Setelah Melahap Lei Zun, wajah gila nya masih terus muncul di otakku.
Liu Qingci... mati?
Jika Qingci benar-benar mati, apa gunanya aku mencapai tingkat Dewa Surga, menyatukan Tianyuan, bahkan menaklukkan sembilan langit?
Dia adalah perempuanku. Aku terlalu banyak berhutang padanya. Kini aku membiarkannya mati tanpa kejelasan! Seumur hidup aku akan hidup dalam Bayang-bayang ini!
Balas dendam, aku akan membalas dendam!
Jika Qingci benar-benar tiada, aku pasti akan membalaskan kematiannya!
Siapapun lawanku - Surga Langit di sembilan lapis langit, Kuil Leiyin Agung, atau dunia Barat di Benua Tianyuan ini - semua akan kubasmi!
“Pada saat ini, dari sembilan lapis langit datang amarah yang mengguncang langit. Aku bisa merasakan aura pembunuhan di dalamnya dengan jelas! Jelas, ini adalah klon Dewa Guntur!”
Namun awan petir di langit tiba-tiba menghilang, tidak ada lagi Guntur Surgawi yang menyambar!
Pohon Jalan mengirimkan reaksi antusias. Jika ada Guntur Surgami lagi, mungkin dia bisa langsung menyerapnya.
“Qingci, jika kau benar-benar mati, aku pasti akan membalas dendam untukmu. Sekarang, mari mulai dari dunia Barat.” Kutatap ke barat. Setelah mencapai penyatuan manusia dan langit, panca inderaku jauh lebih kuat dari sebelumnya. Berdiri di sini, seolah aku bisa melihat medan perang Barat!
Pertempuran sengit bagai neraka. Kekuatan dunia Barat tak diragukan lagi. Namun Shangguan Wuji tetap tenang menangani serangan musuh, bertahan berkali-kali.
Kuperhatikan dunia Barat ternyata memiliki beberapa pejuang Dewi Bumi tambahan. Selain Dewa Surga, Dewi Bumi adalah kekuatan tempur terkuat di medan perang. Dengan banyaknya Dewi Bumi baru ini, pasukan kami jelas terdesak. Bahkan Shangguan Wuji yang ahli strategi perang hanya bisa mempertahankan diri.
Kulanjutkan satu langkah. Dengan kekuatanku sekarang, mencapai Barat hanya perlu beberapa jam.
——Di atas medan perang yang dipenuhi kobaran api, semua orang membeku saat aku muncul di langit perang.
“Auuuung!” Raungan naga menggema di seluruh medan perang. Kakak dan yang lain segera mendekatiku.
“Daun, ada apa?” Kakak bertanya padaku dengan wajah tertegun.
"Aku menatap Buddha Barat di hadapanku, merasakan darahku hampir mendidih dalam tubuh - ini adalah kemarahanku, aura pembunuhanku!"
"Liu Qingci, hilang."
"Klan Long, dibantai seluruh keluarganya!"
"Kedua anak kandungku, lenyap!"
Kucurahkan kata demi kata satu per satu, setiap kalimat yang terucap memicu keheningan sesaat di udara.
"Aarrggh!"
Beberapa teriakan bergemuruh dari medan perang di bawah, di antara pasukan itu kini terdapat anggota klan Long!
Klan Long dibantai, bagaimana mungkin mereka mengabaikan ini?
"Siapa pelakunya?" Kakak pun kehilangan ketenangannya yang biasa, wajahnya kini dipenuhi kemarahan!
Klan Long adalah keluargaku, Kakak juga keluargaku - mendengar kabar ini, wajar kemarahan menghiasi raut wajahnya!
Dunia Barat!
Kulihat wilayah Kakak bergerak ke kubu Barat, selaras dengan dugaan dalam hatiku.
Di Benua Tianyuan, musuh bebuyutanku hanyalah dunia Barat. Jika bicara tersangka, merekalah yang paling mencurigakan!
"Siapa berani menghadapiku?" Kutapaki selangkah ke depan, menantang Barat!
Gelombang energi bergulung-gulung bak guntur di siang bolong!
Dari dunia Barat, beberapa Buddha muncul - masih empat Buddha Kuno yang pernah kulihat sebelumnya, bersama Han Xue!
"Mengapa Buddha Kuno Tertawa tak nampak? Rupanya luka parahnya dalam pertarungan terakhir membuatnya dikirim untuk kurban persembahan." Kuperhatikan kelimanya, tetap tak ada jejak Buddha Kuno Tertawa!
"Justru karena seperti inilah mereka tidak bisa bekerja sama membentuk formasi. Kalau tidak, mungkin kubu Dongfang sudah ditaklukkan."
Han Xue melangkah maju, menatapku.
Aku merasakan gelombang energi dari tubuh Han Xue. Saat ini, dia sudah setara dengan Li Qiu Shui, mencapai tingkat puncak Dewa Surga!
Kini Han Xue mungkin telah menjadi Santo Penguasa Buddha yang sejati.
Tapi dulu ketika Li Qiu Shui menjadi Santo Penguasa, masih ada sisa perasaan terhadap Nan Gong Li. Saat berhadapan dengannya, hatinya masih bergejolak. Tapi Han Xue?
Han Xue berdiri di hadapanku bagai Sheng Nu yang suci tak tersentuh. Bahkan menghadapiku pun, tak ada sedikitpun gejolak di 『Hati』-nya!
Dibanding Li Qiu Shui, dia lebih cocok sebagai Santo Penguasa Buddha, tapi juga lebih membuat hati dingin!
