Ini... Api!
Di tengah kegelapan, seberkas api menyala dalam tubuhku. Ia membakar dengan liar, berusaha menghanguskan segalanya di sekeliling. Racun dalam tubuhku mulai mundur perlahan, dan perlahan kesadaranku pulih!
Api ini menerobos keluar dari tubuhku, mulai membakar lapisan jaring laba-laba yang membungkusku!
Bau amis menyengat menyeruak, disertai suara "Klik-klik"!
Akhirnya aku bisa melihat kembali pemandangan sekitar. Saat bangkit dari tanah, jaring laba-laba yang semula membungkusku sudah hangus sebagian besar!
Kulihat ke sekeliling. Laba-laba raksasa itu masih menatapku, ukuran tubuhnya tetap sama. Begitu melihatku berdiri, ia menyemburkan benang laba-laba lagi ke arahku.
Tapi kini aku bisa mengabaikan jaring-jaring ini, karena sudah menemukan musuh alaminya!
Kuraihkan tangan kanan, seberkas api muncul di genggamanku. Inilah api yang tadi menghanguskan segalanya - buah Dao elemen Api dari tubuhku!
Api menjilat-jilat jaring laba-laba itu, mulai membakar dengan liar!
Mata laba-laga raksasa itu akhirnya memancarkan ketakutan. Kulihat ia mundur dua langkah refleks, mulutnya mengeluarkan geraman keras.
Ia takut!
Sekilas kusadari keanehan situasi, tapi sama sekali tak ada keraguan dalam gerakanku!
"Api di tanganku kembali menyala, langsung menyapu laba-laba ini!"
Pusaran api menyelimutinya, dari dalam api terdengar jeritan menyayat. Kulihat bayangan hitam besar menggeliat-gelisah sebelum akhirnya berubah menjadi arang!
"Keluar sekarang!" Kukhentakkan kaki ke lantai hingga bergetar, seorang bayangan terlempar keluar!
Kulihat sosok telanjang bulat dengan kulit sehalus sutra - sama sekali tak seperti manusia!
Saat ia menoleh, wajahnya yang kulihat langsung membuatku terpana!
Tak ada mata di wajahnya, seolah terlalu lama terkurung dalam kegelapan hingga organ penglihatannya pun menghilang.
Begitu menoleh, ia langsung menerjang. Kutangkis dengan satu telapak tangan, mengakhiri nyawanya seketika!
Kemampuan setingkat dewa jelas bukan tandinganku!
Tapi penampilannya yang tanpa mata itu benar-benar menggetarkan, pertama kalinya kulihat manusia tanpa indra penglihatan - sungguh mengerikan.
Jangan-jangan makhluk ini bukan manusia?
Secara fisik mirip manusia, tapi ia berjalan dengan tangan-kaki seperti binatang - perilakunya sangat berbeda.
Tak sempat berpikir panjang. Waktu terus berjalan, aku harus menyusuri lebih dalam untuk mencari tahu nasib Liu Qingci!
Adegannya terbaring di peti mati tadi kusaksikan sendiri. Jika darah itu membanjiri tubuhnya, entah perubahan mengerikan apa yang akan terjadi!
Bagaimanapun, aku harus menemukan Liu Qingci sebelum ini dan menyelamatkannya terlebih dahulu!
Aku terus berjalan ke area yang lebih dalam, meski tidak menemui bahaya, namun angin Yin itu tetap tidak lenyap. Aku sudah tahu ini bukan hawa dingin dari makhluk jahat, kemungkinan besar tempat ini sendiri adalah wilayah Yin ekstrem!
Masuk akal juga, tempat yang bisa merawat tokoh seperti Mingwang, mana mungkin merupakan lokasi yang tenang dan damai?
Seiring dengan langkahku yang semakin dalam, kurasakan sekeliling seolah pernah dihuni manusia. Di tanah terdapat jejak kaki kabur, juga beberapa kerangka manusia dengan bekas gigitan yang mirip jejak gigi manusia!
Tapi tulang-tulang ini... sepertinya juga milik manusia.
Jika benar demikian, bukankah ini dunia kanibal? Kubayangkan sosok yang kuhabisi tadi, apakah semua penghuni sini seperti itu?
Semakin kupikirkan, jantungku semakin gemetar. Jika memang demikian, pantas saja tempat ini dipenuhi aura kejahatan!
Tiba-tiba, kurasakan diri memasuki wilayah suku primitif. Hampir tak ada cahaya, tapi tetap bisa kulihat tenda-tenda dan banyak sekali... manusia!
Saat aku masuk, mereka semua menoleh sambil mengucapkan kata-kata asing yang tak kupahami.
Aku diam di tempat, menahan napas, mengurangi pancaran energi, berusaha keras tidak membuat suara sedikitpun.
Di antara orang-orang ini, aku justru merasakan beberapa aliran energi yang kuat. Di antara mereka, ada Dewa Surga!
