Nuo Yuhui butuh dual cultivation dengan pria bernasib. Meski jadi Guru Negara, dia tak mau dual cultivation dengan Yuanjing...
Taois Kim Lien mungkin tahu aku punya nasib. Beliau berulang minta obat pada Nuo Yuhui dan menyuruhku yang mengambil...
“Sebelum berangkat ke Chu, Nuo Yuhui meminta Chu Yuanzhen mengirimkan sebilah pedang talisman padaku...”
“Saat menjaga biji teratai di Jianzhou, Taois Kim Lien memaksaku menerima jimat ini. Dia bilang panggil Nuo Yuhui saat darurat, dan ternyata dia benar-benar datang...”
Berbagai detail yang terlihat wajar maupun tidak wajar, satu per satu melintas di otak Xu Qi'an.
“Kalau begini caranya, kepalaku bisa pusing tujuh keliling!” Ekspresi rumit terpancar dari wajahnya.
“Tapi kudengar Guru Negara tidak memilih dual cultivation dengan Yuanjing.”
Xu Qi'an menenangkan emosinya, lalu berbicara dengan nada santai seolah mengobrol:
Permaisuri mengangkat pandangan ke atas sambil berpikir, lalu menggelengkan kepala:
“Hmm... Entahlah. Aku sering menasihatinya, lebih baik menyerahkan diri pada Kaisar Yuanjing saja. Memilih kaisar sebagai rekan sejalan pun takkan merendahkan martabatnya.”
“Tapi sepertinya dia tidak puas dengan Kaisar Yuanjing dalam segala hal. Tidak, aku bisa merasakan sikap meremehkannya terhadap sang kaisar.”
Meremehkan semua aspek, bukan sekadar karena nasibnya tak cukup... Sorot mata Xu Qi'an berkilat saat bertanya:
“Untuk wanita berlevel kultivasi seperti Guru Negara, tentu tak akan seperti perempuan biasa yang terikat pada San Cong Si De dan aturan kuno semacam itu.”
Permaisuri mengangguk, “Nuo Yuhui memang tidak demikian. Tapi memilih rekan sejalan itu urusan sangat prinsipil, apa hubungannya dengan aturan kuno?”
“Nuo Yuhui ini benar-benar seekor hiu...” Hati Xu Qi'an terasa berat.
“Dual cultivation adalah memilih rekan sejalan, ini menunjukkan keseriusan Nuo Yuhui dalam urusan perempuan. Jadi setelah mengevaluasi Kaisar Yuanjing, dia benar-benar hanya meminjam nasib untuk menekan api karma, tidak pernah terpikir untuk dual cultivation dengannya.”
“Jika spekulasi saya tadi benar, Nuo Yuhui juga sedang mengevaluasi saya.”
“Begitu dia merasa tidak masalah mencoba dual cultivation dengan saya, itu berarti dia akan memilih rekan sejalan.”
“Mengingat pentingnya rekan sejalan bagi bibik, ditambah tingkat Dua -nya sebagai ahli bela diri, kalau dia memilihku, apakah ikan-ikan di kolamku masih punya jalan hidup?”
“Kalau begini, ekor tiba-tiba tidak bisa membesar lagi...” dalam hatinya menggerutu.
“Segala hal ada untung ruginya. Keuntungannya, kartu lawanku bertambah satu. Jika terpaksa, aku bisa menjual diri ke Nuo Yuhui untuk imbalan.”
“Tentu saja, syaratnya dia harus cukup puas denganku, menempatkanku di urutan pertama kandidat rekan sejalan.”
“Hmm, cari kesempatan untuk mengujinya.”
“Mengapa kau bertanya sedetail ini?” Permaisuri bertanya curiga.
“Kalau bisa menjadi rekan sejalan Guru Negara yang memesona seperti itu, itu benar-benar berkah delapan kehidupan.” Xu Qi'an dengan sengaja berkeluh kesah.
“Jangan bermimpi! Dengan modal segini, mana mungkin Nuo Yuhui tertarik padamu.”
Reaksi Permaisuri luar biasa keras, satu porsi ejekan pedas dilontarkan.
Lalu, dengan gerakan tak disengaja meraba tasbih bodhi di pergelangannya, dia berkata datar: “Memang Nuo Yuhui punya Se, tapi bilang sampai level mengguncang kota dan negara, itu berlebihan.”
"Selesai bicara, dia menaikkan dagu, memandang Xu Qi'an dengan pandangan meremehkan."
"Postur ini jelas mengatakan 'Lihat aku, lihat aku', 'Akulah wanita tercantik pertama di Kekaisaran Feng'."
Xu Qi'an mengejek dengan nada tidak sudi: "Coba kamu pulang ke kamar dan bercerminlah."
Permaisuri murka, mengambil kerikil kecil dan menghantamnya.
"Baiklah, Guru Negara masih jauh kalah dibandingmu." Xu Qi'an menjawab dengan setengah hati.
Permaisuri masih tak mau menyerah, memegang tasbih bodhi, bersikeras ingin menunjukkan wajah aslinya untuk membuktikan apakah Nuo Yuhui atau dirinya yang lebih cantik.
"Pikir baik-baik, ini ibukota. Jika kamu melepas gelang itu, mungkin besok Sitianjian langsung mengirim pasukan untuk menangkapmu." Xu Qi'an mengancam.
