Wocao... Si mak comblang tua ternyata tidak bohong, hantu perempuan ini beneran kaya gini... Xu Qi'an merasa bulu kuduknya berdiri.
Tapi ia tidak takut. Rasa merinding itu hanyalah reaksi alami mantan orang biasa yang pertama kali melihat hantu secara langsung.
Lagipula dia tipe orang yang habis nonton film horor sampai takut ke toilet, kalau kepepet terpaksa pakai botol minuman Pocock untuk buang air.
"Hantu perempuan berbaju putih memandangi mereka sejenak dengan bingung, seolah menyadari ancaman. Sudut mulutnya terkoyak hingga ke pangkal telinga, darah hitam mengalir deras. Dengan geram tanpa suara, ia menerjang ke arah keduanya."
"Di dasar sumur yang gelap gulita, energi Yin meningkat berkali-kali lipat. Stimulasi ini membuat kulit Xu Qi'an merinding bergelombang."
"Aku tidak bisa melawan arwah penasaran... Tebas saja langsung dengan pedang..." Xu Qi'an menggenggam gagang goloknya, berencana mendahului Chu Caiwei. Tapi gadis berbaju kuning itu menekan tangannya, menghentikan gerakannya.
"Jari-jarinya membentuk mudra. Ikan Taiji di tengah alat geomansi mulai berputar. Xu Qi'an melihat karakter 'Gui' dari Sepuluh Batang Langit berpendar terang."
"Sinar hitam kehijauan melesat dari alat geomansi, membungkus hantu perempuan itu dan menyedotnya ke dalam alat tersebut."
"Chu Caiwei menarik kembali alat geomansi, menggenggamnya erat. Ia menoleh ke Xu Qi'an dengan senyum memikat, lalu menunjuk ke dasar sumur sambil menggerakkan pinggangnya dan berenang ke arah sana."
"Setelah menginvestigasi dasar sumur beberapa saat, mereka tidak menemukan apa-apa."
"Braak...! Xu Qi'an menyembul ke permukaan air. Tanpa pijakan di dasar, ia memanjat dinding sumur dengan kedua tangan sambil menengok ke belakang:"
"'Pegang kakiku.'"
"Chu Caiwei mengangguk patuh, merangkul kedua kaki Xu Qi'an agar bisa dibawa naik bersama."
"Xu Qi'an merasakan getaran tertentu."
"'Kau bilang apa?' Chu Caiwei tidak menangkap ucapannya."
“Tidak ada apa-apa, panjat lagi sedikit. Celanaku hampir kau tarik jatuh. Di atasku masih ada pegangan, cukup untuk kau berpegangan.”
Chu Caiwei mencari-cari terus tapi tak menemui "pegangan" yang disebut Xu Qi'an.
Keluar dari dasar sumur, Xu Qi'an mengalirkan Qi untuk mengeringkan air sumur yang membasahi. Sementara Chu Caiwei membuat gerakan tangan khas, memanggil nyala api oranye dari alat geomansi-nya, mengelilingi tubuh beberapa putaran. Uap air mengepul tapi tak merusak pakaian.
Setelah tubuhnya kembali sejuk, Chu Caiwei berkata: "Ini cuma arwah dendam biasa."
Arwah dendam biasa? Lalu bagaimana bisa bertahan selama ini... Xu Qi'an mengerutkan kening. Agen properti tua pernah bilang, fenomena hantu ini sudah berlangsung lebih dari dua tahun.
Chu Caiwei melanjutkan penjelasan: "Dasar sumur terhubung dengan aliran bawah tanah. Dendam di sumur berasal dari sana. Aku menduga ada yinmai di bawah tanah."
Xu Qi'an menduga yinmai adalah istilah geomansi, lalu mengangguk paham: "Jadi ritual pemurnianmu tak berfungsi, upacara para Master sebelumnya juga gagal karena mereka bukan ahli sihir."
Chu Caiwei mengangguk bangga, menunjukkan statusnya sebagai ahli sihir: "Rumah ini harus ditinggalkan. Yinmai di bawah tanah membuat fengshui-nya buruk. Tinggal lama akan mendatangkan kesialan."
"Kenapa tidak mau, rumah tua ini harganya sangat murah." Xu Qi'an memandangnya dengan heran: "Kau kira aku minta bantuanmu hanya untuk melihat? Kau harus memperbaiki fengshui-nya."
