Di bawah bimbingan biksu penjaga pintu, Xu Qi'an melewati paviliun depan menuju Paviliun Dalam.
Biksu muda berhenti di halaman, menyatukan telapak tangan: "Tunggu sebentar di sini, Senior Hengyuan. Saya akan memberitahu Paman Jingchen."
Xu Qi'an membalas salam Buddha: "Terima kasih, Adik Sepemerguruan."
Memandang biksu muda memasuki sebuah kamar, Xu Qi'an mengingat nama-nama dalam daftar.
Total anggota delegasi Wilayah Barat: 24 orang.
Penjaga pos harus mengatur kamar untuk delegasi. Kamar di pos peristirahatan dibagi kelasnya. Biksu senior tentu mendapat kamar bagus - tidak mungkin sramanera pemula menginap di suite presidensial sementara biksu sejati pemimpin delegasi tidur di kamar tanpa jendela.
Karena itu penjaga pos memahami hierarki delegasi dengan jelas.
Paling senior tentu pemimpin delegasi "Master Du'e". Tentang tingkat kultivasi-nya, penjaga pos tidak tahu.
"Di belakangnya ada dua orang, masing-masing bernama ‘Jingchen’ dan ‘Jingsi’. Melihat nama dharma mereka, keduanya kemungkinan adalah kakak-beradik seperguruan."
"Adapun biksu-biksu lainnya, statusnya kurang lebih sama."
"Satu disebut ‘Ibukota’, satu disebut ‘Rabun Dekat’. Nama dharma kakak-beradik seperguruan ini benar-benar unik."
Saat sedang berpikir, biksu muda itu keluar dan mengundang Xu Qi'an masuk.
Ia mengikuti biksu muda itu masuk ke kamar. Di dalam ruangan tercium aroma cendana, seorang biksu berwajah bulat dengan cuping telinga tebal duduk bersila di ranjang, tersenyum menyambut kedatangan mereka.
Biksu ini menyimpan napasnya dalam-dalam, terlihat seperti orang biasa.
"Saudara Seperguruan Jingchen." Xu Qi'an menyatukan kedua telapak tangan.
"Adik Seperguruan Hengyuan." Biksu paruh baya itu membalas salam.
Ia segera menyuruh biksu muda menyajikan teh. Setelah Xu Qi'an menyesap sedikit, barulah dia berkata: "Senior Pan Shu baru saja kembali ke kuil."
Maksudnya adalah, biksu Kuil Qinglong baru saja mendapat kabar tentang kedatangan misi diplomatik di ibukota... Abbot Pan Shu baru kembali ke Kuil Qinglong, tanpa alasan khusus tidak akan mengizinkan biksu-biksu datang mengganggu... Berbagai kemungkinan berkelebat di benak Xu Qi'an, menyadari ini adalah ujian dari lawan.
Untuk hal ini, dia sudah mempersiapkan jawaban sejak lama, lalu berkata dengan santai: "Biksu ini telah lama meninggalkan kuil."
Biksu Jingchen tersenyum: "Ada keperluan apa Adik Seperguruan Hengyuan datang kemari?"
Suaranya seolah memiliki kekuatan magis yang membuat Xu Qi'an secara instingtif menolak untuk berbohong, hanya ingin mengungkapkan tujuan sebenarnya secara detail.
Pemegang Lima Disiplin?
Xu Qi'an merasa merinding.
Master Pan Shu dari Kuil Qinglong juga berpangkat lima. Biksu dengan pencapaian nirwana ini bagaikan "aturan" yang berjalan, mereka secara aktif atau tak sadar mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.
Biksu tidak berbohong, pantang wanita, pantang membunuh...Apa pun sila yang pernah dijaga oleh Ahli Sila, orang-orang di sekitarnya akan ikut mematuhi tanpa sadar.
Xu Qi'an belum pernah melihat Ahli Sila bertarung, tapi saat menyelidiki kasus Pelanggaran Suci di Kuil Qinglong dulu, ia khusus mempelajari data ahli bela diri Buddha.
Kekuatan tempur Ahli Sila seluruhnya berasal dari "sila", agak mirip dengan "ucapan menjadi hukum" Konfusianisme, tapi tak se-bajingan aliran Konfusian.
Penjelasan sederhananya, cendekiawan Konfusian bisa mewujudkan omongan sembarangan mereka meski efek sampingnya besar.
