa. Meski hanya klon, kekuatannya hampir menyamai Dewi Daraluo. Dengan kekuatanmu sekarang, kau belum bisa melawan. Segera pergi!”
Ini pertama kalinya kudengar suara Pilar Penjaga Samudera panik.
“Klon Buddha, tak terbatas mendekati dewa turun dari langit?”
Tatapanku mengawasi bayangan Buddha di hadapan, mata raksasanya melirik ke arahku, sekejap seperti hendak menarikku ke dalam lautan Buddha.
“Jangan lihat matanya! Ilusi Buddha bukan tempat yang mudah untuk keluar!” Pilar Penjaga Samudera segera mengingatkanku!
Aku langsung menutup mata setelah mendengarnya. Baru saja saling memandang sebentar, kesadaranku hampir terseret ke dalam ilusi. Sungguh mengerikan!
“Penerus Wukong? Masalah masa lalu sudah dimaafkan Buddha. Meski kau kumpulkan siluman kuasai Laut Tongtian, Buddha tak menghalangi. Ini bukti kebajikan kami. Sekarang kau kirim penerus ganggu ketentraman tiga dunia, apa maksudmu?” Buddha berbicara perlahan.
“Si botak! Kalau dulu kau tak menjebakku, bagaimana mungkin kerajaan seperti ini?” Suara penuh kemarahan tak tertandingi tiba-tiba terdengar dari dalam tubuhku.
Suara Sun Wukong!
Tak kusangka sisa kesadarannya masih melekat padaku!
“Hmph! Kera siluman! Buddha sudah menunjukkan kebajikan. Kau pikir sisa kesadaran remeh ini bisa bertahan sampai kini? Awalnya hendak kami beri tubuh baru untuk hidup kedua. Tapi setelah bertahun-tahun, sifat silumanmu tak juga hilang. Terpaksa kau harus dihancurkan, lenyap dari antara Langit dan Bumi!” Ucap Buddha diakhiri desah penuh penyesalan.
"Munafik, para penghuni sembilan lapis langit hanya memiliki ekspresi menyebalkan seperti kalian. Dulu Lao Sun sudah merasa langit ini tidak layak menginjak-injak kepala orang banyak, sayangnya terkena jebakan licik kalian sehingga gagak membelah langit ini. Kini penerusku telah muncul, pasti akan menghancurkan langit ini!"
Aku merasakan harapan besar Wukong yang dititipkan padaku. Meski dia tak pernah mengatakannya, tapi dia benar-benar telah menitipkan semua harapannya di pundakku.
Telapak tangan besar Buddha datang menghampiriku. Bekas telapak tangan ini persis seperti legenda Gunung Lima Jari. Dulu bahkan awan gurdi Wukong pun tak bisa kabur dari sini, sekarang bagaimana mungkin aku menghindar?
Telapak tangan yang jatuh ini seolah menyelimuti seluruh lautan penjaga samudera!
"Bertarung sampai titik darah penghabisan!" kataku pada Pilar Penjaga Samudera di tanganku.
"Baik! Buddha ini hanyalah bayangan semu. Bahkan di puncak kekuatannya pun Raja Kera tak pernah gentar. Kau penerusnya, jangan sampai mempermalukan nama besarnya!" jawab Pilar Penjaga Samudera.
Tapi tiba-tiba, cahaya emas menyembul dari tubuhku - persis sosok Wukong.
"Sudahlah, saatnya mengakhiri ini. Dulu aku jatuh di lautan penjaga samudera, sementara kau telah melampaui sembilan langit. Kini kita hanya tinggal sisa kesadaran ilahi di dunia ini. Mari kita selesaikan."
Kutatap siluet punggung keemasan itu dengan perasaanku yang tercabik.
Wukong melambaikan tangan padaku, menyuruhku pergi. Dia ingin menghadapi klon Buddha ini sendirian.
“Da Sheng!” Pilar Penjaga Samudera bergeliat di tanganku kali ini, lalu terbang ke sisi Sun Wukong.
“Bertahun-tahun telah berlalu, kau tetap menjadi senjata legendaris dengan sergapan maut yang tak pudar. Di kemudian hari, bantulah penerusku. Saat kekuatannya cukup, hancurkan langit ini!” Sun Wukong mengelus-elus Pilar Penjaga Samudera dengan lembut, seolah sedang berpamitan.