"Itu terlalu melelahkan..." Chu Caiwei mengerutkan wajah kecilnya, padahal belajar alkimia setiap hari sudah cukup berat, "Kalau begitu kau harus..."
"Harus tambah jatah makan, aku paham." Kata Xu Qi'an.
Baru masuk akal... Ia mencibir, melompat kembali ke atap rumah lalu berteriak ke bawah: "Bantu aku naik ke langit."
Mau berdampingan dengan bulan kali ya... Oh, hari ini tidak ada bulan, ya sudah! Dalam hati Xu Qi'an menggerutu, melompat ke atap lalu menyatukan kedua tangan membentuk "bangku kecil".
Chu Caiwei melompat, ujung sepatunya menjejak telapak tangan sang prajurit. Dengan memanfaatkan kekuatan fisik yang mengerikan, tubuh ringannya melesat bagai anak panah ke langit malam.
Selama proses ini, ia menggunakan kemampuan ilahi alat geomansi untuk memanggil hembusan angin yang menopang tubuhnya, memperlambat jatuh.
Mata bercahaya birunya menyala, Chu Caiwei memandang seluruh area rumah dari ketinggian lalu memutar kepala untuk mengamati fengshui sekitar rumah dan wilayah sekitarnya.
Chu Caiwei melayang turun seperti daun kering sambil berkerut: "Aneh, fengshui daerah ini bagus, seharusnya tidak membentuk aliran Yin..."
Jangan-jangan kemampuanmu yang kurang... Xu Qi'an menahan gerutuan, bertanya: "Bagaimana kalau kau periksa lagi? Atau pulang ke Sitianjian minta bantuan senior seperguruan?"
“Tidak perlu serumit itu,” Chu Caiwei mengibaskan tangan: “Kita langsung komunikasi arwah wanita ini, berempati dengannya, lihat bagaimana dia mati. Kalau tidak ada petunjuk, baru aku minta bantuan senior-sepuh.”
“Cepetan dong, aku besok ada urusan.” Xu Qi'an berkata.
Besok harus ke kantor pemerintah mencari Wei Yuan. Kalau Ayah mau menanggung tekanan dari atas, semua akan baik. Kalau Ayah tidak peduli, dia harus sembunyi dulu, cari kesempatan atasi dampak pengkhianatan mata-mata.
Rumah inilah yang dijadikan Xu Qi'an sebagai markas sementara.
Tempat ini angker, biasanya orang menjauh, bukan kawasan elite pejabat, agak jauh dari jalan utama, bukan area prioritas patroli pasukan penjaga atau Penjaga Malam.
Chu Caiwei berkata: “Aura yin arwah wanita terlalu kuat. Berempati dengannya berisiko terpapar energi yin, tidak baik untuk tubuh perempuan. Kau yang harus lakukan, energi vital petarungmu kuat, tidak akan ada efek samping.”
“Baik!”
Chu Caiwei melepas alat geomansi, bibirnya komat-kamit. Ikan Taiji berputar perlahan, segumpal kabut hitam tipis terpental keluar, melayang 3 inci di atas permukaan alat.
Kabut hitam bergerak liar tapi tak bisa kabur. Setiap kali mencoba, terpental kembali ke atas ikan Taiji oleh dinding cahaya.
Chu Caiwei menjentikkan jari: “Pergi!”
Kabut hitam melesat masuk ke pelipis Xu Qi'an.
Xu Qi'an merasakan dingin menyelimuti seluruh tubuhnya, sepercik kedinginan merambat dari tulang punggung, kemudian menangkap getaran pikiran penuh dendam, kegilaan, dan Kongju.
Gelombang pikiran ini menerjang jiwa-nya dengan ganas, berusaha menguasai tubuh. Tiba-tiba, hantu perempuan itu seperti merasakan sesuatu, menjadi sangat tenang... tidak, lebih seperti gemetar ketakutan.
Ini membuat Xu Qi'an mengurungkan niatnya untuk menekan arwah penuh dendam itu, mulai fokus merasakan kesadaran sang hantu.
Jangan-jangan dia mendeteksi keberadaan Biksu Shenshu... Padahal sang biksu sedang tidur panjang. Kalau tidak, mungkin arwah ini sudah dimusnahkan...
