"Huaiqing juga mau menemuiku?! Hmm, mengingat hubunganku dengan kedua Putri, setelah pertarungan itu memang seharusnya kami bertemu... Tapi, haruskah aku menemui Huaiqing dulu atau Lin'an duluan?"
Xu Qi'an sedikit merenung, lalu menemukan jawaban: temui Huaiqing terlebih dahulu.
Pilihannya ini ada alasannya, bukan berarti lebih mementingkan Huaiqing dan mengabaikan Lin'an. Keputusan Xu Qi'an berkaitan erat dengan tingkat IQ kedua Putri.
Huaiqing terlalu cerdas sehingga sulit dibohongi, plus pikirannya dalam. Sekalipun tidak suka padamu, dia tidak akan memperlihatkannya. Bisa saja kapan saja dia menjebakmu.
Lin'an relatif lebih polos. Dia manja dan sering bertingkah tanpa alasan, tapi sebenarnya tidak pendendam. Setelah marah-marah, semua akan dilupakan.
"Baik, hamba akan segera mengikuti Yang Mulia ke istana."
Xu Qi'an menyuruh staf administratif mengantarkan laporan ke Haolou, sementara dirinya sendiri naik kuda menyusul pengawal menuju istana.
Setelah menyelesaikan prosedur wajib, Xu Qi'an memasuki Dexin Yuan. Di ruang utama yang elegan dan bersih, dia melihat Huaiqing mengenakan gaun istana putih yang sesuai karakternya. Rambut indahnya disanggul sederhana dengan tusuk konde emas, beberapa helai rambut hitam terurai.
Dingin bagaikan bidadari dalam lukisan.
Rambut yang terurai itu memberinya kesan malas yang lebih manusiawi.
"Tubuh tidak apa-apa?" Huaiqing tersenyum tipis.
"Tidak masalah. Bawahan ini sekuat banteng, luka kecil seperti ini cukup tidur semalam sudah sembuh." Xu Qi'an tersenyum.
Huaiqing mengangguk lega, mempersilakannya duduk, berkata: "Kemenangan dalam pertandingan ilmu bela diri kali ini pasti akan mendapat penghargaan dari pengadilan. Namun, kenaikan jabatan mudah, gelar bangsawan sulit diraih.
"Jika Yang Mulia Xu tidak kekurangan perak, bisa mengajukan permintaan kepada Ayah. Masa depan Xu Ci-Jiu pun akan terjamin."
Di kemudian hari, siapa yang bisa menikahi Huaiqing, bagaikan Liu Bei mendapatkan Zhuge Kongming! Xu Qi'an dalam hati berdecak kagum.
Ini memang merupakan ide yang sangat brilian.
Menyesuaikan diri dengan berkorban sedikit kepentingan untuk menukar masa depan Erlang, membuka jalan bagi sang junior menuju posisi perdana menteri.
"Bawahan sudah meminta Dokumen Besi Bersertifikat kepada Yang Mulia," kata Xu Qi'an dengan nada menyesal.
"Dokumen Besi Bersertifikat?" Alis indah Huaiqing berkerut, "Untuk apa kau meminta ini? Meski terkadang bisa memberi efek tak terduga, tapi mungkin juga sama sekali tak berguna."
Maksudnya, interpretasi dokumen ini sepenuhnya di tangan kaisar. Kaisar Yuanjing tidak punya kredibilitas, maka dokumen ini tak berguna... Singkatnya, Dokumen Besi Bersertifikat seperti uang kertas di kehidupan sebelumnya-ku. Jika pemerintah punya kredibilitas, uang berharga. Jika tidak, jadi seperti Dolar Zimbabwe... Huaiqing bisa bicara sejujur ini padaku, benar-benar membuka hati.
Xu Qi'an tersenyum tipis: "Bisa juga memberikan efek tak terduga."
Huaiqing tidak memperpanjang topik, melanjutkan: "Benarkah kau sudah menguasai Ilmu Baja Adamantium?"
Xu Qi'an mengulurkan telapak tangan, daging-darahnya segera mengeras membentuk lapisan emas, seluruh lengan memancarkan cahaya keemasan samar.
Namun Huaiqing tidak terlihat senang, berbisik pelan: "Tahukah kau, betapa banyak prajurit yang menginginkan Keabadian Baja Adamantium ini?"