“Pergilah!” Sun Wukong melambaikan tangan, membuat pilar itu kembali ke sisiku dengan berat hati.
“Pergi! Segera! Tinggalkan tempat ini. Saat waktunya tiba, kami menantikan perlawananmu terhadap Langit Bumi!”
Pada momen ini, bekas telapak tangan raksasa telah menghantam.
Aura Sun Wukong tiba-tiba berubah total, bagaikan dewa penakluk yang siap melawan langit!
“Kau pikir trik semacam ini bisa melukaiku?”
Kulihat tubuhnya berubah menjadi sinar emas, melesat langsung ke arah bekas telapak tangan itu!
“Cepat pergi!” Pilar Penjaga Samudera berteriak padaku. Sebelum sempat bereaksi, tubuhku sudah dibopongnya dan kami segera meninggalkan tempat itu.
Dengan perasaan berat, kupalingkan kepala. Yang terlihat hanyalah siluet punggungnya yang teguh. Apakah Sun Wukong benar-benar akan meninggalkanku?
“Da Sheng, apakah dia akan mati?” tanyaku.
Hening.
Tak ada jawaban yang kudapat.
“Da Sheng, apakah dia akan mati?” Kulanjutkan pertanyaannya.
“Da Sheng hanyalah jejak pikiran. Bahkan tanpa serangan siapapun, dia tetap akan lenyap dari dunia. Bisa bertarung terakhir kali untukmu, itu sudah cukup!”
"Kurasakan nyeri di dada, meski tak banyak kontak dengannya, tapi dia adalah idolaku sejak kecil."
Di Tiongkok, berapa banyak orang yang menjadikannya idola masa kecil? Selama ini kukira dia hanya ada dalam mitos legenda, tak menyangka kini bisa melihat wujud aslinya, apalagi mendapat warisannya.
Tapi sekarang, dia malah akan pergi selamanya di hadapanku, itupun demi menyelamatkanku dengan mengorbankan sisa terakhir kesadarannya.
Pilar Penjaga Samudera membawaku menjauh. Baru sekarang kusadari situasi di sisi lain juga buruk! Meski Kakak dan dua lainnya adalah jago terbaik di Benua Tianyuan, tapi kini sama sekali tak punya kesempatan melawan!
Formasi Lima Buddha Kuno terlalu misterius! Mereka bertiga benar-benar tertekan. Gabungan lima orang ini membuktikan pepatah "Tak terkalahkan di bawah Dewi" bukan isapan jempol!
"Daun, serang formasi ini dari luar!" teriak Kakak tiba-tiba.
Kulihat sekilas lalu langsung menghantam formasi dengan tongkat.
Gelombang kekuatan dahsyat terasa. Kurasakan Pilar Penjaga Samudera di tanganku mulai terdistorsi. Detik berikutnya, kekuatan balasan datang!
Dor!
Darah muncrat dari mulutku. Kali ini akhirnya tak kutahan, tubuhku terlempar ke belakang!
Tapi seranganku berhasil. Formasi raksasa itu bergetar. Kelima Buddha Kuno dan ketiga kakakku di dalamnya semua terkena dampak formasi!
“Detik berikutnya, formasi hancur, delapan orang di dalamnya semuanya muncrat mengeluarkan darah! Serangan ini saling melukai!”
“Kakak!” Aku berlari ke arah kakak, memegangnya dan membantu berdiri. Kakak memuntahkan darah, namun di wajahnya masih terlihat aura perang yang membara!
“Pergi, cepat pergi!” Tak ada waktu untuk berpikir, aku segera berteriak pada mereka.
Kakak belum sempat paham apa yang terjadi, aku sudah menarik mereka untuk pergi!
Xiaolongnv memandang semua ini dari kejauhan. Kakak memberitahukan arah, aku segera menjemputnya lalu berlari kencang bersama!
“Apa yang terjadi, bagaimana dengan Li Qiu Shui?” Kakak bertanya di sampingku.
Kuceritakan kejadian tadi secara singkat. Kakak pun terdiam.