Sedangkan Ahli Sila Buddha punya banyak batasan, tak bisa semaunya, hanya bisa ngomong: "Xu Qi'an, merokok terbalik lebih hebat dari Dewata".
Kecuali mulut Xu Qi'an akan melepuh terkena panas, hampir tak ada efek samping.
"Ucapan menjadi hukum" Konfusian mengubah aturan, sedangkan Ahli Sila membuat orang mematuhi aturan. Hakikatnya justru bertolak belakang.
Xu Qi'an merapatkan telapak tangan dan melantunkan mantra Buddha: "Apakah kedatangan senior dan rekan-rekan ke ibu kota terkait benda segel yang lolos dari kasus Pelanggaran Suci?"
Ucapan ini bagaikan batu raksasa menghantam danau.
Jingchen memicingkan matanya, tetap menjaga ekspresi sambil tersenyum: "Apakah Master Pan Shu yang memberitahu?"
Sebelum Biksu Pan Shu kembali ke Kuil Qinglong, Master Du'e berulang kali menekankan untuk merahasiakan keberadaan benda segel, termasuk dari biksu Kuil Qinglong sendiri.
Master Jingchen memberikan perangkap pada Xu Qi'an.
Xu Qi'an menggelengkan kepala, berucap dengan sedih: "Bukan seperti yang Guru katakan, sejujurnya, dalam kasus Pelanggaran Suci di Sangpo, biksu hina ini juga turut terlibat..."
Di dalam pandangan lembut Master Jingchen, seolah ada kilatan cahaya ilahi keemasan.
"Biksu hina ini memiliki seorang adik seperguruan bernama Heng Hui. Kami tumbuh bersama sejak kecil, hubungan kami sangat erat. Lebih dari setahun yang lalu, Heng Hui tiba-tiba menghilang dan mencuri alat ritual penyembunyi aura dari kuil. Setelah menyelidiki, ku dapati dia diduga diculik oleh sindikasi perdagangan manusia..."
Ekspresi duka yang mendalam terpancar dari wajah Xu Qi'an, seolah tak mampu menahan kesedihan, ia pun melantunkan mantra Buddha untuk meredakan emosi: "Amitabba."
Master Jingchen yang sedang asyik mendengar, melihat ekspresi adik seperguruannya Hengyuan, hatinya berdesir: "Apakah ada rahasia tersembunyi di balik kasus ini?"
"Benar, Adik Heng Hui dan seorang peziarah wanita saling jatuh cinta, berjanji untuk hidup bersama. Karenanya dia mencuri alat ritual Kuil Qinglong dan melarikan diri."
Alis Master Jingchen berkerut, berbagai keraguan bermunculan, "Meski kawin lari, bukankah tak perlu mencuri alat ritual?"
Xu Hengyuan menghela napas: "Peziarah wanita itu adalah putri sah Pangeran Yu, adik kandung Yang Mulia Raja. Tanpa alat penyembunyi aura, mustahil mereka bisa meninggalkan wilayah ibukota."
Ini... Master Jingchen terdiam sejenak, tak menemukan kata-kata.
"Kemudian, Xu Qi'an menceritakan secara singkat bagaimana dua pemuda yang polos tertipu, terseret pasif dalam persaingan faksi, dan akhirnya menemui kematian mendadak."
"Amitabba!"
Master Jingchen menyatukan kedua telapak tangan, wajahnya penuh welas asih, melantunkan mantra Buddha.
Setelah hening beberapa detik, dia berkata: "Tapi apa hubungannya ini dengan kasus Pelanggaran Suci di Danau Sangpo?"
Pertanyaan bagus! Dalam hati Xu Qi'an tersenyum, dengan wajah tenang bagai gunung runtuh dia menjawab: "Kasus ini berliku-liku, jauh lebih rumit dari yang terlihat... Akhir tahun lalu, Kuil Yongzhen Shanhe di kompleks kerajaan Danau Sangpo tiba-tiba dihancurkan ledakan, makhluk jahat yang tersegel di dasar danau itu pun bangkit."
"Kaisar Feng murka, memerintahkan tiga lembaga pengadilan untuk menyelidiki. Alasan biksu ini terlibat adalah karena makhluk itu memparasiti tubuh adik seperguruan Heng Hui."
