Dewa Guntur ketakutan!
Hanya saja pada titik ini, aku sudah tidak bisa membiarkannya hidup!
“Mati!” Dengan satu pikiran, pohon Jalan segera mulai melahap daging dan darah di tubuh Guntur Zun dengan gila-gilaan!
“Aah! Ye Jihuan, kamu tidak boleh membunuhku, tidak boleh!” Guntur Zun mulai berjuang mati-matian!
Aku bisa merasakan dengan jelas gelombang kemarahan yang datang dari sembilan lapis langit, tetapi kemarahan ini hanya melayang-layang lama, akhirnya tidak ada yang muncul.
Aura yang mampu bersaing dengan wibawa naga dalam tubuhku, pastilah salah satu dari Empat Kuda Mitos! Ternyata dugaanku benar, Empat Kuda Mitos bukanlah kesatuan yang solid. Qing Long jatuh di masa lalu, pasti ada permainan tangan dari para dewa di sembilan lapis langit!
“Ye Jihuan, kau benar-benar mewarisi gaya Qing Long. Tapi semakin kau seperti ini, semakin tidak boleh kami biarkan hidup. Saat penghalang tiga dunia benar-benar lenyap, kau pasti mati!” Suara itu menggema dari langit kesembilan.
Aku sama sekali tidak menghiraukannya.
Sekalipun telah menyatukan lima prasasti langit, membuka Jalan Menuju Langit bukanlah hal yang bisa diselesaikan dalam sehari. Batas antar tiga dunia perlahan menghilang, tapi para penguasa sejati masih belum bisa menyeberangi dunia. Jika tidak, yang datang menghalangiku tadi bukan cuma sebuah telapak tangan!
Jika para penguasa itu tak bisa turun, aku justru bisa! Bagaimanapun juga kemampuan Guntur Zun setara denganku. Jika dia bisa datang ke Benua Tianyuan, mengapa aku tidak bisa kembali ke Bumi?
Setelah melahap tubuh Guntur Zun, pohon Jalan masih terasa gembira luar biasa. Lima buah Dao membesar sedikit, memancarkan kekuatan petir yang menggetarkan dari atas ke bawah!
——Aku mengisi kedua tangan dengan kekuatan lima elemen, merobek ruang di hadapanku dengan gila!
Kembali ke Bumi!
Bagaimanapun, aku harus pulang! Thunder Sovereign bisa merobek ruang dan datang ke sisiku, mengapa aku tidak bisa merobek ruang untuk kembali?
Akhirnya sebuah retakan ruang terkoyak di hadapanku, aku melihat jalan kembali ke Bumi!
Akhirnya, bisakah aku pulang?
Sejak tiba di Benua Tianyuan beberapa tahun lalu, aku selalu merindukan rumah, tapi tak pernah bisa kembali!
Kakak terakhir pulang bilang Bumi sudah berubah drastis, tak tahu bagaimana keadaannya sekarang!
Kutatap retakan ruang itu, akhirnya kulewati dengan langkah tegas!
——Gelombang kekuatan ruang dahsyat menerjangku, pemandangan di sekelilingku berubah menjadi bentuk yang pernah kukenal, akhirnya kembali di hadapanku!
Pemandangan metropolitan muncul lagi di mataku, sepertini ini Kota Kekaisaran.
Tampaknya perpindahan ruang ini acak, tiba-tiba saja aku muncul di jalanan Kota Kekaisaran. Orang-orang sekitar terpaku menatapku selama dua detik, lalu tiba-tiba berteriak dan berlarian!
"Ah, mereka mengiraku yokai?" Aku menghela napas melihat kerumunan itu, lalu melangkah ke arah Fudigou. Dengan Gaya Menghindar sekarang, kembali ke Fudigou hanya sekejap!
Saat melayang di udara, kusadari situasi di Bumi memang lebih kompleks. Dari ketinggian, kulihat aura-aura iblis beterbangan di bawah!
"Aura iblis berkeliaran, mengganas di dunia manusia! Sepertinya kekacauan di tiga dunia benar-benar akan dimulai!"
