“Xu Qi'an berdiri di menara observasi, tangan menekan pagar pembatas, mata menyipit mengamati pria di arena pertarungan.”
“Dia yakin betul, tak mengenal orang yang menantang ini, apalagi musuh level Kulit Tembaga-Tulang Besi.”
“Musuh tak mungkin muncul tanpa alasan, hanya saja aku lupa...” Xu Qi'an mengusap rahangnya, merenungkan daftar musuh potensial.
“Dalam hal pergaulan, prinsipnya selalu berbuat baik dan mengedepankan kebajikan.”
“Sebagai pejabat, prinsipnya teguh membela kebenaran demi negara dan rakyat.”
“Orang sebaik ini seharusnya tak punya musuh.”
“Selir Chen licik, jika ingin membalas pasti memilih pembunuhan diam-diam, bukan keributan seperti ini... Para bangsawan istana? Meski banyak faksi ingin aku mati, cara ini tak sesuai gaya kaum terpelajar...”
“Dia ketakutan.”
“Omong kosong! Itu ahli bela diri level Kulit Tembaga-Tulang Besi. Tubuhnya yang kecil ini akan hancur dengan satu pukulan.”
“Makanya, anak pejabat yang mengandalkan warisan keluarga begini, meski sombong di ibukota, saat hadapi ahli bela diri sungguhan langsung tak berkutik.”
“‘Keraguan’ Xu Qi'an di mata pahlawan muda meja sebelah dianggap sebagai pengecut.”
“Para pahlawan muda langsung puas. Perasaan mereka seperti membawa wanita cantik 90 poin ke klub malam, tiba-tiba datang Tuan Zhao berteriak: ‘Malam ini semua biaya ditanggung Tuan Zhao!’”
90Meiren berkualitas tinggi takluk oleh kemewahan Tuan Zhao, beralih ke pelukannya... Tepat saat itu, gemuruh menggelegar di langit, bos sejati turun, memberi Tuan Zhao satu tamparan sambil berkata:
"Kau tak pantas!"
Meski bukan pahlawan muda yang menampar, tetap memuaskan. Melihat anak pejabat tombak perak cuma hiasan menerima kekalahan dan mempermalukan Muka, langsung menyentuh titik kepuasan pahlawan muda.
Memikirkan ini, mereka serentak menoleh ke Nona Rongrong, berharap melihat kekecewaan di matanya, menyaksikan anak borjuis kehilangan cahaya.
Lalu teringat merekalah saham potensial, beralih ke pelukan mereka.
Level Nona Rongrong jelas tak sesederhana bayangan pahlawan muda. Ia menunjukkan pandangan penuh perhatian, meski si gong perak tak berguna selain tampan itu membelakanginya.
Saat itu, Xu Qi'an berbalik badan, tangan menekan gagang pedang di pinggangnya: "Hamba akan menemuinya."
"Ah!"
Nona Rongrong tiba-tiba mendekat, menarik lengan Xu Qi'an. Sebelum ia sempat mengerutkan kening, gadis itu melepaskan sambil tersenyum minta maaf: "Untuk apa memaksakan diri dengan orang biasa dari dunia?"
Xu Qi'an tak menghiraukan, menggelengkan kepala, langsung turun menara.
"Meski latar belakangmu sekuat langit, setidaknya cari bantuan dulu. Naik begitu saja, bukan cuma menerima pukulan percuma?" gumam Nona Rongrong.
"Keluar dari gedung minum, Xu Qi'an berjalan menuju arena, ibu jarinya mengentak lembut melepaskan seberkas Qi."
"Pria berkulit tembaga-tulang besi itu, serta para pendekar dari dunia bawah yang berada di kerumunan, segera menyadarinya. Mereka berbalik badan dan melihat. Setelah melihat jelas seragam Gong Perak Xu Qi'an, hati mereka pun paham."
"Sang target utama telah datang."
"Mereka minggir dengan sukarela."
"Rakyat biasa yang haus gossip tak memiliki kesadaran seperti itu, tetap berkumpul di luar."
"Pergi sana!"
"Xu Qi'an mengejar seorang pria berbaju lusin dengan tendangan keras, membuatnya lari terbirit-birit. Barulah rakyat jelata itu mundur dengan penuh kewaspadaan, membuka jalan."