"Apa?!"
Ekspresi Master Jingchen berubah drastis, bertanya tergesa-gesa: "Di mana makhluk itu sekarang? Apakah Heng Hui masih hidup? Bagaimana Kekaisaran Feng menangani ini? Mengapa Kepala Divisi tidak turun tangan? Atau... apakah makhluk itu sudah disegel kembali?"
Rentetan pertanyaannya menghilangkan aura tenang seorang biksu senior.
"Senior Jingchen, tenanglah. Biarkan hamba ceritakan perlahan..."
Xu Qi'an menganalisis kasus Pelanggaran Suci dan kasus Putri Pingyuan dengan bahasa sederhana, mengungkap hubungan kedua kasus serta rahasia yang terkait secara detail kepada Biksu Jingchen.
Biksu Jingchen terdiam lama, seolah terkejut dengan kasus rumit yang saling berkaitan seperti rantai ini.
"Rahasia dalam ini, bahkan Master Pan Shu pun tidak mengetahuinya. Ia hanya datang dari barat untuk memberitahu Aliran Buddha tentang kemunculan benda segel Danau Sangpo."
"Paman spiritualku menghadap kaisar untuk memahami detail kasus. Tak disangka, aku yang tinggal di pos peristirahatan justru lebih dulu tahu seluruh cerita..." Biksu Jingchen menghela napas.
"Kasus ini memang rumit dan penuh liku. Orang yang bisa memecahkannya sungguh luar biasa. Bagaimana Hengyuan Shidi bisa tahu sedetail ini?"
Xu Qi'an tahu ini pertanyaan yang pasti diajukan Jingchen. Dengan tenang ia melawan insting "tidak berbohok", menjawab:
"Meski tiga lembaga pengadilan yang menangani, tapi yang benar-benar mengungkap kasus Pelanggaran Suci dan Putri Pingyang adalah seorang gong perak dari kantor Penjaga Malam bernama Xu Qi'an. Hamba dekat dengan Yang Mulia Xu, juga terlibat karena Heng Hui Shidi, makanya tahu segalanya."
Gong Perak Xu Qi'an... Jingchen mencatat nama ini. Buru-buru bertanya: "Siapakah pejabat Xu itu? Hengyuan Shidi, ceritakan padaku detailnya."
"Haah!"
Xu Hengyuan tidak langsung menjawab, hanya menghela napas panjang.
"Shidi ini..."
"Hamba teringat orang itu, hati jadi penuh perasaan campur aduk."
"Oh? Apa maksudnya?"
Xu Hengyuan berkata perlahan: "Senior belum tahu, Xu Qi'an ini adalah orang paling berbakat yang pernah hamba temui seumur hidup. Dalam hal kultivasi, ia jenius langka di seluruh Kekaisaran Feng yang sulit ditandingi.
“Dalam hal menjadi pejabat, dia dengan tegas tidak mengambil seutas benang atau sebatang jarum dari rakyat biasa, menjadikan penegakan keadilan sebagai tanggung jawabnya.
“Dalam hal penyelidikan kasus, meski Kekaisaran Feng dipenuhi ahli bela diri, tak ada yang bisa menandingi satu jarinya.
“Dalam hal puisi klasik, dia dijuluki bidadari puisi pertama dalam dua ratus tahun sejarah Feng. Konon para bidadari Jiaofangsi (Lembaga Pelatihan Musik) sangat mencintainya sampai rela mati, tapi dia acuh tak acuh.”
Biksu Jingchen terkesima, tak menyangka ada sosok seperti ini di ibukota.
“Benarkah ada manusia seperti ini di dunia? Sungguh disayangkan tidak masuk Aliran Buddha.” Kilatan cahaya tajam muncul di mata Biksu Jingchen.
……Wocao, gembar-gembornya keterlaluan! Si cucu ini ingin "mengajakku" masuk agama? Lalu untuk apa aku punya batang besi ini?
Xu Qi'an waspada, dengan licik mengalihkan topik sambil mengeluarkan belati tersembunyi: "Alasan mencari senior seperguruan kali ini adalah untuk bertanya tentang makhluk jahat di bawah Danau Sangpo. Sebenarnya apa itu?
“Biksu ini tahu benda itu terkait dengan Aliran Buddha, tapi tak mengerti mengapa harus ditahan di Danau Sangpo milik Kekaisaran Feng?”