Permaisuri langsung menjadi pengecut.
Kepala Divisi tetaplah Kepala Divisi, Sitianjian adalah Sitianjian. Pengetahuan yang dimiliki Kepala Divisi belum tentu diketahui oleh ahli sihir lain di Sitianjian. Jika mereka melihat pertanda menakjubkan dari Permaisuri, mungkin langsung melapor ke istana.
Meski Xu Qi'an bisa menghentikan, tapi sekaligus akan membocorkan rahasianya menyembunyikan janda Pangeran Huai.
"Sekali rahasia diketahui orang, akan sulit dijaga."
Selain itu, ada rahasia kecil yang tak bisa diungkap - dia takut melihat wajah asli Permaisuri. Wanita yang tersembunyi itu terlalu menyilaukan, sempurna layaknya bukan makhluk duniawi.
Meski menghadapi perempuan berpenampilan biasa, Xu Qi'an tetap merasakan rasa sukanya yang semakin bertambah. Apalagi jika bertemu gadis tercantik itu, dia tak bisa menjamin tak akan melakukan sesuatu malam ini.
"Contohnya membuatnya memahami apa arti buah matang yang jatuh dengan sendirinya."
"Meski pujian Xu Qi'an pada Luo Yuhui membuat wanita tercantik pertama di Kekaisaran Feng ini sedikit tidak nyaman, secara keseluruhan hari ini cukup menyenangkan baginya."
"Maka keesokan paginya sebelum Xu Qi'an pergi, dia membuat mi untuk Xu Qi'an."
……
"Lengket dan lembek, jelas terlalu matang. Bubuk ayam segini banyak, mau membunuhku kah... Nanti akan kubuatkan dia mencicipi masakanku, biar belajar yang benar."
"Sambil menggerutu, Xu Qi'an masuk ke rumah bordil, mengubah wajahnya, mengganti pakaian, lalu pulang ke rumah."
"Setelah berlatih kultivasi selama dua shichen, dia menaiki kuda betina kesayangannya dan pergi ke rumah bordil kelas atas dengan derap kaki kuda."
"Setelah menunggu lama di ruang VIP yang familiar, Song Tingfeng dan Zhu Guangxiao datang terlambat dengan seragam Penjaga Malam, membawa gembrekan tembaga dan menggenggam golok."
"Karena ada urusan penting, mereka tidak memanggil gadis simpanan. Bertiga duduk mengelilingi meja sambil menonton pertunjukan di aula bawah, minum arak dan mengunyah kacang goreng."
"Bagaimana dengan investigasi yang kuminta?" Xu Qi'an menyentil Song Tingfeng.
"Tadi malam benar ada sekelompok orang berjubah hitam masuk Kota Dalam lewat gerbang tembok selatan. Mereka memperingatkan penjaga gerbang untuk tidak bocorkan informasi.Hah, orang utara dari Chu ini tak tahu ibukota adalah wilayahku. Hanya dengan uang perak satu qian, aku dapat informasi dari penjaga yang bertugas malam itu."
Song Tingfeng meneguk anggur kecil, mengeluarkan suara "Ah", lalu berkata: "Mereka tidak masuk ke Kota Kekaisaran, menghilang setelah memasuki Kota Dalam. Pagi ini kami sudah meminta bantuan para Gong Perak yang berpatroli di Kota Kekaisaran untuk menyelidiki, benar-benar tidak ada yang melihat mata-mata itu masuk."
Tidak masuk ke Kota Kekaisaran?
Hengyuan dipenjara di suatu tempat di Kota Dalam? Tidak, mungkin juga dikirim masuk ke Kota Kekaisaran melalui jalur rahasia, bahkan sampai ke istana, seperti cara Pangeran Pingyuan menyelundupkan populasi yang diculik ke dalam Kota Kekaisaran.
"Daozhang mengatakan Master Hengyuan tidak akan terancam nyawa dalam waktu dekat, memberi kita waktu yang cukup longgar. Jangan terburu-buru. Jika Hengyuan dibawa ke istana, maka saat menyelamatkannya kita pasti akan berkonfrontasi dengan Kaisar Yuanjing."
"Jika demikian, aku harus mempersiapkan jalan mundur dan persiapan matang, tidak bisa gegabah dalam penyelamatan..."
Sambil berpikir cepat, Xu Qi'an berkata: "Beritahu semua kalian yang sedang patroli, jika menemukan keanehan di Kota Dalam atau melihat mata-mata berjubah hitam dan bertopeng, segera laporkan padaku."
Zhu Guangxiao mengangguk, mengeluarkan suara "Hmm".
Song Tingfeng tiba-tiba menambahkan: "Ngomong-ngomong, kudengar tiga hari lagi rombongan utusan ras siluman dari utara akan tiba di ibukota."
Utusan ras siluman ke ibukota? Dua ras itu baru saja menghancurkan Kota Chu, berani masuk ibukota? Xu Qi'an mengerutkan kening:
"Aku tidak dengar kabar ini."
Song Tingfeng terkekeh: "Yang Mulia mengadakan sidang kecil kemarin untuk membahas hal ini secara rahasia. Jiang Jin memberi tahu kami saat minum di Jiaofangsi tadi malam."