"Minggir, semua minggir!"
"Xu Qi'an melepas sarung pedangnya, memukul siapa pun yang ditemui tanpa pandang usia atau gender."
"Semua mundur 10 zhang, jangan mendekat... Hei orang tua, jangan sok tua, maukah kau merasakan tamparan generasi muda?"
"Bocah siapa ini? Kalau tak ada yang menjemput, Laozi akan menjualmu... Nangis apaan? Memaksa Laosi menendangmu... Bibi, sudah masak siang? Sudah cuci piring? Berani-beraninya datang lihat keributan... Memukulmu kenapa? Kalau kau masih 20 tahun lebih muda, Laozi akan jual ke rumah bordil."
"Gedung minum, menara observasi."
"Para pahlawan muda memegang pagar pembatas, menyaksikan Xu Qi'an menindas rakyat jelata dengan amarah membara."
"Jancuk! Ternyata melampiaskan amarahnya pada rakyat sekitar."
"Kalau berani naik ke arena bertarung! Cuma bisa menindas rakyat, pantaskah disebut Penjaga Malam?"
"Goblok!"
“Xu Qi'an tidak ada, mereka bisa leluasa mencaci.”
Seorang pahlawan muda bermuka tampan berbalik dan mendekati Rongrong, berkata lembut: “Nona Rongrong, mari kita kembali minum. Tentang pengalaman guruku menjelajah utara dan menebas suku barbar dengan pedang, akan kuceritakan lebih detail padamu.”
“Benar, tidak ada artinya minum bersama si goblok generasi kedua ini. Lihatlah Nona Rongrong, dia cuma bisa menindas rakyat biasa.” Pahlawan-pahlawan muda lainnya menyambut.
Nona Rongrong duduk tegak, menatap para pahlawan muda itu sambil tersenyum: “Menurut kalian dia sedang menindas rakyat?”
“Bukankah begitu?” tanya para pahlawan muda.
Nona Rongrong mengedipkan mata, penasaran: “Ada pepatah di dunia persilatan: Saat ahli bela diri bertarung, orang awam harus minggir! Maksudnya energi vital petarung level bisa dengan mudah membunuh orang biasa. Jangan-jangan kalian tak tahu ini? Ah masa sih? Ah masa sih?”
...Wajah para pahlawan muda langsung memerah.
“Kalau begitu jelaskan saja situasinya. Ini jelas cuma alasan untuk menindas rakyat biasa dan meluapkan emosi.” Bantah pahlawan muda yang mengajak Rongrong tadi dengan tidak rela.
Nona Rongrong menunduk minum, menyembunyikan pandangan tidak sudi di matanya.
Kebodohan rakyat biasa memang tak tertandingi. Sekalipun dijelaskan baik-baik tentang bahayanya, apakah mereka mau dengar? Mengerti apa arti “ahli bertarung harus dijauhi”?
"Rakyat biasa di pasar tidak hanya bodoh, preman juga banyak. Mereka hanya takut pada petugas pemerintah. Untuk menghadapi mereka, sikap ramah tidak seefektif gada."
"Para pahlawan muda dari keluarga atau sekte terpandang ini, mulutnya menyebut orang sebagai parasit yang hidup dari jasa leluhur, tapi sebenarnya tak ada apa-apanya dibanding Xu Gong Perak."
……
Setelah berkeliling arena sepanjang satu li mengusir rakyat jelata yang tak tahu diri, Xu Qi'an akhirnya melompat ke arena. Sambil menyandarkan golok, ia memandang meremehkan pria yang lebih tinggi satu kepala darinya:
"Kamu bawahan siapa?"
"Bawahan ibumu!" ejek pria setinggi delapan chi itu sambil mendengus.
Berani mengumpat padaku? Baiklah, sisakan nyawanya. Bawa ke penjara bawah tanah Penjaga Malam, baru kita ajari sopan santun... Xu Qi'an memasang kembali pedang di pinggang, tangan mencengkeram gagang:
"Untuk bajingan level 6 sepertimu, hamba hanya butuh satu tebasan."
Sungguh arogan!!