“Ini...” Biksu Jingchen menunjukkan ekspresi sulit.
“Apakah senior memiliki kesulitan yang tak bisa diungkapkan?” Xu Hengyuan bertanya langsung.
“Ini adalah rahasia Aliran Buddha, lebih baik adik seperguruan jangan bertanya lagi.” Kata Jingchen.
“Ha!”
Xu Hengyuan tersenyum sinis: “Biksu ini sekarang mengerti. Aku menganggap cabang Barat sebagai keluarga sendiri, tapi di mata saudara seperguruan cabang utama, aku hanyalah orang luar.
“Baiklah, baiklah, ini karena biksu ini terlalu berasumsi sendiri. Biksu akan segera pergi. Aliran Buddha Wilayah Barat adalah Aliran Buddha Wilayah Barat, Kuil Qinglong adalah Kuil Qinglong. Mereka berbeda.”
Sambil berkata demikian, dia berdiri dan beranjak pergi.
“Berdiri!”
Jingchen menghentikannya dengan wajah berang: “Kita sama-sama murid Aliran Buddha, memuja Buddha, merupakan satu keluarga. Perkataan adik seperguruan tadi sungguh melukai hati, jangan diulangi lagi.”
Ada celah... Xu Hengyuan memandangnya dengan ekspresi datar, mendengus dingin.
Dengusan ini menggunakan teknik Raungan Singa Aliran Buddha, membuat gemanya bergema di dalam ruangan.
Karakter Biksu Beladiri memang selalu kasar... Jingchen menghela nafas dalam hati, lalu berseru: “Silakan duduk, Adik Seperguruan. Akan kuceritakan apa yang kuketahui.”
Kuil Qinglong adalah satu-satunya benih api Aliran Buddha Wilayah Barat di Kekaisaran Feng. Jika Aliran Buddha masih ingin melanjutkan penyebaran agama di dataran Zhongyuan, Kuil Qinglong adalah kekuatan yang tak tergantikan.
Dalam konteks ini, Aliran Buddha Wilayah Barat sangat menghargai hubungan “satu keluarga” dengan Kuil Qinglong. Segala kesenjangan dan retakan harus dihindari.
“Makhluk jahat itu memang terkait dengan Aliran Buddha. Menurut Paman Dharma Du'e, itu adalah seorang pengkhianat Aliran Buddha.”
“Pengkhianat Aliran Buddha?”
Tepat seperti dugaanku, Biksu Shenshu berasal dari Aliran Buddha, tapi justru disegel oleh Aliran Buddha sendiri. Kalau bukan pengkhianat, lalu apa?
“Pengkhianat yang mana?” tanya Xu Hengyuan.
"Ini tidak diketahui," Biksu Jingchen menggelengkan kepala, "Jika tidak, mengapa disebut rahasia Aliran Buddha? Bahkan aku sendiri tidak mengetahui rahasia internal ini."
Ingin sekali menggunakan teknik pengamatan qi untuk melihat apakah dia berbohong... Shenshu, nama dharma sang pengkhianat adalah Shenshu... Xu Hengyuan bertanya lagi:
"Mengapa harus disegel, bukan dikuburkan?"
Meskipun Aliran Buddha menganut belas kasihan, tetapi terhadap pengkhianat sekte, tidak perlu menunjukkan belas kasihan, bukan?
"Setelah Master Pan Shu menyampaikan kabar ke Wilayah Barat, para Arhat dan Bodhisattva sangat serius menanggapinya, saling memberi tahu melalui Guntur Suara. Sikap khidmat seperti ini hanya terlihat pada Pertempuran Shanhaiguan 20 tahun lalu," gumam Biksu Jingchen:
"Dalam perjalanan ke timur, aku pernah mendengar Sesepuh Du'e berkata bahwa biksu setan itu tidak bisa dibunuh."
Tidak bisa dibunuh?!
Informasi dalam ucapan ini sangat padat, membuat Xu Qi'an harus berhenti bertanya dan merenung dalam-dalam.
Dengan kata lain, Biksu Shenshu disegel di Danau Sangpo bukan karena Aliran Buddha lemah, tetapi karena tidak bisa membunuhnya.
Biksu Shenshu pernah berkata bahwa dia secara kebetulan telah mencapai pencapaian nirwana tertinggi "abadi tak terkalahkan".