"Perang di utara saya tahu, berdasarkan keterlambatan penyampaian informasi, pertempuran di utara seharusnya sudah dimulai sejak lama. Tapi meski begitu, pengiriman utusan siluman utara ke ibukota jelas menunjukkan situasi perang yang tidak menguntungkan..." Xu Qi'an bergumam pelan:
"Dua ras siluman ini terlalu lemah, sudah minta bantuan secepat ini?"
Hubungan antara siluman utara, Kekaisaran Feng, dan Sekte Wu Shen adalah hubungan penyeimbang tiga pihak.
Song Tingfeng berkata: "Kavaleri Jing adalah yang terhebat di sembilan provinsi. Sebelum Pertempuran Shanhaiguan, kavaleri barbar bisa bersaing dengan kavaleri Jing. Setelah Pertempuran Shanhaiguan, ahli kuat barbar habis terbunuh, sekarang kavaleri Jing menguasai sembilan provinsi."
"Menurutku perang di utara tidak akan berlarut-larut, suku barbar utara tidak akan bertahan sampai akhir tahun ini."
Zhu Guangxiao menambahkan: "Setelah kematian Jilizhigu, ras siluman hanya punya Zhu Jiu. Sedangkan Sekte Wu Shen tidak kekurangan ahli kuat level tinggi. Lagipula, medan perang adalah wilayah utama dukun. Kemampuan Sekte Wu Shen mengendalikan prajurit mayat sangat mengerikan."
Zhu Jiu masih belum pulih dari luka beratnya setelah pertempuran di Kota Chu... Xu Qi'an menganggukkan kepala, "Memang masuk akal."
Zhu Guangxiao menghela napas: "Dibandingkan kemampuan ekonomi Feng yang semakin merosot, tiga negara di bawah Sekte Wu Shen justru semakin makmur. Kalau bukan karena masih ada Tuan Wei..."
Zhu Guangxiao dan Song Tingfeng adalah Penjaga Malam yang mengawasi para pejabat. Wawasan mereka cukup luas untuk jelas melihat kemerosotan kemampuan ekonomi Feng.
Semakin tahun semakin buruk.
"Namun kekhawatiran akan nasib negara dan rakyat, segera tergantikan oleh suara tawa manja para nyonya kecil."
Song Tingfeng dan Zhu Guangxiao masing-masing memilih seorang gadis cantik, memeluk mereka masuk kamar untuk bekerja keras.
Xu Qi'an duduk sendirian di samping meja, diam-diam meneguk arak, memandangi pertunjukan opera di aula tanpa ekspresi.
……
Malam hari, ruang baca Erlang.
Xu Qi'an memegang cangkir teh, setelah mendengar hafalan Erlang, mengerutkan kening: "Hanya segini?"
"Belakangan ini banyak urusan di Akademi Hanlin. Pengadilan ingin menyusun kitab strategi militer, aku tak punya waktu untuk menghafal catatan harian almarhum kaisar." Erlang menjelaskan dengan pasrah.
"Menyusun kitab strategi militer?"
"Setiap kali ada perang, menyusun kitab strategi adalah tradisi." Erlang meneguk teh, berkata:
"Kuberi tahu satu hal. Tiga hari lagi, rombongan utusan bangsa siluman utara akan masuk ibu kota. Perang di utara berkobar seperti api, tidak ada halangan, pengadilan akan mengirim pasukan untuk mendukung bangsa siluman."
"Sebenarnya sejak kabar dari Chu tiba, pengadilan sudah memutuskan ini, hanya perlu dipersiapkan. Hah, sederhananya ini untuk membakar semangat persatuan. Besok Guozijian akan mengadakan acara sastra di Kota Kekaisaran, tujuannya menyebarkan pemikiran pro-perang."
Huaiqing pernah memberitahuku ini. Oh ya, aku harus menemaninya ke acara sastra... Xu Qi'an teringat.
Di kehidupan sebelumnya ia tak pernah mengalami perang, tapi banyak membaca sejarah kuno-modern, bisa memahami maksud yang ingin Erlang ungkapkan.
Setiap kali perang, mobilisasi adalah taktik klasik sepanjang masa. Harus menjelaskan pada rakyat alasan perang dan makna di balik pertempuran.
Tentu saja, di zaman ini, yang harus digerakkan oleh pengadilan bukanlah rakyat biasa, melainkan kelas birokrat terpelajar.
"Kalau begitu, apakah catatan harian kaisar yang kubawa ini berguna untukmu, Saudara Tertua?" Erlang bertanya.
"Ada!"
Xu Qi'an memberikan jawaban pasti, lalu berkata:
"Dari catatan harian ini terlihat bahwa frekuensi almarihum kaisar meminta petunjuk Sekte Manusia tentang metode keabadian tidak banyak, tapi juga tidak sedikit. Ini menunjukkan dia masih menyimpan sedikit khayalan tentang keabadian.
"Tapi karena alasan tertentu, dia sama sekali tidak berkhayal berlebihan tentang keabadian. Untuk sementara, aku belum melihat keinginan almarihum kaisar untuk bertapa."
"Almarihum kaisar memang tidak pernah bertapa." Erlang menyelesaikan kalimatnya, lalu mengerutkan kening: "Karena alasan tertentu?"