Xu Qi'an hati berdebar, tapi diam seribu bahasa.
Huaiqing menyesap tehnya, berkata: "Popularitasmu sedang di puncak, takkan ada yang berani menyerangmu terang-terangan. Perketat penjagaan orang-orang di sekitarmu. Selain itu, awasi diri sendiri, jangan sampai memberi celah pada lawan."
Setelah jeda sejenak, dia menambahkan: "Tuan Wei bukanlah yang tak terkalahkan."
Dengan kekuatan tempur luar biasa yang kudemonstrasikan dalam duel, preman dunia di ibukota sekalipun yang mengincar Adamantium-ku takkan berani mengusikku... Sedangkan bos dunia persilatan takkan ikut campur dalam Pertarungan Langit vs Manusia, sehingga tak tahu soal duel itu... Maksud Huaiqing sudah jelas.
Berapa banyak pihak di ibukota yang mungkin mengincar Adamantium Tak Terkalahkanku?
Pejabat sipil mungkin menginginkannya, walau tak mereka butuhkan - bisa diberikan pada simpanan atau pelayan setia di kediaman mereka.
Tapi karena ini bukan kepentingan langsung atau wajib, pejabat sipil tak akan terlalu bersemangat.
Yang berbahaya adalah bangsawan dan pihak militer!
"Terima kasih atas peringatannya, Putri." Xu Qi'an menjawab dengan tulus.
Setelah mengobrol ringan, Huaiqing berkasual: "Naskah tradisional yang kauberikan kemarin, dayang-dayangku sudah baca. Katanya cukup menarik.
"Aku sendiri tak berminat, tapi mereka terus mendesak... Bagaimana kelanjutannya?"
"Jika Putri menghendaki, beberapa hari lagi akan kubawakan." Xu Qi'an tersenyum.
Huaiqing mengangguk sopan: "Tak perlu terburu-buru. Hanya beberapa pelayan wanita yang ingin tahu. Ya, besok saja."
“Ini tidak terburu-burukah, ini sangat terburu-buru... Baiklah, pulang hari ini langsung cari Alat Zhong Li untuk menulis novel...” Xu Qi'an menyimpan kekesalan dalam hati.
Setelah mengobrol sebentar, Xu Qi'an mengajukan alasan dan berpamitan kepada Putri Huaiqing.
Dia kembali ke luar Kota Terlarang terlebih dahulu, menunggu pemberitahuan dari Pasukan Yulin sebelum masuk kembali ke istana dan menuju rute ke Taman Shao Yin.
“Yang Mulia Xu berhenti!” Pengawal mengangkat tangan menghentikannya, berkata:
“Perintah Putri Lin'an, hari ini tidak menerima tamu, silakan pulang.”
“Putri Lin'an yang mengundang saya. Coba beritahu dan Anda akan tahu.” Xu Qi'an menyadarkannya.
Tak disangka pengawal itu keras kepala, menggelengkan kepala: “Yang Mulia Xu jangan menyulitkan bawahan, silakan pulang.”
Memukul pengawal di istana adalah kejahatan besar, kau sangat beruntung... Lin'an sedang marah, tahu aku lebih dulu ke Dexin Yuan-nya Huaiqing... Xu Gratisan berputar pikirannya, sudah punya cara, berkata dengan marah:
“Padahal Putri yang mengundang saya. Jika Anda tidak memberi pemberitahuan, saya tidak bisa berbuat apa-apa, akan menunggu di luar saja.”
……
Kereta biasa berhenti di luar Kediaman Wang. Xu Xinnian membuka tirai, melangkah turun menggunakan bangku kayu yang disiapkan kusir, berbalik, mengulurkan tangan ke adiknya yang cantik.
Xu Lingyue menopang tangan di telapak Kakak Kedua, turun dengan stabil. Saudara kandung itu menyerahkan undangan ke pelayan penjaga pintu, masuk ke dalam kediaman dipandu mereka.
“Kak, sepanjang jalan sangat gelisah, apakah karena gugup?” Xu Lingyue berbisik.
"Kakak kedua ini, bahkan bertemu Yang Mulia saat ini pun takkan gugup." Xu Ci-Jiu berkata datar, wajahnya serius dengan alis berkerut, suaranya direndahkan saat berbicara dengan adik perempuannya:
"Setelah masuk ke dalam pesta, banyak mendengar dan melihat, sedikit bicara. Kau hanya anggota keluarga perempuan yang menemani, takkan ada masalah. Sedangkan aku..."