Tapi jangan lupa, Aliran Buddha memiliki Buddha yang melampaui sistem tingkat! Bahkan Buddha tidak bisa membunuh Biksu Shenshu?!
"Ya Tuhan, Biksu Shenshu lebih mengerikan dari yang kubayangkan. Sebenarnya monster macam apa dia ini..." batin Xu Qi'an bergumam.
Satu pukulan langsung meng-KO Kepala Divisi tua?
“Aku paham sekarang, ternyata tidak bisa dibunuh, pantas harus dibelah tubuh dan disegel.” Xu Qi'an bersuara berat.
“Tapi kenapa memilih lokasi di Danau Sangpo?” Dia kembali mengajukan pertanyaan.
Seorang pengkhianat mengerikan seperti ini, bisa disebut bahaya besar di lingkaran dalam, memilih untuk disegel di wilayah sekutu Kekaisaran Feng, pasti ada alasan yang sangat mendesak.
Kalau tidak, menyegelnya di bawah pengawasan langsung tentu lebih aman.
“Masalah ini, biksu juga ingin tahu, dan pernah menanyakan pada Paman Spiritual Du'e selama perjalanan. Beliau mengatakan ini berasal dari perjanjian dengan Kaisar Wu dari Feng lima ratus tahun lalu.” Jingchen menjelaskan.
Perjanjian lima abad silam... Tahun itu Aliran Buddha menyebar agama di seluruh Feng, kuil-kuil tumbuh seperti jamur di musim hujan, rupanya ada rahasia tersembunyi di baliknya... Namun, sebagian besar catatan sejarah dari masa itu telah dihancurkan, diubah, atau disembunyikan.
Sama sekali tidak bisa diselidiki.
Setelah berbincang beberapa kalimat lagi, Xu Qi'an yakin tidak bisa mengorek informasi lain, lalu berpamitan undur diri.
Biksu Jingchen mengantarnya keluar. Baru saja meninggalkan kamar, terlihat seorang biksu berparas tampan berjalan menyusuri koridor.
“Saudara Senior!” Biksu tampan itu menyatukan telapak tangan.
Jingchen membalas salam, memperkenalkan: “Ini adalah Saudara Junior Hengyuan dari Kuil Qinglong, panggil dia Saudara Senior.”
Kemudian, memperkenalkan pada Xu Hengyuan: “Ini adalah Saudara Junior Jingsi.”
'Jingsi' semuda ini? Xu Hengyuan agak terkejut.
“Saudara Senior Hengyuan.” Biksu tampan itu memberi hormat.
Xu Qi'an membalas salam, lalu berkata kepada Jing Chen: "Senior seperguruan tak perlu mengantar."
Memandang siluet Xu Qi'an menjauh, Jing Si lama tak menarik kembali pengawasannya.
"Ada apa dengan adik seperguruan?" tanya Jing Chen.
"Entah mengapa, selalu terasa ada kekuatan yang membuat orang ingin mendekatinya," kata Jing Si.
……
Xu Qi'an meninggalkan pos peristirahatan, berjalan cepat menyusuri jalan raya.
"Meski masih belum mengetahui status Biksu Shenshu, setidaknya beberapa hal telah pasti: Pertama, dia pengkhianat Aliran Buddha, buktinya konkret. Kedua, tingkat kultivasinya jauh lebih tinggi dari perkiraanku, sampai Buddha sendiri pun tak bisa membunuhnya - meski tak ada bukti Buddha pernah bertindak... Aku berasumsi dulu begitu.
Ketiga, tugasku hanya membantu menyelidiki identitas dan mengembalikan ingatannya. Perseteruannya dengan Aliran Buddha, aku takkan ikut campur meski dipukul sampai mati. Kecuali jika aku jadi Dewa Perang, tapi itu mustahil.
Keempat, kaki besar ini harus kurengkuh erat-erat, kuras habis manfaatnya.
Kelima, keberadaan Biksu Shenshu tak boleh diberitahu siapapun, termasuk Wei Yuan. Urusan ini terlalu besar.
Keenam, sambil hari masih pagi, mendengar musik di gedung kesenian."
Tiba-tiba, Xu Qi'an melihat sosok familiar di kerumunan depan.
Seorang biksu perkasa dengan lingkaran janggut biru-hitam di dagu, sepertinya baru bercukur.