Namun saat ini, kemampuan kultivasiku sudah mencapai tingkat penyatuan manusia dan langit. Selama aku berdiri di sini, aku bisa menyatu dengan Langit Bumi. Dewa Surga biasa pun tidak bisa merasakan kehadiranku.
Beberapa "manusia" sepertinya masih curiga dengan keberadaanku di sini. Mereka mulai berjalan mendekatiku.
Aku ingin menyelidiki asal-usul sebenarnya dari orang-orang ini. Jika terjadi konflik saat ini, selain tidak bisa mengamati mereka, juga akan menimbulkan masalah yang tidak perlu!
Seorang "manusia" mendekatiku. Wajah tanpa matanya mendekat hingga hanya setengah meter dariku. Jantungku serasa ingin melompat keluar tenggorokan. Dia mengamati sekeliling tubuhku, mengendus-endus, baru setelah lama memeriksa, berpaling dan berbicara sesuatu dengan bahasa asing kepada temannya. Setelah itu mereka kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Baru setelah dia berbalik pergi, aku bisa menarik napas lega. Saat ini mataku terus mengamati gerak-gerik orang-orang di sini.
Sebagian sedang membangun tempat tinggal, beberapa berkumpul mengobrol, ada juga sepasang pria-wanita yang berpelukan, persis seperti manusia di Bumi.
Hanya saja wajah mereka... sungguh membuat hati berguncang!
"Dor!"
Tiba-tiba, dentang lonceng bergema. Begitu suara itu terdengar, semua "manusia" membekukan gerakan. Aku mengamati mereka sambil mencari sumber suara itu. Sayangnya, tidak berhasil kutemukan!
"Orang-orang" ini berkumpul bersama, suara geram menggeram keluar dari mulut mereka, seakan saling memperingatkan sesuatu.
Kemudian semua wajah menghadap ke satu orang, menerjang ke arahnya.
Orang itu mulai melawan dengan liar, tapi kedua tinju sulit melawan empat tangan. Kulihat tubuhnya terkoyak hidup-hidup, lalu dimangsa!
Inilah pemandangan paling mengerikan yang pernah kusaksikan - memakan manusia hidup mentah-mentah! Bahkan aku yang sudah melihat banyak adegan berdarah pun merasa ingin muntah saat ini!
Aku tak tahu mengapa makhluk-makhluk ini bisa ada di sini, tapi kini aku mengerti cara bertahan hidup mereka: memangsa sesamanya!
Tampaknya di sini tidak ada makhluk hidup lain selain mereka, kecuali laba-laba beracun di luar!
Kurasakan setelah "orang-orang" ini selesai makan, mereka malah menjadi bersemangat. Melihat wajah mereka yang berlumuran darah dan bersorak gembira, suhu sekitar terasa semakin dingin!
Apakah ini hanya ilusiku?
Tidak! Pasti benar begitu!
Persepsiku tak mungkin salah. Aura kejahatan di sekeliling memang bertambah satu tingkat. Tiba-tiba aku tersadar, akhirnya mengerti tujuan Mingwang!
Baik arwah penuh dendam dari lautan darah, maupun ras kanibal di jurang dalam ini - tujuan mereka hanya satu: memperkuat aura jahat ini!
Hanya energi spiritual jahat inilah yang bisa membantu Mingwang bangkit kembali!
"Untuk itu, dia tidak segan menciptakan suku kanibal di sini, membuat mereka berinteraksi layaknya saudara dan teman sehari-hari, lalu setiap kali dentang lonceng berbunyi, sifat buas mereka akan muncul dan ingin memakan tubuh teman sendiri!"
"Tidak tahu malu!" Aku hampir tak tahan memfitnah!
Tak disangka, suaraku ini justru menarik perhatian gerombolan "manusia" tersebut.
Saat mereka serentak menoleh ke arahku, aku langsung terkejut bukan karena kekuatan mereka, melainkan wajah mereka yang licin tak wajar dengan bekas darah di atasnya—sungguh mengerikan!
Aura Dewa Surga yang kurasakan sebelumnya kini mengunciku dalam penglihatan mereka!
"Pergi sana!" Melihat momentum buruk, segera kuhambur ke depan!
Baru bergerak, bayangan-bayangan ini mendekat. Dengan Pilar Penjaga Samudera di tangan, kutuangkan Kekuatan Empat Unsur ke dalamnya—satu gebukan melayangkan tiga orang di depanku!
Meski terkepung lautan manusia, aku bagai menerobos wilayah tak bertuan. Lagipula, kesenjangan kekuatan tak bisa ditutupi dengan jumlah semata!
Tapi saat itulah kekhawatiran terbesarku terwujud: para Dewa Surga akhirnya bertindak!
Tiga Dewa Surga muncul dari kegelapan. Kehadiran mereka membuat gerombolan "manusia" ini mundur teratur dengan penuh hormat.
Bentuk ketiga Dewa Surga ini tak berbeda dengan manusia biasa.
"Tampaknya kalianlah penjaga suku ini yang membantu Mingwang."