“Ye Zi, kau telah mendapatkan warisan Sun Wukong. Dia bisa dianggap setengah gurumu. Jangan sia-siakan harapannya!” kata Kakak padaku.
“Hmph!” Aku mengangguk, lalu terkejut melihat luka Kakak sudah pulih, “Kakak, bagaimana lukamu?”
“Tenang, luka kecil. Kakakmu punya Yuan Long, luka begini takkan mengganggunya!” Pilar Penjaga Samudera tiba-tiba bersuara.
Aotian mendekat, “Tak kusangka kau sudah mencapai penyatuan manusia dan langit. Sekarang bahkan aku bukan lawanmu lagi.”
Kakak hanya tersenyum.
Aku menatap Aotian, seluruh tubuhnya penuh luka. Tubuh yang awalnya sudah seperti kerangka, kini semakin penuh celah. Beberapa lukanya sepertinya bukan berasal dari Lautan Tongtian.
"Kemana saja kau selama ini? Bagaimana bisa muncul di sini?" tanyaku.
Aotian menunjuk ke arah Xiaoyao Gu Fo. Pada saat yang sama, sang Buddha Kuno itu pun mendekat.
"Amitabha, selama beberapa hari ini Tuan Aotian tentu saja bersama hamba yang fakir ini." Setelah berkata demikian, ia mulai menjelaskan alasan mereka bersama.
Ketika Xiaoyao Gu Fo mendengar kabar luka Nan Gong Li, ia pergi mengunjungi Puncak Wangjian. Tak disangka, Aotian mencurigainya. Keduanya baru saling mengenali identitas setelah bertarung. Xiaoyao Gu Fo mengetahui status Aotian sebagai penguasa kultivasi fisik di masa lalu.
Lalu Xiaoyao Gu Fo membongkar rahasia Lautan Tongtian. Dulu Aotian melawan Tian hingga tubuhnya hancur hanya menyisakan tumpukan tulang. Karena itu Xiaoyao merasa Aotian cocok menjadi penerus Sun Wukong, lalu mengundangnya ke laut ini untuk diuji.
Namun tak disangka, mereka justru bertemu dengan orang-orang Buddha di sini. Kedua pihak mengalami kerugian besar setelah bentrok. Untungnya kami muncul tepat pada waktunya.
“Sejak kalian sudah memutuskan datang ke sini sejak lama, kenapa baru sampai sekarang, Xiaoyao Gu Fo? Sebagai pengikut Buddha, bagaimana caramu masuk ke Lautan Tongtian? Siluman di dalam sana tidak peduli identitasmu, mereka pasti langsung menyerang begitu melihat orang Buddha!” Aku tidak hanya menatap Xiaoyao, tapi juga penerus Raja Iblis Ox.
Penerus Raja Iblis Ox juga menatapku. Mungkin karena aku mewarisi kemampuan Wukong, ekspresi hinaannya berkurang dan diganti rasa hormat.
"Dia adalah penerus Jin Chanzi," kata penerus Raja Iblis Ox.
Jin Chanzi, aku tahu itu adalah Tang Sanzang.
"Dulu leluhur Jin Chanzi sudah menemukan konspirasi Buddha. Tapi demi menyebarkan ajaran Buddha ke timur dan menyelamatkan umat manusia, dia setuju pergi ke Barat. Namun dia tidak pernah melupakan Raja Kera. Leluhur dan Raja Kera dulunya sahabat karib, tapi akhirnya satu dibunuh Buddha, satu dipaksa bereinkarnasi dan menjalani perjalanan ke Barat." Xiaoyao Gu Fo berbicara perlahan.
Ternyata begitu. Sebelum perjalanan ke Barat, Tang Seng sudah kenal Sun Wukong. Tapi saat perjalanan, Wukong sudah digantikan orang.
"Kalian masih belum jawab kenapa terlambat sampai!" Kakak bersuara. Dia selalu blak-blakan.
"Hei, Sun Zhongmou! Apa maksudmu? Jangan-jangan kau masih curiga pada kami?" Aotian kesal mulai berbicara.
“Mari kita bicara tentang fakta, jelaskanlah.” Kakak sama sekali tidak mundur!