Jubah longgarnya terpasang pas di tubuh, menyembunyikan otot-otot yang terkandung di dalamnya.
"Wocao, Hengyuan!!"
Hati Xu Qi'an dipenuhi 10.000 ekor kuda rumput yang berlarian kencang.
Master Hengyuan juga melihatnya, selain terkejut, dia juga heran dengan penampilan Xu Qi'an.
"Yang Mulia Xu, mengapa berpakaian seperti ini?"
"Pentas seni kontemporer..." Xu Qi'an mempertahankan wajah dingin.
“？”
"Apakah Master hendak ke Pos Peristirahatan San Yang?"
"Sesama anggota sekte kami datang, sudah seharusnya aku menemui mereka."
"Bisakah... bisakah tidak ditemui?" Xu Qi'an berusaha menahan kedutan di sudut mulutnya.
"Mengapa?" Hengyuan menunjukkan ekspresi kebingungan.
Karena kamu mungkin akan dipukuli habis-habisan... Xu Qi'an menggelengkan kepala sambil tertawa kaku.
Hengyuan memandangnya beberapa saat, lalu mengangguk halus: "Aku baru saja kembali setelah makan makanan vegetarian di Kediaman Xu."
Hah? Ngapain kamu ke rumahku... Oh, untuk mengucapkan selamat atas keberhasilan Erlang meraih Huiyuan? Erlang tidak mengusirmu?
Xu Qi'an tiba-tiba merasa sangat bersalah, menyadari dirinya telah menipu junior dan Master Hengyuan yang jujur, benar-benar bukan manusia.
Dia bersumpah akan menjadi orang baik di kemudian hari.
"Master..."
Xu Qi'an mengeluarkan uang kertas senilai sepuluh liang dari bajunya, lalu menyerahkannya dengan sungguh-sungguh ke tangan biksu Hengyuan: "Ini sumbangan dariku untuk para lansia dan anak-anak di Yangsheng Tang."
Jika untuk dirinya sendiri, Hengyuan akan menolak. Tapi uang ini untuk membantu para janda, duda, yatim piatu, dan lansia tanpa keluarga - Master Hengyuan tidak akan menolak.
"Amitabba, Yang Mulia Xu benar-benar dermawan sejati." Hengyuan mengucapkan dengan penuh hormat.
"Sudah seharusnya, sudah seharusnya..."
Xu Qi'an melambaikan tangan untuk berpamitan. Setelah beberapa langkah, dia tak bisa menahan diri untuk menengok kembali dan berteriak: "Master!"
Hengyuan menghentikan langkah, berbalik dan bertanya: "Yang Mulia Xu masih ada keperluan?"
"......Jaga baik-baik dirimu!"
……
Xu Qi'an mencari gang sepi, berganti pakaian dinas Penjaga Malam, lalu masuk ke sebuah rumah bordil dengan lancar.
"Tuan, perlu menginap atau sekadar makan?" Pelayan jubah hijau menyambutnya.
"Panggil gadis tercantik di sini, suruh dia menguleni pundak Tuan." Xu Qi'an langsung naik ke lantai dua.
Ruang VIP di lantai dua adalah bilik khusus untuk tamu penting, orang-orang terpandang biasanya menonton opera di sini.
Di sisi lain, Master Hengyuan tiba di pintu pos peristirahatan.
Dua biksu penjaga saling pandang, dalam hati bertanya-tanya apakah Aliran Buddha sudah begitu jaya di Kekaisaran Feng.
"Di mana Senior menjalani kultivasi?"
Dengan keraguan di hati, biksu penjaga menghentikan Hengyuan.
Master Hengyuan menyatukan telapak tangan: "Biksu ini Hengyuan dari Kuil Qinglong, mendengar rekan seperguruan tiba di ibu kota, khusus datang mengunjungi."
Usai berkata, ia menangkap perubahan tajam pada ekspresi kedua biksu yang terlihat seperti melihat hantu.
"Ada masalah apa?" Hengyuan bertanya heran.
"Hehe, tidak ada masalah. Senior tunggu sebentar, saya akan memberitahu." Biksu penjaga menatapnya dalam-dalam sebelum berbalik masuk.
Tidak lama kemudian, ia keluar dengan wajah datar: "Silakan masuk."