Para pendekar di sekitar terkejut. Petarung level 6 di dunia persilatan sudah termasuk sosok berpengaruh. Di beberapa kabupaten, mereka bisa jadi raja wilayah.
Meski ibukota dipenuhi ahli bela diri, bahkan ada legenda ahli sihir -1, petarung level 6 tetap bukan sayuran kubis yang bisa diinjak-injak sembarangan.
"Wahahaha!"
Pria berotot setinggi delapan chi itu menyeringai mengerikan: "Laozi tak hanya akan remukkan otakmu, tapi juga potong lidahmu untuk lauk anggur!"
t，Nona Rongrong menoleh memandang gembrekan tembaga yang asyik menyantap hidangan sambil minum, mengerutkan alisnya: "Yang Mulia, bukannya Tuan hendak memanggil orang?"
Atasan saja sampai menerima kekalahan dan terluka, tapi dia malah lahap makan. Sulit dipercaya ini seorang pelayan kantor pemerintah, sama sekali tak paham tata krama sosial.
"Hah!"
Gembrekan tembaga mengibaskan tangan: "Cuma level Kulit Tembaga-Tulang Besi, biasa saja. Kau tak tahu betapa kuatnya Yang Mulia Xu kami."
"Yang Mulia Xu juga menguasai teknik kulit tembaga-tulang besi?"
“Rongrong menggelengkan kepala, menyangkal tebakannya sendiri. Dari pengamatannya terhadap Xu Qi'an, tak ada cahaya ilahi khas tingkat Kulit Tembaga-Tulang Besi di permukaan tubuhnya.”
Gembrekan Tembaga melirik para pahlawan muda, mendengus: "Yang Mulia Xu jelas bukan di tingkat Kulit Tembaga-Tulang Besi. Tapi suatu kali di jalanan, beliau mengalami Serangan Mendadak oleh dua ahli Penyulingan Roh dan satu ahli Kulit Tembaga-Tulang Besi... Tebak apa yang terjadi?"
Rongrong menggeleng.
Tentu saja selamat, sebab Xu Qi'an masih hidup-hidup. Tapi Rongrong tahu maksud si Gembrekan bukan itu.
"Dengan golok!"
Gembrekan itu mengacungkan satu jari.
"Apa?"
Nona Rongrong si penggoda yang memesona itu tampak bingung.
Gembrekan tembaga menunjuk ke luar, datar: "Lihat sendiri."
Brak!
Suara marmer putih di kaki arena membuka retakan. Nona Rongrong berbalik cepat, menyaksikan pria delapan chi menginjak pecahkan marmer putih, membentuk bayangan semu hitam.
Di sisi lain, Xu Qi'an merendahkan tubuhnya dalam posisi kuda-kuda, jempolnya menghentak perlahan.
Braak... Suara pedang keluar dari sarungnya menggema ke seluruh arena, jernih dan nyaring.
Bagi penglihatan Rongrong, hanya terlihat kilatan garis tipis warna emas gelap, disusul gelombang pedang yang berhamburan seperti jarum-jarum baja tak kasatmata beterbangan acak.
Menoreh lubang-lubang kecil di tanah dan permukaan arena.
Seandainya Xu Qi'an tidak mengusir rakyat tadi, pasti sudah banyak yang tewas.
Bagi warga yang ingin tahu gossip dan kebanyakan orang dunia, mereka hanya melihat Xu Qi'an seakan menghunus pedang, tapi saat dilihat lebih seksama, pedangnya masih tersarung rapi.
Namun, pria berpostur besar yang tadi masih menyala-nyala itu kini membeku. Berdiri di jarak 1 zhang dari Xu Qi'an, menunduk memandang tak percaya ke dadanya.
Sesaat kemudian, torehan panjang tipis muncul di dadanya, darah menyembur deras.
Pria besar itu perlahan roboh berlutut, wajahnya memucat perlahan.
Dengan suara dingin, Xu Qi'an berkata: "Kubilang sekali tebas, ya sekali tebas."
"Swoosh!"
Riuh rendah suara kerumunan meledak, sekilas seperti suara "Swoosh" ini.