Almarihum kaisar adalah orang pintar yang mengetahui batas kemampuannya... Xu Qi'an tersenyum tanpa memberikan penjelasan, kemudian melanjutkan:
“Almarhum kaisar sampai meninggal dunia tidak pernah bertapa, tapi dia memang punya khayalan tentang pertapaan. Kutebak mungkin pengaruh almarhum kaisar yang mempengaruhi Kaisar Yuanjing. Teruskan membaca catatan harian kaisar, catat secepatnya.”
Keesokan harinya, hujan deras mengguyur braak-braak, angin menggulung percikan hujan membawa hawa dingin.
Air hujan mengalir di sepanjang bubungan atap, membentuk tirai-tirai mutiara air.
Musim panas perlahan merangkak ke ujung, tunas-tunas hijau di sawah mulai menunjukkan tanda-tanda kekuningan.
Hari ini libur kerja, Erlang Xu berdiri di bawah bubungan atap berkata dengan perasaan campur aduk: "Sepertinya acara sastra tidak jadi kita datangi."
Xu Qi'an keluar dari kamar, berdiri sejajar melihat hujan, tersenyum: "Aku juga berpikir begitu, jadi Erlang, pinjamkan tanda pejabatmu."
Di seberang kedua saudara itu adalah Paviliun Timur, Xu Linyin berdiri di bawah bubungan, mengayunkan sebatang ranting, terus-menerus "memenggal" tirai air di bawah atap, tak kenal lelah.
Sepatu kecil dan ujung celananya sudah basah kuyup oleh air hujan.
Saat ini, Lina masih tidur nyenyak, Li Miaozhen di kamar sedang bersila untuk kultivasi, Paman Xu Er mengenakan jubah hujan dan topi anyam, dengan sedih pergi bertugas.
Xu Qi'an hari ini juga ada urusan, dia harus pergi ke Kuil Lingbao untuk dua hal: Pertama, menguji sikap sebenarnya Nuo Yuhui terhadapnya.
Kedua: Bertanya tentang kisah Pemimpin Sekte Manusia generasi sebelumnya.
……
Hujan lebat, kereta Wei Yuan melaju di tengah tirai hujan, rintik-rintik terus menerpa kanopi kereta, berbunyi kretak-kretak.
Jubah hijau besar membuka jendela kereta, diam-diam memandang hujan yang mengaburkan dunia.
Tiba-tiba, air hujan seakan membeku sesaat, bagai ilusi.
"Hujan bisa membersihkan debu, tapi tak mampu menyucikan hati manusia."
Ucapan penuh renungan terdengar dalam kereta, suaranya bernuansa dekaden.
Wei Yuan masih memandang tirai hujan, berkata datar: "Pemandangan hujan di Gunung Qingyun, apa kurang indah dibanding di sini?"
Muncul tanpa suara, Dekan Zhao Shou dengan wajah serius: "Setelah Pertempuran Shanhaiguan, Kekaisaran Feng seharusnya berkembang pesat, tapi karena, karena..."
Zhao Shou beberapa kali hendak berbicara, namun menyadari dirinya tak bisa mengingat apa pun.
"Karena terjadi perubahan di tengah jalan. Pada akhir Tahun Inspeksi Ibukota, patung di Jurang Abyss retak. Patung di Timur Laut juga demikian. Pada akhirnya, kau hanya berhasil membeli waktu dua puluh tahun untuk Kekaisaran Feng dan kerajaan manusia. Selama bertahun-tahun ini, aku terus berpikir: seandainya Kepala Divisi tidak berdiam diri saat itu, hasilnya pasti berbeda."
Wei Yuan tetap tanpa ekspresi, nada datar: "Manusia merencanakan, surga menentukan. Di dunia ini, tak ada hal yang akan berjalan sesuai keinginanmu Zhao Shou, atau keinginanku. Kepala Divisi sejak awal bukanlah sekutu kita."
Zhao Shou mengangguk, berkata: "Gu Shen adalah dewa dan iblis kuno, namun tak berakar. Tapi Wu Shen berbeda, k menguasai Timur Laut, mengendalikan jutaan makhluk hidup. Nasib kerajaan manusia, setidaknya sepertiganya berada di tangan k."
"Jika k melepas segel, sembilan provinsi takkan mampu menahan. Kecuali cendekiawan Konfusian hidup kembali."
Wei Yuan menghela napas: "Aku yang akan menghadang. Sejak tahun lalu aku sudah mulai merancang strategi."
Zhao Shou menatapnya tajam: "Bagaimana jika kau gagal?"
Wei Yuan tersenyum: "Pernahkah kau melihatku kalah?"
……
Kereta kuda perlahan berhenti di depan gerbang istana.
Nangong Qianrou melepaskan tali kekang, mendorong pintu kereta: "Ayah angkat, kita sudah sampai."
Matanya menyapu kabin. Selain Wei Yuan, tak ada orang lain. Tapi saat mengendalikan kuda, intuisi instingtifnya sebagai petarung menangkap sesuatu yang aneh - lenyap dalam sekejap.
Nangong Qianrou membuka payung kertas berminyak besar, memandu Wei Yuan turun. Rintik hujan berdentum kreek-kreek di atas payung.
“Wei Yuan menerima payung, berkata dengan datar: "Tunggu aku di sini."”
“Dia memayungi diri, masuk ke istana sendirian. Jubah hijau melambai-lambai dalam hujan angin, bagai seorang diri menghadapi hujan deras mengamuk di dunia.”