Sedangkan aku, mungkin harus berhadapan dengan Perdana Menteri kerajaan.
Sejujurnya, selain hal lainnya, hanya keberanian dan semangat tempur ini saja sudah membuat Erlang layak disebut yang terunggul di generasinya.
Kediaman Wang sangat luas. Setelah berjalan cukup lama mengikuti pelayan melewati koridor dan paviliun, akhirnya mereka tiba di sebuah taman. Gunung palsu dan air jernih berpadu dengan dedaunan baru serta kuncup bunga elemen yang siap mekar, menciptakan pemandangan yang sangat indah.
Dari dalam taman luas itu terdengar suara deklamasi yang jernih, diselingi tawa riang para gadis.
Setelah melewati koridor panjang, Erlang dan Xu Lingyue melihat dua kelompok orang duduk di meja panjang. Di sebelah kiri belasan cendekiawan berbaju ru kebesaran, semuanya tampak bersemangat dan berwibawa.
Di sebelah kanan sekelompok gadis muda cantik mengenakan rok satin berbagai warna.
Saat kedua saudara Xu itu muncul, suasana tiba-tiba hening. Sorot mata para pemuda berbakat dan gadis-gadis remaja serentak berbinar.
Erlang mengerutkan alisnya. Ini berbeda dengan bayangannya tentang acara sastra. Dalam imajinasinya, acara ini akan dipimpin langsung oleh Perdana Menteri Wang dimana para calon sarjana dengan agak kaku mempresentasikan ide dan menampilkan bakat di hadapannya.
"Jika bisa mendapat perhatian perdana menteri, di masa depan masuk istana akan punya Jancuk."
Tak disangka suasana acara sastra begitu santai, ada anggur lezat dan hidangan enak, buah-buahan segar, lalu... juga banyak gadis muda cantik."
"Tuan Muda Xu, Nona Xu, silakan masuk dan duduk."
Seorang wanita dengan fitur wajah cantik dan aura anggun bangkit, memberikan salam dengan elegan.
Posturnya tinggi, wajah agak bulatnya terlihat kalem dan menawan, matanya bersinar terang. Saat tersenyum, terpancar sikap putri bangsawan yang anggun sekaligus kilau licik.
Xu Xinnian dan Xu Lingyue membalas salam. Yang pertama mengamati sejenak lalu berjalan ke kursi sebelah kiri, memilih tempat duduk kosong.
"Huiyuan Xu, sudah lama mendengar nama Anda."
Begitu duduk, para calon sarjana di sekitarnya mengangkat cawan anggur.
Ternyata selain aku, tidak ada murid Akademi Yunlu lain. Semua ini siswa Guozijian... Xu Xinnian dalam hati tegang, tapi tetap tersenyum tenang sambil mengangkat gelas.
Setelah berbincang sebentar, sikap sopan mereka justru mengejutkannya. Tak ada sindiran halus atau provokasi terbuka.
Dengan permainan kekuasaan dan kecerdikan Perdana Menteri Wang, provokasi terbuka itu tindakan kerdil... Xu Xinnian mengangguk halus, layaknya Perdana Menteri Wang, bahkan sebelum hadir sudah membuatku waspada.
Di sisi lain, Xu Lingyue ditempatkan di dekat Nona Wang yang tersenyum lembut: "Nona Xu tahun ini berusia berapa?"
Dengan suara lembut Xu Lingyue menjawab: "Tujuh belas tahun."
Nona Wang segera berkata: "Kakak berusia 19 tahun, bolehkah memanggilmu adik Lingyue?"
Siapa perempuan ini, bersikap seperti penguasa... Xu Lingyue tersenyum: "Aku ikuti kakak."
Nona Wang semakin antusias: "Kalau begitu, panggil saja aku kakak Simu."
Setelah mengobrol sebentar, Xu Lingyue baru tahu identitas perempuan lembut ini - putri sah Perdana Menteri Wang Zhenwen.
"Adik Lingyue sudah punya tunangan?" tiba-tiba Nona Wang bertanya.
Xu Lingyue menunduk malu: "Belum."
Seandainya yang bertanya pria, pasti Xu Lingyue marah. Tapi di sekeliling hanya perempuan, suara bicaranya pelan, apalagi lawan bicaranya putri keluarga Wang.