"Ye Jihuan, Buddha Kuno Tertawa mati karena ulahmu. Karena kau, berapa banyak nyawa yang hilang di Benua Tianyuan? Berapa arwah yang terjebak di bawah tanah karena keinginan egoismu? Kau masih belum juga sadar!" Han Xue menatapku dengan perkataan khas Buddha. Tapi aku tidak merasa jijik, hanya sakit hati!
"Apakah urusan Klan Long ini perbuatan Buddha?" Kutanyakan pada Han Xue. Jika benar dia yang melakukannya, apa yang harus kulakukan?
Membunuhnya?
Kuharap Han Xue memberiku jawaban menyangkal. Tapi dia tidak.
“Long, hancur karena dirimu! Karena kebandelanmu, bukan hanya akan membahayakan dirimu sendiri dan kaum Long, tapi juga banyak orang tak berdosa yang akan mati karenamu!”
“Mati karena aku? Sejak kapan Benua Tianyuan menjadi kerajaan mutlak Buddha kalian? Yang tunduk hidup, yang melawan mati! Kalian malah menyergap wilayah Long saat perang di garis depan, membantai rakyatku termasuk para wanita, anak-anak, dan orang tua tak berdaya. Inikah cara Buddha?!”
“Katanya Buddha penuh welas asih. Tapi setelah ke dunia Barat ini, baru kusadari kekejaman kalian!” Aku menatap Han Xue. Setiap katanya menusuk jantung, hanya aura pembunuhan yang tersisa di hatiku.
“Buddha tak pernah bertindak seperti itu! Ye Jihuan, mengapa kau fitnah kami?” Han Xue melotot penuh kemarahan.
Fitnah?
Bukankah ini ulah Buddha?
Tapi penolakan Han Xue saat ini membuatku sulit percaya.
“Sudah! Tak penting lagi pelakunya. Asal kuberantas Buddha dan habisi Sembilan Lapis Langit, dendam ini pasti terbalas!” Pilar Penjaga Samudera muncul di tanganku. Buddha, saatnya punah!
“Bunuh!” Aku mengaum. Kedua pasukan kembali bertempur. Empat Buddha Kuno menyerbu ke arahku, sementara Kakak dan dua lainnya sudah berada di sampingku.
“Xue'er, dulu aku tak pernah ingin melawanmu. Tapi sekarang, kau sudah berubah!” Kekuatan Lima Elemen belum menyatu, tapi dengan kekuatanku sekarang, bahkan puncak Dewa Surga pun tak kutakuti!
“Untuk apa banyak bicara? Menghalangi misi Buddha, nasibmu hanya satu!” Han Xue berteriak dingin, tangannya perlahan terangkat ke arahku.
"Aliran energinya telah mencapai puncak, hanya selangkah lagi menuju dewa turun dari langit yang legendaris!"
Tampaknya Buddha telah mengerahkan banyak upaya untuk melatihnya. Dalam waktu singkat, Han Xue telah mencapai puncak Dewa Surga. Entah metode apa yang mereka gunakan.
"Kau bukan lawanku, minggirlah sekarang!" Aku menatap Han Xue tegas.
Namun Han Xue sama sekali tidak berniat mengalah. Ribuan lengan bayangan muncul kembali di belakangnya, membentuk wujud Avalokitesvara Bertangan Seribu!
Kekuatan Han Xue saat ini jauh melampaui saat pertarungan terakhir kami. Perbedaan antara puncak Dewa Surga dengan Dewa Surga pemula bagai langit dan bumi!
Kali ini tekadku untuk membantai Buddha telah bulat. Sekalipun yang menghadang adalah Han Xue, aku takkan ragu-ragu!
Aku memaksimalkan energi internal dalam tubuh. Diagram Taiji muncul berkilauan di depanku, dengan pola serang dan bertahan yang sempurna, tanpa sedikitpun rasa takut pada Han Xue!
"Cahaya Buddha, tebuslah!" Sinar keemasan memancar dari tubuh Han Xue, dalam sekejap membungkus seluruh area sekitar.
Tapi bagaimana mungkin sinar ini bisa menebusku? Saat membungkusku, cahaya suci menyembur dari tanganku. Aura pedang tak tertandingi dari Jalan Pedang Suci dengan mudah menghancurkan semua cahaya Buddha ini!
"Makan tongkatku!" Aku sama sekali tidak takut, tongkatku menghantam. Di belakang Han Xue, tak terhitung lengan menjulur keluar. Namun di bawah pukulan tongkatku ini, semua lengannya remuk berdarah. Meski berada di puncak Dewa Surga, tetap tidak bisa menahan pukulan tongkatku ini!
Wajah Han Xue memucat, garis darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya terus mundur. Pada momen ini, tak ada yang bisa menghalangiku!
"Xue'er, minggirlah! Jangan paksa aku!" Aku menatap Han Xue, melihat wajah pucatnya yang membuatku tak tega. Tapi jika aku berhenti sekarang, bagaimana aku bisa menghadapi Liu Qingci?
Sorot mata Han Xue dipenuhi dinginnya es. Meski sudah terluka parah, dia sama sekali tidak berniat menggeser posisinya.
"Kalau begitu, jangan salahkan aku!" Cabang pohon Jalan merambat keluar, mengikat tubuh Han Xue. Kulihat dia masih berusaha melepaskan diri. Namun pohon Jalan yang kini telah tumbuh bersamaku bukan lagi seperti dulu. Ranting-rantingnya tak lagi mudah dipatahkan. Segala upaya Han Xue sia-sia belaka!