Sebenarnya di Bumi memang sudah ada banyak siluman, hanya saja biasanya mereka tidak mau muncul, menjauhi tempat tinggal manusia. Kini mungkin karena melihat kerajaan sedang kacau balau, makhluk-makhluk itu satu per satu mulai menampakkan diri!
Aku kembali ke Fudigou, namun menemukan aura iblis di sini bahkan lebih kuat daripada di luar!
"Keluar!" Aku mencurigai ada siluman mengintip dari sudut ruangan. Setelah aku mengaum keras, tubuhnya gemetar dua kali sebelum akhirnya kucengkeram di tangan!
Seekor rubah kuning!
"Kenapa? Dulu di sini sudah kuhukum kalian para monster terkutuk, sekarang masih berani berkeliaran? Coba jelaskan, apa sebenarnya yang terjadi di Fudigou ini?" Dulu aku masih takut pada siluman seperti ini, tapi sekarang mereka bahkan belum mencapai tingkat manusia, apa bisa melawan di hadapanku?
"D-Dewi, kasihanilah nyawa hamba! Kasihanilah!" Suara melengking keluar dari mulut rubah kuning itu.
Aku mengangguk.
Rubah kuning itu melanjutkan: "Sebenarnya Fudigou menyimpan banyak rahasia. Beberapa tahun lalu, entah karena alasan apa, terjadi perubahan besar di sini. Sejak itu tempat ini seperti jadi zona terlarang! Baru-baru ini, semua merasakan Langit Bumi mulai kacau, jadi banyak siluman berkumpul di sini ingin menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi."
"Apakah tak terhitung siluman berkumpul di Fudigou untuk mencari rahasia tempat ini? Tapi bagi Fudigou, semua rahasia seharusnya telah lenyap seiring kepergian kami. Apakah ini kesalahpahaman dunia luar, atau masih ada sesuatu yang belum kudeteksi di sini?"
Aku kembali ke rumah!
Setelah kami pergi dulu, hanya tersisa ayah dan ibuku di rumah. Terpikir juga betapa menyedihkannya, di usiaku yang dua puluh tiga tahun baru bertemu ayahku sekali, lalu berpisah lagi sekian lama, hingga kini baru bisa pulang.
Masuk ke pelataran yang kukenal itu, tak sabar kuteriakkan: "Papa, Ma!"
Kuberdiri di pelataran selama dua menit, tetap tak ada yang keluar. Padahal kurasakan jelas ada dua bayangan manusia di sana.
Saat kuputuskan untuk memanggil lagi, akhirnya pintu ruangan terdorong. Kulihat ibuku keluar dari dalam.
Baru beberapa tahun pergi, ibuku tampak seperti menua dua puluh tahun. Seluruh penampilannya berubah. Saat melihatnya, air mata tumpah deras dari lubang mataku!
"Ma!" Teriakku refleks lalu langsung menerjang ke pelukannya. Berapapun tingkat kemampuan yang kucapai sekarang, dia tetaplah ibuku.
Segala kesulitan di luar tumpah menjadi emosi. Hanya dalam pelukannya aku bisa meluapkan segalanya!
Tak kusangka sendiri, saat ini aku justru menangis seperti anak kecil!
Setelah menangis dan meluapkan emosi, barulah bisa kuhadapi kenyataan!
"Ibuku memeluk kepalaku, mulutnya terus bergumam 'Pulang sudah baik, pulang sudah baik!'"
Di saat yang sama, tiba-tiba terdengar suara sepakan pintu, pintu kamar rumah kami langsung disepak dari luar, sekelompok orang masuk dengan gagahnya.
Aku berdiri, menatap ke arah orang-orang di belakang ini. Di tubuh mereka terpancar aura iblis samar-samar, jelas-jelas kedatangan mereka tidak membawa niat baik!
"Gimana? Masih belum memikirkan syarat kami? Siapa orang ini? Jangan-jangan ini juga putra kalian?" Seorang pemimpin maju ke depan, berbicara pada ibuku sambil menghadapkan jarinya ke arahku.
"Ma, ini sebenarnya terjadi apa?" tanyaku.