Nona Wang heran: "Pasti kakak-kakak lelaki di rumah sudah bertunangan. Adik juga harus segera."
Xu Lingyue meliriknya, menggelengkan kepala: "Dua kakak laki-lakiku belum menikah."
Belum menikah... Nona Wang tetap tenang: "Dengan bakat dua Tuan Xu, pasti sudah ada janji nikah sejak lama."
Gadis-gadis di sekitar diam-diam menyimak.
Baik Xu Xinnian yang tampan tiada tara maupun Xu Qi'an yang penuh kewibawaan - terutama yang terakhir, baru saja melalui pertarungan sihir, membuat para perempuan bangsawan ibukota penasaran.
Nona Wang tersenyum manis.
Tapi selalu ada pengecualian. Seorang gadis berbaju ungu berkata sinis:
"Keluarga Xu bagaikan ikan yang melompati Gerbang Naga. Dulunya Xu Qi'an hanyalah seorang Kuàishǒu di Kabupaten Changle, sedangkan Xu Pingzhi cuma Perwira Pengawal Pedang Kekaisaran. Dengan latar belakang seperti ini, keberuntungan terbesar Putri Xu mungkin hanya menikah dengan keluarga pedagang. Tapi sekarang, bukan tidak mungkin mereka bisa bergabung dengan klan besar."
Xu Lingyue tak bisa menebak latar belakang gadis ini. Ia pun membungkukkan kepala sambil membuat ekspresi sedih.
Melihat ini, para putri klan besar lainnya mulai menunjukkan ketidaksenangan pada gadis ungu tersebut.
Nona Wang memicingkan matanya dan berkata lembut: "Yan'er, bicaralah yang baik... Adik Lingyue, Yan'er ini keponakan Menteri Hukuman."
Keponakan Menteri Hukuman... Hati Xu Lingyue berdesir. Ia teringat kasus dulu saat Zhou Li, putra Wakil Menteri Keuangan, bersekongkol dengan Kementerian Hukuman untuk mengurung kakaknya di penjara bawah tanah.
Rupanya ini musuh lama.
"Kakak Yan'er memang blak-blakan, tapi ucapannya ada benarnya juga." Xu Lingyue menggelengkan kepala, memaksa diri menahan kesedihan sambil tersenyum pahit:
"Kakak sulungku hanya prajurit biasa, kakak keduapun tak punya jabatan resmi."
Gadis bernama Yan'er itu tersendat. Jika melanjutkan topik ini, berarti ia harus terus mengejek Xu Qi'an dan Xu Xinnian di depan umum - satu sedang duduk di sini, satunya lagi sedang naik daun.
"Sudahlah, mari kita 'minum teh'." Nona Wang memaksa mengakhiri percakapan.
Acara sastra berlanjut. Para calon sarjana membahas mulai dari puisi hingga urusan negara, sesekali bercanda dengan para putri bangsawan. Suasana terlihat cukup riang.
Xu Xinnian mendapati dirinya justru merasa cukup senang dalam percakapan itu. Ia mencari alasan, mengatakan pemandangan taman cukup indah, lalu membawa cawan anggur ke sisi sambil merenungkan konspirasi apa yang direncanakan Perdana Menteri Wang.
"Hampir musim berbunga, tapi malah layu?" Ia menatap kolam penuh daun teratai kering dengan bengong.
Tiba-tiba, suara lembut terdengar dari belakang: "Ini bunga teratai merah dari Qingzhou. Baru mekar di puncak musim dingin, lalu layu saat musim semi. Tapi iklim ibukota sangat berbeda dengan Qingzhou, jadi pertumbuhannya buruk dan nilai estetikanya rendah."
Saat menoleh, terlihat seorang wanita dengan fitur wajah elok.
Xu Xinnian kini sudah tahu statusnya. Ia memberi hormat: "Nona Wang."
"Panggil saja Simu," ujarnya.
……Xu Xinnian berkata: "Nona Simu."
Wang Simu tersenyum manis. Matanya mengikuti para sastrawan dan putri bangsawan yang meninggalkan kursi untuk menikmati pemandangan. Dengan suara merdu ia berbisik: "Puisi Jalan Berliku Karya Tuan Muda Xu telah kubingkai di kamar, kusaksikan setiap hari."