Pikirannya membungkus arwah dendam itu, keduanya mulai berempati. Seketika, rangkaian gambaran asing bermunculan bagai tayangan film.
Perempuan ini dulunya putri keluarga kaya di Kabupaten Taikang. Karena kecantikannya, pelamar berduyun membanjiri ambang rumahnya. Dalam garis hidup normal, dia akan menikah dengan keluarga baik dan hidup tenang.
Tapi suatu perjalanan mengubah segalanya. Di sebuah gang sepi, pedagang manusia menculiknya paksa. Dia dibawa ke rumah besar di ibukota.
Di dalam rumah itu tinggal banyak perempuan dengan nasib serupa.
Mereka melakukan rutinitas yang sama: setiap malam menemani tamu-tamu yang datang silih berganti, melayani nafsu mereka.
Para tamu saling menyebut "Yang Mulia", jelas pejabat tinggi. Para pejabat yang melepas jubah kebesaran ini lebih beringas dari bangsat, memperkosa perempuan-perempuan itu sesuka hati.
“Hantu wanita ini pernah melayani banyak orang penting. Hatinya dipenuhi penderitaan dan dendam, namun takut akan kematian, terpaksa menahan malu dan beban.
Beberapa tahun berlalu demikian, hingga suatu hari ia diperhatikan oleh seorang tamu dan menjadi selir eksklusif tamu tersebut, kondisi hidupnya pun membaik.
Tamu itu bernama Tamuraha, seorang pria berpostur sedang, kekar, bermuka bulat dengan kelopak mata tunggal.
Penyebab kematiannya adalah ketika ia tak sengaja mendengar percakapan Ramuraha dengan seorang tokoh penting.
Dalam percakapan itu disebutkan kata-kata seperti "Yunzhou", "meriam", "alat" dan sejenisnya.
Di pekarangan belakang rumah besar terdapat sumur Hua Sheng, tempat banyak wanita yang bunuh diri atau tewas akibat penganiayaan tamu dikuburkan. Jenazah wanita yang dibunuh juga dibuang ke sumur itu.
Setelah mati, ia berubah menjadi hantu dendam namun terperangkap dalam sumur. Kebetulan mengikuti aliran bawah tanah sumur hingga tiba di sini.
Ia bertahan hingga kini dengan memanfaatkan dendam yang merembes dari aliran bawah tanah, sehingga pikirannya tidak musnah.
Dalam serpihan ingatan ini, Xu Qi'an melihat banyak wajah familiar, terutama pada momen sebelum kematian wanita itu. Melalui perspektifnya, ia menyaksikan tokoh penting yang berbicara dengan Tamuraha.
Menteri Pekerjaan Umum dari Faksi Qi!
"Huu..." Xu Qi'an membuka mata, menghembuskan rasa sesak di dada.
Empati semacam ini benar-benar pekerjaan yang tidak manusiawi.
Sekaligus terpengaruh oleh emosi dendam, penderitaan, dan keputusasaan hantu wanita itu.
Untungnya setiap hari dia tetap melakukan meditasi visualisasi, mengasah jiwa, kehendak telah meningkat pesat. Jika orang biasa, mungkin sudah depresi atau skizofrenia.
"Sepertinya ada temuan tak terduga..." Chu Caiwei menatapnya. Saat berempati, dia melihat ekspresi Xu Qi'an berubah-ubah: terkadang mengerikan, menderita, penuh amarah.
Emosi-emosi ini jelas bukan miliknya, melainkan berasal dari wanita itu. Tapi pengalaman apa yang membuat seorang wanita menyimpan begitu banyak aura negatif?
Chu Caiwei menekan ujung jari di pelipis Xu Qi'an, menarik keluar hantu wanita, lalu menyegelnya kembali ke dalam alat geomansi.
Tammaha itu tidak seperti orang Dataran Tengah... Ciri ras Barat adalah hidung mancung, soket mata dalam. Suku Nanjiang bermata biru. Orang utara berkulit gelap dengan garis keturunan hewan mistis, penampilan agak bukan manusia biasa... Tammaha lebih mirip ciri ras daerah kekuasaan Sekte Wu Shen.