“Bab 204 Rombongan Utusan Bangsa Siluman”
“Untuk menyamarkan identitas, Xu Qi'an tidak menaiki kuda betina kesayangannya. Kuda seindah Meiren di antara kuda seperti itu mudah dikenali orang.”
“Hujan mengguyur deras. Ia menaiki kereta Kediaman Xu, roda berputar menuju Kota Kekaisaran.”
“Kereta dihalangi di gerbang Kota Kekaisaran. Penjaga yang melihat karakter 'Xu' di badan kereta tak berani lengah, segera memeriksa.”
“Di seluruh ibukota, hanya satu keluarga Xu yang boleh masuk Kota Kekaisaran. Tapi di keluarga Xu ini, seseorang pernah memenggal adipati hingga bermusuhan dengan keluarga kerajaan, ningrat, dan kelompok bangsawan.”
“Sama sekali tidak boleh melepasnya masuk ke Kota Kekaisaran.”
“Xu Qi'an membuka tirai kereta, mengulurkan kartu jabatannya.”
“Setelah diperiksa penjaga, tetap tidak diizinkan masuk. Mereka memanggil baihu Pasukan Yulin.”
“Baihu Pasukan Yulin bergegas datang dalam hujan deras. Setelah mengamati kartu jabatan, ia menatap pemuda tampan yang duduk tegak dalam kabin. Setelah mengamatinya beberapa saat, ia bertanya:”
“"Yang Mulia Xu hari ini libur kerja?"”
“Xu Qi'an tidak mengenakan jubah kebesaran Erlang, hanya memakai pakaian sipil.”
“Xu Xinnian adalah akademisi Hanlin di Akademi Hanlin yang berlokasi dalam Kota Kekaisaran, sehingga berhak masuk. Tapi karena hari ini libur kerja, baihu Pasukan Yulin baru bertanya demikian.”
"Penjaga Kota Kekaisaran sangat waspada terhadap keluarga kita. Aku yakin, jika aku sendiri yang datang, meski ditemani Huaiqing atau Lin'an, mungkin tidak akan diizinkan masuk istana. Ini efek samping dari insiden teriak-teriak di Gerbang Meridian dan penculikan dua adipati..." Ia menirukan suara Erlang dengan tenang:
"Hamba akan mengunjungi Perdana Menteri."
Mengunjungi Perdana Menteri... Perwira Baihu Pasukan Yulin mengamatinya beberapa saat, akhirnya mengangguk: "Persilakan Yang Mulia Xu masuk."
Kereta melintasi gerbang kota, memasuki Kota Kekaisaran, bergerak menuju kediaman resmi Perdana Menteri Wang.
Pasukan Yulin di atas tembok menyaksikan kereta menjauh - arahnya benar.
Setelah seperempat jam perjalanan, Xu Qi'an berkata: "Belok kiri."
Kusir menuruti, mengubah arah. Kereta menyimpang dari rute semula. Di bawah arahan Xu Qi'an, kusir yang belum pernah ke Kota Kekaisaran ini berhasil mengantarkan Xu Dalang ke depan Kuil Lingbao berkat teknik mengemudi yang mumpuni.
Xu Qi'an turun dengan payung. Setelah pemberitahuan dari Taois muda penjaga pintu, seperti diduga, ia berhasil masuk ke Kuil Lingbao.
Ia tidak lupa menyuruh kereta masuk melalui pintu samping kuil, bukan berhenti mencolok di depan gerbang.
Jika Kaisar Yuanjing si tokoh besar itu kebetulan datang untuk bertapa dan melihat kereta ini, situasinya akan runyam.
Melewati berbagai paviliun dan halaman kecil yang memuja nenek moyang Sekte Manusia, mereka tiba di area terdalam Kuil Lingbao. Di ruang meditasi halaman terpencil itu, terlihatlah Guru Negara dengan kecantikan tiada tara.
“Ekspresinya datar, aura dingin yang memancarkan keanggunan murni tak ternoda dunia, bagaikan bidadari surgawi.”
“Huaiqing juga seorang wanita cantik yang dingin dan angkuh, namun aura Huaiqing lebih condong pada keanggunan dan kesombongan. Sedangkan kedinginan Nuo Yuhui, dipadukan dengan pakaiannya dan sinabar merah menyala di alisnya, menonjolkan kesucian dan nuansa surgawi.”
“Saat ini, menyaksikan kembali kecantikan Guru Negara, Xu Qi'an merasakan perubahan kecil dalam ketenangan pikirannya: Dia adalah wanita yang bahkan di ranjang pun takkan kuhina.”
“Pikiran berikutnya: Untung Guru Negara tak menguasai keterampilan membaca pikiran aliran Buddha, atau mungkin aku langsung tumbang di tempat.”
“Nuo Yuhui duduk bersila di sisi meja, di mana dua cangkir teh panas telah tersedia.”
“Xu Qi'an dengan spontan duduk, menyeruput tehnya. Matanya langsung memancarkan kilatan cahaya samar: 'Teh luar biasa!'”
“Rasa awal sedikit sepat, menggenang di lidah tiga detik lalu langsung berubah manis. Setelah ditelan, sisa rasa tetap melekat di bibir dan gigi, tak kunjung hilang.”
“'Sayang sekali.'”
“Nuo Yuhui menggelengkan kepala sambil mendesah pelan.”
“'Sayang apa?'”
“Xu Qi'an bertanya secara spontan.”