Sorot mata ibu dipenuhi kepasrahan, dua tetes air mata sudah muncul di wajahnya. "Daun, kau patuhlah, urusan di sini biar ibu yang mengurus!" Tiba-tiba ibu berkata padaku.
Dari penampilannya, terlihat sangat tegang!
"Bersembunyi? Apa gunanya bersembunyi? Kau pikir setiap kali bisa seberuntung ini? Setiap kali bisa ada putramu kembali menyelamatkanmu? Jangan bodoh, cepat serahkan yang kami minta! Kalau tidak, kau akan jadi sampah masyarakat seperti suamimu yang tak berguna itu!" Pemimpin itu terus berseru.
Suami sampah?
Sampah masyarakat?
Dalam hatiku tiba-tiba muncul ancaman pembunuhan, ini yang sebenarnya terjadi?
"Ma, sebenarnya ada apa?" Aku terus bertanya.
“Ma？Aduh, kau benar-benar putranya! Baiklah, mari kita lihat apakah semua anggota keluarga Ye sehebat ini!” ujar pemimpin kelompok. Ia melambaikan tangan, dan segera banyak orang mengepungku.
“Pergi sana?” Aku melepaskan aliran energi yang menyapu seluruh ruangan. Para pengepung itu terlempar ke belakang akibat getarannya!
Pemimpin itu tercengang melihat kejadian ini!
“Apa, kau berani menyerangku?” Sambil berkata demikian, aku menjulurkan cabang pohon Jalan yang langsung mengikat orang ini dalam sekejap!
“Apa maumu, cepat bicara!” Ancamku.
Saat dahan pohon Jalan menusuk tubuhnya, wajahnya berubah pucat dan ia mulai berteriak histeris.
“Salah paham! Pahlawan, ampunilah nyawaku!” Teriaknya terus-menerus. Meski begitu, aku tak berniat melepaskannya!
Kondisi ibuku yang seperti sekarang, kemungkinan besar akibat ulah gerombolan ini. Hanya saja aku belum tahu detail peristiwa yang sebenarnya terjadi!
“Daun, kamu...” Ibu memandangku dengan takjub.
“Tenang saja, Ma. Sekarang aku sudah pulang, semuanya akan baik-baik saja. Bagaimana dengan Ayah? Kenapa tidak keluar saat terjadi masalah?” Kuku selidiki lagi aliran energi di rumah ini, dan menyadari energinya sangat lemah!
Jangan-jangan Ayah terluka?
Aku langsung menangkap orang yang memimpin mereka, "Bilang, sebenarnya apa situasinya, kalau tidak kubunuh kau!" Ancaman paling sederhana ini langsung membuatnya bengong ketakutan!
"Daun, awalnya setelah kalian pergi, rumah masih tenang. Aku dan ayahmu hidup nyaman di Fudigou. Tapi setahun lalu, tiba-tiba rombongan ini datang mengancam, memaksa kami menyerahkan cincin Kakekmu sang Pemimpin Jalan Hantu. Mana mungkin kami punya barang itu!"
"Sekali dua kali gagal, akhirnya mereka langsung bertindak. Ayahmu geram melawan, sampai terluka dipukuli. Sekarang masih terbaring di kamar!"
"Beberapa bulan lalu mereka kembali. Untungnya waktu itu Kakakmu pulang dan mengusir mereka. Kalau bukan karena Kakakmu, mungkin kami sudah tewas!" Ibu menuding rombongan itu. Pertama kalinya kulihat ibu marah sehebat ini.
Saat Paman Pilar meninggal dulu, ibu hanya sedih. Tidak pernah kulihat dia marah seperti sekarang.
"Kalian... mencari mati!" Kukunci mereka dengan Pohon Jalan, lalu melangkah pergi dari tempat ini.
Aku tak ingin membunuh di depan ibu. Tapi untuk diriku sekarang, apa artinya membunuh?
Di Dua Belas Gua Hantu, kulempar mereka masuk. Nasib selanjutnya terserah pencapaian latihan mereka.
Setelah mengurus mereka, aku kembali ke rumah. Ibu mempersilakanku masuk, baru kulihat kondisi ayah.