"Dalam hal puisi, kakak sulungku yang terbaik." Erlang menjawab dengan sikap sopan: "Tapi karya agung tercipta secara alami, kadang tangan terampil menemukan keajaiban. Aku pun pernah mengalami momen penemuan seperti itu."
Menggunakan karya kakak untuk memamerkan kehebatan di depan orang, Erlang merasa sangat tenang.
Sesama keluarga tak perlu bicara basa-basi. Karya kakak adalah milikku juga.
……
Xu Lingyue duduk di tepi kolam, rambutnya diterpa angin sepoi-sepoi sambil menatap pemandangan dengan rasa bosan.
"Acara sastra tidak menarik baginya, dia bukan bagian dari lingkaran pergaulan itu. Meski calon-calon sarjana muda yang Bu sebut memang cukup baik, tapi jika dibandingkan dengan Saudara Tertua dan Kakak Kedua, mereka masih jauh kalah, sekalipun semuanya adalah calon sarjana terpilih."
"Hmph!"
Dengusan dingin terdengar dari belakang. Gadis berbaju ungu mendekat, melototi Xu Lingyue sambil memaki: "Jalang kecil, tadi kau pura-pura lemah untuk apa?"
Xu Lingyue mengangkat kepala dengan ragu: "Apa maksud Kakak Yan'er? Aku... kapan aku pura-pura lemah?"
Gadis ungu itu tersenyum sinis: "Tipu daya receh seperti itu berani kau tunjukkan di hadapanku? Kau sendiri paling tahu sudah berlagak atau tidak. Dasar gadis hina dari keluarga preman kasar, pantaskah kau duduk di sini? Layakkah kau sejajar denganku?"
"Segera minggir dari Kediaman Wang! Jangan sampai kulihat wajahmu lagi."
Xu Lingyue mengerutkan kening: "Apakah Kakak Yan'er membenciku karena kakak sulungku?"
Gadis itu mendengus mengejek: "Setidaknya kau masih punya muka."
Alasan utamanya tentu karena Xu Qi'an yang menjadi musuh pamannya. Selain itu, si gadis kecil ini tadi sengaja berlagak lemah untuk memancing simpati para saudari, membuatnya terbentur perlawanan halus yang memalukan.
Gadis berbaju ungu itu belum pernah mengalami penghinaan seperti ini.
"Begitu memikirkannya, amarahnya semakin memuncak, iri hati akan kecantikan Xu Lingyue. Dengan kasar ia berkata: 'Jalang kecil sepertimu hanya punya trik-trik memalukan, berwajah genit seperti rubah. Nenek ini akan menjualmu ke rumah bordil, membuatmu merasakan penderitaan dunia!'"
Xu Lingyue langsung tersinggung, "Acara sastra ini dihadiri bersama Kakak Kedua. Undangan dari Kediaman Wang, mana mungkin aku pergi di tengah acara. Bagaimana kalau Kakak yang membantuku?"
Gadis baju ungu mengerutkan kening.
Saat itu, Xu Lingyue diam-diam mengulurkan tangan, mencubit pinggang gadis baju ungu dengan keras.
Gadis baju ungu memucat kesakitan, refleks mendorongnya.
Xu Lingyue "tersungkur" ke belakang, jatuh ke kolam.
"To...tolong...aku tidak bisa berenang... Kakak Kedua, selamatkan aku..."
Jeritan Xu Lingyue bergema, menarik perhatian para Kaisar Sastra dan nona bangsawan.
"Ada yang jatuh ke air! Ada yang tenggelam!"
"Cepat selamatkan! Seseorang tolong..."
Teriakan panik beruntun terdengar, kerumunan segera berhamburan mendekat.
Mendengar teriakan minta tolong, Xu Xinnian menoleh dan melihat adiknya terombang-ambing di air. Wajahnya berubah pucat, tanpa sempat pamit pada Nona Wang, ia berlari tergopoh-gopok.
"Braak..."
Ia melompat ke kolam, merangkul pinggang Xu Lingyue dan mengangkatnya ke permukaan. Dengan bantuan Nona Wang dan lainnya, Xu Lingyue berhasil ditarik ke darat.
"Cepat, cepat ambilkan mantel tebalku dari kamar." Nona Wang memerintahkan dayangnya dengan panik.