“'Teh ini ditanam oleh seorang teman Yang Mulia. Hasilnya hanya setahun sekati, yang sampai ke sini cuma tiga-empat liang. Sayangnya, dia sudah lama menghilang tanpa jejak.' Kata Nuo Yuhui.”
“Bibik, aku merasa ada makna tersembunyi dalam perkataanmu?”
“Hmm, teh ini ditanam oleh Permaisuri... Aku menemukan lagi kelebihan Permaisuri. Nanti kukurung dia di ruang gelap, takkan kuberi makan sebelum bisa menanam teh...”
"Sungguh disayangkan." Xu Qi'an berkata dengan wajah tenang.
Nuo Yuhui meliriknya sekilas, suaranya lembut namun datar: "Ada keperluan apa?"
"Yang Rendah Hati ingin bertanya tentang Pemimpin Aliran Ren sebelumnya dan almarhum kaisar." jawab Xu Qi'an.
"Mengenai ayahku dan almarhum kaisar?"
Nuo Yuhui balas bertanya dengan nada terkejut.
"Aku telah memeriksa catatan harian almarhum kaisar. Meski tidak pernah bertapa, beliau cukup tertarik pada metode panjang umur. Apakah beliau pernah mencoba kultivasi?" Xu Qi'an langsung menembak.
Nuo Yuhui bergumam sejenak: "Ayahku meninggal dalam Ujian Langit."
Apa hubungannya dengan pertanyaanku...
"Sebenarnya dia tidak harus mati. Tapi karena Kepala Divisi melarang Sekte Manusia pindah ke Kota Kekaisaran, ayahku terjebak api karma dan binasa dalam Ujian Langit." Nuo Yuhui menjelaskan dengan datar:
"Karena itu, almarhum kaisar tidak pernah bertapa."
Almarhum kaisar tidak pernah bertapa... Xu Qi'an mengerutkan kening.
"Bagaimana hasil penyelidikanmu terhadap Yuanjing?" Sorot mata Nuo Yuhui mengintai.
Setelah beberapa detik ragu, Xu Qi'an menggigit gigi dan memberanikan diri: "Guru Negara, apakah Anda tahu bahwa pemilik nasib tak bisa abadi?"
Nuo Yuhui menatapnya. Baru saat ini Xu Qi'an merasakan sang Guru Negara benar-benar menatapnya, menatapnya langsung.
"Yang benar adalah: mereka yang terbebani nasib takkan meraih keabadian." Dia mengoreksi.
Ternyata Nuo Yuhui tahu. Lalu mengapa dia tidak heran dengan obsesi Kaisar Yuanjing pada kultivasi? Xu Qi'an menyampaikan kebingungannya.
“Selalu ada orang yang memelihara fantasi yang tidak realistis. Di dunia ini, jumlah praktisi tidak terhitung. Sebagian besar dari mereka pernah membayangkan menjadi ahli tingkat satu, bahkan melampaui tingkat.”
Nuo Yuhui berkata dengan datar: “Yuanjing mungkin mengira dirinya melihat harapan, atau mungkin ada rahasia tersembunyi. Bagiku, apapun rencana yang dia buat, apa hubungannya denganku? Aku menempuh Jalanku, dia mengejar keabadiannya.”
Dia tahu Kaisar Yuanjing mungkin memiliki rahasia, tetapi tidak menyelidiki lebih jauh. Dia meminjam nasib Kekaisaran Feng untuk kultivasi. Hubungannya dengan Kaisar Yuanjing adalah kemitraan. Menyelidiki rahasia rekan hanya akan membuat hubungan kedua belah pihak menemui jalan buntu, bahkan bermusuhan... Xu Qi'an mencerna makna tersembunyi dalam perkataan Guru Negara.
Bergumam pelan beberapa saat, Xu Qi'an tidak lagi memusingkan pembicaraan ini. Dia beralih bertanya: “Pedang talisman sudah digunakan di Jianzhou. Bagaimana aku menghubungi Guru Negara di masa depan?”
Subteks: Cepat beri aku satu pedang talisman lagi.
Pedang talisman mengandung kekuatan satu pukulan Nuo Yuhui. Proses pembuatannya sangat sulit, tidak bisa diberikan sembarangan.
Justru karena alasan inilah Xu Qi'an memintanya. Ini adalah sebuah ujian.
Mendengar ini, Nuo Yuhui mengerutkan alis: “Pembuatan pedang talisman sangat rumit, tidak bisa diselesaikan dalam sehari...”
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan dengan nada tidak beremosi: “Kebetulan aku masih memiliki satu buah lagi. Lagipula tidak ada gunanya disimpan.”
Dengan gerakan lengan, sebilah pedang talisman terbaring diam di atas meja.
Benar-benar diberikan... Xu Qi'an memandangi pedang talisman itu dengan perasaan campur aduk.
……
Taman Kekaisaran.
Menara, menara observasi.
“Kaisar Yuanjing berdiri dengan tangan di belakang, memandangi Taman Kekaisaran yang diterpa hujan deras sambil berkata sambil tertawa: ‘Bunga-bunga di istana hamba memang bersaing keindahan dan mempesona, sayangnya terlalu rapuh, tak tahan dihajar badai.’”
Di balik tirai hujan, rumpun-rumpun bunga berwarna cerah membungkukkan tubuhnya, kelopak-kelopak mengambang terbawa air.