Sorak-sorai gemuruh menyusul, warga penggemar gossip bersorak riuh, suara mereka mendidih seperti air rebusan, sebagian kecil berteriak memanggil tabib dari klinik.
Orang dunia yang memiliki kultivasi melihat struktur dibalik aksi ini. Setelah keriuhan awal, mereka justru serentak bisu.
Sekali tebas!
"Satu tebasan mampu merobek fisik tingkat Kulit Tembaga-Tulang Besi, kultivasi gong perak ini mungkin sudah mencapai pangkat lima, bahkan empat."
"Penjaga Malam Gong Perak Xu Qi'an..."
Mereka diam-diam mengingat nama ini.
"Bagaimana, tidak bohong kan?" Gembrekan Tembaga tersenyum bangkit, menatap gadis Rongrong yang pandangannya kosong:
"Ini adalah bakat yang diangkat langsung oleh Tuan Wei. Jagoan level enam apa lagi? Para pejabat istana pun harus bersikap hormat pada Yang Mulia Xu."
Usai berkata, ia menyapu pandangan sinis ke arah para pahlawan muda yang terpaku, lalu menyambar pedangnya turun menara.
……
Setelah Xu Qi'an selesai menebas, dua gembrekan tembaga segera naik panggung bertanya: "Bagaimana menangani orang ini?"
"Bawa ke tabib untuk obati lukanya, lalu bawa ke kantor Penjaga Malam. Jangan lupa segel titik akupunktur dengan jarum sapi. Unta kurusan tetap lebih kuat dari kuda."
Ia menoleh ke arah menara minum, mendapati gadis Rongrong telah lenyap.
"Mana gadis Rongrong?"
"Tadi masih ada di sini."
Gembrekan tembaga yang turun menara menengok, benar-benar sudah hilang.
Ini tidak ilmiah. Setelah pamer kekuatan sehebat ini, bukankah seharusnya dia langsung merebahkan diri dan mengirimkan sinyal romantis... Pikir Xu Qi'an dengan kekecewaan.
Sudahlah, lagipula dari awal memang tidak berniat melakukan apa-apa.
Xu Qi'an membawa pria terluka parah ke klinik terdekat. Setelah luka dibalut, ia membawa pria tak sadarkan diri itu kembali ke kantor Penjaga Malam.
"Di tengah jalan, tiba-tiba dia menyadari ada yang tidak beres, memeriksa diri sendiri dengan cermat - lencana, pedang, dompet... semuanya masih ada."
Saat meraba dada, akhirnya tahu apa yang tidak beres.
Fragmen Kitab Bumi hilang.
"Tuan, apa yang Anda cari?" Penjaga Malam yang mengangkut pria pingsan di punggung kuda menarik tali kekang, bertanya.
"Jangan berisik!"
Xu Qi'an menutup mata, mengingat kembali pengalamannya baru saja.
Baju tidak robek, mengesampingkan kemungkinan fragmen Kitab Bumi terjatuh saat berjalan. Selain itu, dengan pendengarannya yang tajam, pasti akan langsung menyadari jika benar-benar terjatuh.
Saat bertarung dia hanya mengeluarkan satu tebasan, tidak ada pergumulan sengit - dieliminasi!
Kalau begitu, hanya tersisa satu kemungkinan: dicuri.
"Tante itu terlihat bodoh, tidak mungkin punya kemampuan... Satu-satunya yang kontak denganku hanya Nona Rongrong, sebelum turun dia menarik-narikiku..."
Xu Qi'an mengeluarkan suara "Ha", "Pantas saja tadi pergi tidak wajar, rupanya pencuri kecil. Tangan Penghanyut Jiwa - inikah maksudnya?"
Sejak meninggalkan Panggung Ksatria sampai sekarang, sudah setengah shichen berlalu. Secara logika, si pencuri sudah jauh melarikan diri. Di ibukota yang luas ini, harapan untuk menemukan barang curian sangat kecil.
"Mencuri apa tidak bisa, malah mencuri Fragmen Kitab Bumi. Benda ini punya GPS!" Xu Qi'an memberi perintah:
"Kalian bawa mereka kembali dulu. Aku ada urusan lain."
Dia ingin kembali ke TKP untuk memeriksa, lalu menemui Taois Kim Lien.
……