Tidak lama kemudian, dayang kembali membawa mantel. Nona Wang sendiri yang menyelimutkan mantel itu ke Xu Lingyue. Gadis itu terus merintih di pelukan kakak keduanya sambil menangis ying ying ying.
Orang-orang berkumpul di sekeliling mereka, mengamati perkembangan situasi dengan diam.
Wajah Xu Xinnian muram. Matanya menyapu pandang ke arah gadis berbaju ungu sebelum bertanya pelan: "Lingyue, ada apa ini?"
Xu Lingyue mengusap hidungnya yang merah. Rambut indahnya menempel di wajah ayu yang pucat, terlihat lemah dan menyedihkan saat ia tersedu-sedu:
"Aku... aku tidak tahu. Kakak ini menyuruhku pergi dari Kediaman Wang, bilang aku tidak pantas duduk semeja dengannya. Saat aku tidak menggubris, dia... dia mendorongku ke kolam."
Seketika semua mata tertuju ke gadis berbaju ungu. Para calon sarjana memandang Xu Lingyue yang memilukan, lalu melirik gadis arogan itu sambil diam-diam mengerutkan kening.
"Aku tidak melakukan itu!"
Gadis berbaju ungu itu wajahnya memerah marah. Telunjuknya menuding Xu Lingyue sambil membentak: "Bajingan! Kau berani memfitnahku? Yang sebenarnya kau yang lebih dulu mencubitku. Jangan percaya dia! Ini semua akal-akalan si jalang kecil ini. Dialah yang sengaja terjun ke air!"
Seorang putri bangsawan berkerut dahinya, berbisik: "Yan'er memang agak kasar, tapi tidak mungkin sampai mendorong orang ke kolam."
Gadis berbaju ungu itu melempar pandang syukur ke temannya, lalu dengan gesit menuding Xu Lingyue: "Benar! Dia yang sengaja menjatuhkan diri sendiri. Mau menjerumuskanku. Dasar perempuan licik berhati iblis!"
Orang-orang memandang Xu Lingyue dengan curiga.
Xu Lingyue mengabaikan tatapan sekitar, air mata jatuh berderai-derai sambil merintih:
"Kakak kedua, apakah Kakak Tertua pernah menyinggung seseorang? Kakak Yan'er ini bilang Kakak Tertua sering berseteru dengan pamannya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa pada Kakak, tapi bisa menjualku diam-diam ke rumah bordil."
Menjual ke rumah bordil... Murka Xu Xinnian langsung menyala hingga ubun-ubun. Ia menatap gadis berbaju ungu itu: "Aku belum tahu nona ini berasal dari keluarga mana."
Nona Wang menjawab dengan suara lirih penuh penyesalan: "Paman Yan'er adalah Menteri Sun dari Kementerian Hukuman."
Para calon sarjana langsung tersadar, wajah mereka menunjukkan ekspresi "oh begitu". Sebagai calon pejabat masa depan, mereka cukup memahami dinamika istana.
Perseteruan antara Menteri Sun dari Kementerian Hukuman dengan Xu Qi'an memang sudah mereka dengar, terutama lewat puisi termasyhur "Kasus Pelanggaran Suci - Persembahan untuk Menteri Sun".
Hingga kini masih sering jadi bahan perbincangan.
Dengan reputasi Xu Shikui sekarang, puisi ini pasti akan dikenang turun-temurun, membuat nama Menteri Sun terkutuk ribuan tahun.
Dengan demikian, motif Yan'er menjatuhkan adik Xu Shikui ke air menjadi sangat jelas.
"Kamu..."
Gadis berbaju ungu itu kembali terbungkam. Ucapannya memang tak bisa disangkal lagi. Tatapan sinis para sarjana di sekeliling membuatnya paham bahwa pembelaan sia-sia.
"Kau bilang adikku mencubitmu, cubit di bagian mana?" tanya Xu Xinnian.
"Pinggangku!" Mata gadis itu menyemburkan murka menyala-nyala.
Xu Xinnian mengangguk perlahan: "Gadis ini punya strategi bagus. Dia tahu kaum terpelajar tidak boleh melihat hal non-Li, jadi tidak bisa verifikasi. Semua hanya mengandalkan mulutmu untuk menjelaskan."
Gadis Berjubah Ungu terkejut, baru sadar alasan si jalang kecil mencubit pinggangnya. Kini, meski benar sulit dibuktikan.