Di belakangnya, Wei Yuan menyeruput teh perlahan sambil berkata dengan datar: “Bunga memang dicipta untuk menyenangkan sang pemilik. Semakin lembut, semakin disukai. Yang Mulia menyukai kelembutan mereka, namun menertawakan ketidakmampuan mereka menghadapi terpaan, sungguh tidak masuk akal.”
Kaisar Yuanjing yang membelakangi Wei Yuan, matanya berkilat tajam sejenak, lalu tertawa renyah: “Bagi hamba, cukup merawat bunga tercantik itu saja. Bagaimana pendapatmu, Wei Qing?”
Wei Yuan menyunggingkan senyum tipis tanpa kehangatan di sudut bibir.
Kaisar Yuanjing kembali menatap hujan sambil menghela napas:
“Setelah gejolak di Chu, Pangeran Huai gugur di medan perang, Jilizhigu jatuh, Zhu Jiu juga menderita kekalahan besar. Wilayah utara melemah. Sekte Wu Shen kali ini datang dengan kekuatan penuh. Jika wilayah bangsa siluman di utara jatuh, seluruh perbatasan Kekaisaran Feng dari utara ke timur akan dikepung oleh Sekte Wu Shen.”
“Wei Qing, engkau ahli strategi perang. Apa pandanganmu?”
“Wei Yuan tidak ragu, menjawab: ‘Pengadilan tentu akan mengirim pasukan untuk mendukung wilayah timur laut, tetapi kepentingan yang seharusnya tidak boleh berkurang. Suku barbar utara telah lama mengganggu perbatasan. Kali ini, giliran Kekaisaran Feng untuk mengambil daging dan menghisap darah dari mereka.’”
Kaisar Yuanjing tersenyum: “Akademi Hanlin ingin merevisi kitab strategi militer. Setelah saya tinjau, revisi mereka tidak memiliki inovasi sama sekali. Setelah rombongan utusan barbar memasuki ibu kota, mereka mungkin akan menertawakan Kekaisaran Feng. Wei Qing adalah talenta komando langka selama seratus tahun, bagaimana jika Anda memberikan bimbingan di Akademi Hanlin?”
Kitab strategi militer merupakan bagian dari demonstrasi ‘kemampuan ekonomi’ kepada rombongan utusan bangsa siluman. Semakin banyak kitab strategi, semakin menunjukkan banyaknya ahli strategi perang di Kekaisaran Feng. Pentingnya ini hanya berada di bawah demonstrasi meriam.
Strategi militer yang digunakan Kekaisaran Feng saat ini masih berasal dari karya kaum terpelajar Akademi Yunlu sebelumnya, serta Enam Catatan Strategi karya ahli strategi militer kontemporer Zhang Shen.
Justru Wei Yuan yang diakui sebagai talenta komando sejati, tidak meninggalkan satu kata pun.
Wei Yuan menggelengkan kepala.
Kaisar Yuanjing sama sekali tidak marah, berkata:
“Guozijian awalnya merencanakan acara sastra di Danau Lu hari ini, namun hujan deras menghalangi acara tersebut. Saya berencana meminta Guozijian menyelenggarakan acara sastra setelah rombongan utusan memasuki ibu kota. Saat itu, Wei Qing bisa hadir.”
Baru kemudian Wei Yuan mengangguk.
……
Dalam dua hari berikutnya, berita tentang perang di utara dan tekanan terhadap suku barbar yang didorong oleh pengadilan mulai menyebar di ibu kota, pertama di kalangan pejabat, kemudian di antara pedagang dan pasar rakyat.
Dalam sekejap, dunia birokrasi, kalangan intelektual, akademi, rumah teh, rumah makan, rumah bordil, Jiaofangsi (Lembaga Pelatihan Musik)... dilanda perdebatan sengit bagai gelombang pasang.
Rakyat biasa di pasar membenci rombongan utusan siluman, menentang rencana Kekaisaran Feng mengirim pasukan untuk membantu mereka.
Cinta dan benci rakyat jelata bersifat langsung. Mereka tak peduli visi keseluruhan, hanya tahu bangsa siluman utara adalah musuh bebuyutan Feng. Selama 600 tahun sejak berdirinya negara, perang besar-kecil terus terjadi.
Belum lama ini, beberapa bulan sekitar kasus pembantaian Kota Chu, bangsa siluman utara terus-menerus mengganggu perbatasan dengan membakar dan menjarah.
Tingkat bangsawan memiliki wawasan lebih luas dan objektif. Pemikiran pro-perang dan pengamatan saling bertabrakan keras, tidak seperti rakyat pasar yang hampir seluruhnya menentang.
Sebenarnya tak hanya ibukota. Saat pengadilan memutuskan mengirim pasukan, laporan resmi telah dikirim ke seluruh provinsi. Tak lama lagi pemerintah daerah akan mendorong ideologi pro-perang dan menyebarluaskannya.
Dalam lingkungan penuh perdebatan nasional ini, rombongan utusan dari utara tiba di dermaga ibukota menggunakan kapal resmi melalui kanal.
Utusan siluman ini terdiri dari pasukan elit dari 12 suku barbar dan ahli bela diri dari 6 klan yao.
Namun dua pemimpinnya justru pemuda. Salah satunya berambut putih dengan wajah tampak asing di antara suku barbar. Senyumnya tak pernah pudar, matanya selalu menyipit.