Tapi bagaimana Sekte Wu Shen bisa terkait dengan Yunzhou? Yunzhou terletak di tenggara Kekaisaran Feng. Meski hanya sepenggal info, sepertinya Kementerian Pekerjaan Umum terus memasok peralatan canggih ke Sekte Wu Shen atau Yunzhou.
"Ini sudah menyangkut pengkhianatan negara, aku harus segera melapor ke Wei Yuan..." Pikirnya. Xu Qi'an lalu menceritakan secara singkat semua hal kepada Chu Caiwei.
Chu Caiwei，，“Seumur hidup menderita siksaan, setelah mati dendam tak terlampiaskan, belum tentu menjadi hantu jahat. Tapi jika kuantitasnya menumpuk, dendam itu akan menyelimuti langit. Kalau ada tempat seperti itu di Kota Dalam, pasti sudah ditemukan Penjaga Malam sejak lama.”
"Hal ini kita bicarakan nanti... Oh ya, kembalikan cermin itu padaku." kata Xu Qi'an.
Sekarang dia akan berjasa, tak perlu takut dengan tuduhan "penyuapan". Cermin itu juga tak perlu disimpan oleh Chu Caiwei.
Bercanda! Di dalamnya ada lebih dari 900 liang emas.
……
Xu Qi'an mengajak Chu Caiwei menuju kantor Penjaga Malam. Di jalan mereka bertemu empat gembrekan tembaga yang sedang berjaga, dihentikan untuk interogasi.
"Ini aku." Xu Qi'an memperlihatkan lencana pinggangnya.
"Yang Mulia Xu?"
Meski setingkat, tapi sebagai anak kesayangan Wei Yuan, para gembrekan tembaga tak berani menyepelekan.
"Kenapa Tuan masih berkeliaran di luar? Hari ini Kementerian Hukuman dan Pengadilan Agung mengerahkan pasukan besar menyerbu kantor kita, menangkap banyak rekan sejawat." Seorang gembrekan tembaga berkata:
"Konon daftarnya termasuk Tuan juga. Tapi karena Tuan tidak ada di kantor, lolos dari bencana. Apa rumah Tuan sudah tidak bisa kembali..."
Maksudnya jelas: Jangan-jangan Tuan mau kabur?
"Siapa saja yang ditangkap?"
Setelah ditanya, ternyata empat Gong Emas yang ditahan termasuk Jiang Lüzhong. Sedangkan dari gong perak, ada Li Yuchun, Min Shan dan Yang Feng - tiga bawahan langsungnya selama kasus Pelanggaran Suci di Danau Sangpo.
"Jiang Jin sebagai pejabat sebenarnya cukup jujur, meski ada korupsi juga hanya kecil-kecilan, kok bisa ditangkap... Mungkin karena dekat denganku, jadi target balas dendam Zhu... Chun Ge benar-benar sial, uang korupsi belum didapat, malah masuk penjara dulu..."
Ternyata benar, balas dendam pribadi Zhu memang punya target spesifik, khusus mengincar orang-orang dekat Xu Qi'an. Sekaligus melemahkan Penjaga Malam dan membalas musuh.
"Tuan Wei pasti akan menyelamatkan mereka. Bangsat-bangsat berjubah ini, pikir kami mudah ditindas?"
"Eh, jangan bilang begitu. Sebenarnya selama ini kita semua juga tidak bersih..."
"Hush! Gong Perak Li kan bersih, tetap saja ditahan."
Tiga petugas tembaga itu mengamuk tak berdaya, meluapkan kekesalan di depan Xu Qi'an.
"Konon ini perintah langsung Yang Mulia. Tuan Wei juga pasti kesulitan. Bagaimana ini? Suasana di kantor hari ini sangat mencekam dan senyap."
Xu Qi'an menghibur: "Pasti ada cara."
Tiga petugas tembaga menggelengkan kepala pesimis, menghela napas lalu pergi patroli.
……
Xu Qi'an langsung kembali ke kantor, menuju Haolou. Di bawah gedung, dia dihadang penjaga.
"Tuan Wei sudah istirahat. Tidak menerima siapa pun setelah gelap, itu aturan." Penjaga mengenal Xu Qi'an, tapi tetap menolak.
"Ada urusan genting. Segera beritahu!" suara Xu Qi'an berat.
"Tuan Xu datanglah besok pagi." Penjaga bersikap keras.