"Kami bisa memeriksa." Seorang gadis berkata.
Xu Xinnian mengangguk: "Nanti cubit sendiri saja, pasti ada memar. Adikku bodoh dan tidak pandai bicara, sulit membela diri."
Gadis Berjubah Ungu dan teman dekatnya terdiam oleh serangan verbal Erlang.
Xu Xinnian tersenyum sinis: "Hari ini kalau tidak memberi penjelasan, urusan ini tidak akan selesai."
Mata Gadis Berjubah Ungu memerah marah: "Jangan terlalu arogan! Huiyuan kecil sepertimu berani apa? Berani perlakukan aku bagaimana?!"
"Prak!"
Xu Xinnian membalas dengan tamparan.
Gadis itu hampir terjatuh, pipi langsung bengkak. Tangan menutup wajah: "Kau... berani memukulku?!"
Semua terpana. Tak menyangka Xu Xinnian tegas memukul wanita tanpa ragu.
"Hari ini semua adalah saksi. Akan kuseret dia ke kantor. Mohon bantuan sebagai saksi nanti."
Xu Xinnian menatap dingin: "Bukan ke Kementerian Hukuman atau prefektur. Ajak gadis ini ke kantor Penjaga Malam."
Wajah semua orang berubah pucat.
“Tempat apa itu kantor Penjaga Malam? Begitu masuk ke dalam, bahkan perintah Menteri Hukuman pun tak akan mempan. Jika benar-benar diperkarakan, tindakan mendorong orang ke air bisa divonis sebagai percobaan pembunuhan. Penjaga Malam benar-benar mampu melakukan ini.”
“Meskipun Menteri Hukuman berusaha mati-matian menolong, setelah keluar nama baik keluarga gadis itu akan hancur. Apakah dia masih bisa menikah dengan keluarga sederajat di masa depan?”
Mata gadis berbaju ungu memancarkan ketakutan. Ia bergegas mendekati Nona Wang sambil menangis: “Kakak Simu, tolong aku... Aku tidak mau pergi ke kantor Penjaga Malam.”
Wang Simu segera menatap Xu Lingyue. Gadis itu dengan poker face memalingkan muka.
Perempuan ini juga bukan orang baik... Pikiran ini muncul di benak Nona Wang. Ia lalu menatap Xu Xinnian dan berbisik:
“Tuan Xu, Yan'er hanya melakukan kesalahan tidak disengaja. Biar kusuruh dia minta maaf dan mengganti kerugian adik Lingyue. Bisakah kita selesaikan ini secara baik dengan melihat wajahku?”
Ia juga dalam posisi sulit. Karena acara sastra ini diadakan di kediamannya, jika membiarkan Xu Xinnian membawa pergi orang pasti akan menimbulkan ketidakharmonisan antara Menteri Hukuman dan ayahnya.
Menghentikan Xu Xinnian berarti membuatnya tersinggung... Ini yang tidak diinginkan Wang Simu. Maka ia memilih menyelesaikan perselisihan secara diam-diam tanpa melapor ke pihak berwajib.
“Baik, demi menghormati Nona Wang, aku tidak akan melaporkan ini.” kata Xu Xinnian.
Saat itu juga, Nona Wang mengajak saudara-saudara Xu ke ruang samping untuk merundingkan ganti rugi dan permintaan maaf.
“Yan'er memiliki karakter yang bandel dan semena-mena, melakukan kesalahan seperti ini seharusnya memberi ganti rugi dan permintaan maaf... Bagaimana dengan 500 liang perak?” Nona Wang menatap dengan sorot mata indah.
“Uang perak hanya urusan kecil, yang utama adalah melihat sikapnya.” Xu Xinnian berkata datar.
Wang Simu melirik gadis berbaju ungu, yang terakhir ini dengan perasaan terhina menunduk dan meminta maaf.
Barulah Xu Xinnian mengangguk, berkata: “Seribu liang, kurang satu wen berarti rencana pembunuhan.”
“......Setuju.”
Wang Simu tersenyum lembut dengan wajah ramah: “Tuan Muda Xu cepat antar adik Lingyue pulang ganti baju kering, jangan sampai masuk angin.”
Maka Nona Wang menyuruh orang mengambil uang kertas seribu liang, mengucap ribuan terima kasih sambil menyerahkan pada Xu Xinnian, lalu mengantarkan kakak-beradik itu keluar kediaman.