Pei Man Xilou, anak sulung pemimpin Suku Baishou dari dua belas suku barbar.
Suku Baishou terkenal akan kebijaksanaannya, dianggap sebagai makhluk asing di antara suku barbar. Sedangkan Pei Man Xilou ini adalah keanehan dalam keanehan.
Ia mendalami budaya Zhongyuan. Saat suku barbar menjarah perbatasan Chu, mereka merampas wanita dan bahan pangan. Hanya dia yang tidak mengambil makanan atau kecantikan, hanya merampas buku.
Empat Buku dan Lima Klasik, biografi sastrawan, hingga naskah hiburan tak bermutu - semuanya diterimanya dengan rakus, bagaikan nyawa bergantung pada buku.
Satu lagi adalah Putri dari Suku Rubah kaum yao, Huang Xian'er. Ia mengenakan gaun kulit bergaya utara dengan rok sebatas lutut, memperlihatkan betis ramping nan lurus.
Pakaiannya hanya menutupi bagian vital, memamerkan kulit sawo matang, bahu mungil bundar, perut kencang berotot - keindahan liar yang memancar.
Wajahnya memesona. Setiap senyuman dan kerutan alisnya memancarkan pesat memikat, kontras dengan tubuh seksi nan liar, menciptakan keindahan yang mengguncang jiwa.
Perempuan dari Suku Rubah kaum yao memang paling memesona.
Berdiri di geladak kapal, memandangi pasukan Feng yang menunggu di dermaga, Huang Xian'er tertawa manja: "Si Kutu Buku, jika pulang tangan hampa tanpa bala bantuan, kita celaka!"
Pei Man Xilou menghadap angin sungai, suaranya tenang: "Bantuan bisa didapat tergantung seberapa besar pengorbanan kita."
Memandang ibukota dari kejauhan, matanya menyipit sambil tersenyum:
"Di ibukota terdapat Akademi Yunlu, akademi yang didirikan oleh murid utama Santo Konfusianisme. Dua ratus tahun lalu, saat Konfusianisme mencapai puncak kejayaannya, seluruh dunia tunduk. Bahkan bukan hanya bangsa dewa kami, negara Buddha di Wilayah Barat pun harus menerima sikap plin-plan Konfusianisme dan memindahkan warisan mereka kembali dari dataran Zhongyuan ke wilayah barat."
"Di ibukota terdapat Guozijian. Meski tidak menganut sistem Konfusianisme, justru karena itu para terpelajar memiliki lebih banyak waktu dan tenaga untuk mengembangkan pengetahuan - astronomi, geografi, petani, pengrajin, dan sebagainya. Jika bisa memindahkan perpustakaan Guozijian ke utara, seumur hidupku tak perlu lagi ke selatan."
"Di ibukota ada Wei Yuan, ahli strategi militer terkemuka dalam 600 tahun sejarah Kekaisaran Feng. Tahun ke-6 era Yuanjing, saat Jenderal Dugu yang menjaga utara wafat, 100.000 pasukan kavaleri kami menyerbu ke selatan. Hanya dalam tiga bulan, dia berhasil mengalahkan mereka hingga terlepas zirah. Dua puluh tahun lalu, tanpa dirinya dalam Pertempuran Shanhaiguan, seluruh sejarah Sembilan Provinsi akan berubah."
"Di ibukota ada Kepala Divisi, yang telah mengawasi dataran Zhongyuan selama lima ratus tahun. Pikirannya seperti rencana kosmis, tak tertebak oleh dewa maupun hantu."
"Di ibukota ada Shi-kui, dijuluki maestro puisi terbesar dalam dua abad terakhir. Bahkan di era Feng dua ratus tahun lalu, sulit menemukan yang setara."
"Ibukota... telah lama kudambakan."
Pei Man Xilou menghela napas lalu tersenyum: "Ibukota penuh orang berbakat. Ilmuku yang melimpah akhirnya menemukan tandingan."
Si Kutu Buku... Huang Xian'er menyeringai, matanya menggoda bak sutra: "Berdebat dengan para cendekiawan itu urusanmu. Perempuan suku kami hanya bertugas mengalahkan pria Feng di ranjang."
“Di rombongan utusan terdapat 50 wanita cantik dari suku rubah, masing-masing memiliki kecantikan luar biasa dan tubuh yang anggun. Tiga di antaranya adalah wanita pesona dalam yang merupakan dinglu alami.”
“Sudah lama terdengar Kaisar Yuanjing bertapa, mendambakan keabadian. Meski telah bertahun-tahun tidak mendekati wanita, pastinya tidak akan menolak jika dinglu datang sendiri.”
Tiba-tiba Huang Xian'er matanya berkilau, heran berkata: “Hei, pemuda kerajaan manusia yang tampan sekali.”
Seorang pemuda berbaju jubah kebesaran berwarna hijau berdiri di dermaga. Kulitnya putih, matanya berkilauan, bibir merah gigi putih - sungguh pria tampan langka.
Pei Man Xilou memicingkan mata, berkata datar: “Jubah hijau xichì, pejabat Tingkat Ketujuh.”
Saat kapal resmi merapat, rombongan siluman turun. Pemuda tampan itu menghampiri, berseru lantang: “Hamba Xu Xinnian, atas perintah menyambut para utusan.”
……