Di dalam kereta, Xu Xinnian menyerahkan uang kertas seribu liang pada Xu Lingyue: “Adik, simpan baik-baik uang ini, nanti akan jadi bagian dari maharmu.”
Ia menekan bahu Xu Lingyue sambil berkata santai: “Darah mendidih, angin jahat takkan menembus.”
Xu Lingyue merasakan aliran hangat mengalir dalam tubuhnya, mengusir rasa dingin.
Ia menghela napas lega dan berbisik: “Kakak kedua, ini salahku, membuatmu harus pulang lebih awal.”
Xu Xinnian melambai tangan: “Lebih baik pulang awal, sejujurnya aku tak begitu yakin menghadapi Perdana Menteri Wang. Manfaatkan sebelum dia datang, ini disebut strategi menghindar, tindakan pria terhormat.”
Berhenti sejenak, lanjutnya: “Tapi Nona Wang itu, tidak sederhana ya.”
"Xu Lingyue bertanya: "Nona Wang memiliki karisma luar biasa, menangani segala sesuatu dengan tertata rapi, bisa menguasai situasi."
Dari awal sampai akhir, dialah yang mengurus semuanya. Padahal ini bukan urusannya, tapi "pengakuan salah"-nya sangat baik, menunjukkan jiwa pemimpin."
Xu Xinnian menyeringai: "Ini baru satu aspek. Kau jatuh ke air, tapi dia tidak menahanmu di kediamannya untuk ganti baju. Ini sekaligus peringatan untuk si gadis brengsek keluarga Menteri Hukuman, juga pesan untuk kita berdua."
"Lingyue, kau sengaja menjatuhkan diri ke air kan?"
Xu Lingyue berbisik lembut: "Kak, tahukah kenapa Kakak Tertua lebih disukai daripada kamu?"
Xu Xinnian langsung tersulut ambisinya: "Aku selalu lebih disukai daripada dia!"
Xu Lingyue menggelengkan kepala: "Kalau Kakak Tertua, pasti sekarang dia sudah menanyakan kabar dengan penuh perhatian dan menyalahkan diri karena tidak melindungiku. Dia paham semuanya, tapi takkan mengungkitnya."
Wajah Xu Xinnian mendadak kaku.
……
"Menangis kenapa?"
Nona Wang memegang saputangan, mengusap air mata gadis berbaju ungu sambil tersenyum: "Kau putri sah, sejak kecil sok jago di kediaman ini, tak ada yang berani lawan."
"Banyak hal sebenarnya kau pahami, tapi sifat bawaanmu membuatmu lebih suka konfrontasi langsung. Ini tidak baik. Nanti setelah menikah, kau akan menderita."
"Itu si jalang kecil sengaja jatuh sendiri!" gadis berbaju ungu merengek penuh kekesalan.
"Itu tidak penting. Yang penting bagaimana persepsi orang. Kalau mereka mengira kau yang mendorong, ya berarti kau yang mendorong." Nona Wang tersenyum.
"Kakak tidak mau membelaku!" gadis berbaju ungu menggerutu kesal.
“Aku tidak bisa melawan kedua kakak-beradik itu.” Nona Wang tersenyum manis.
Hatinya riang, hasil investigasinya melimpah. Pertama, Xu Ci-Jiu belum menikah dan tidak memiliki ikatan pernikahan. Kedua, dia telah memahami karakter adik perempuan Keluarga Xu.
Ketiga, meski interaksinya singkat, sifat dan kepribadian Xu Xinnian sangat cocok dengan seleranya.
Tampan, berkarakter tegas, cerdas, mandiri dan licik. Yang lebih penting, dia berani membela keluarga meski harus bermusuhan dengan Menteri Hukuman.
Sejak zaman kuno, pria jenius dan visioner tak terhitung jumlahnya - yang pintar, licik, kejam... Semua itu membosankan, karena mata mereka hanya tertuju pada ambisi kekuasaan, jarang yang menempatkan perempuan keluarga di prioritas utama.
Mampu membesarkan anak-anak yang licik seperti ini, serta memelihara keponakan berbakat luar biasa, pastilah Ibu Pemimpin Keluarga Xu adalah sosok yang luar biasa.
Sorot mata tajam berkilat di pupil Nona Wang, dipenuhi semangat kompetitif.
