"Saat itu juga, otak Huaiqing terasa 'gemuruh'. Rasanya seperti rahasia terdalamnya yang tersembunyi dihancurkan dengan kejam, memicu kepanikan yang membuatnya sedikit panik."
"Dia... dia tahu aku Nomor Satu? Sudah lama mengetahui statusku?!"
"Selama ini dia terus mengirimiku pesan diam-diam, berkali-kali ingin bertemu tapi kutolak keras. Saat itu... pasti dalam hatinya menertawakanku, atau bahkan tertawa terang-terangan..."
"Tak hanya tahu identitasku, dia malah membongkarnya di depan Li Miaozhen..."
Wajah cantik alami Putri Mahkota membeku, matanya membelalak lebar. Bagi seseorang dengan kelicikan sepertinya, ini adalah ekspresi yang sangat buruk.
Mata Li Miaozhen langsung terbelalak, bibir kecilnya menganga hingga bisa memasukkan telur. Ia benar-benar tidak menyangka akan mendengar kabar seheboh ini.
Nomor Satu adalah Huaiqing? Putri kerajaan? Putri tertua Kaisar Yuanjing?!
Setelah shock, Li Miaozhen teringat slogan andalannya di Tiandihui: "Aku akan membunuh Kaisar Yuanjing!", "Sudah matikah Kaisar Yuanjing?", "Kapan Kaisar Yuanjing mati?"
Kulit kepala Santo Perempuan Sekte Langit merinding, lehernya dipenuhi bulu kuduk. Dorongan untuk lari keluar kamar dan melompat ke sumur menguasainya.
Rasa malu itu membuatnya hampir tak bisa menahan diri.
Mata Huaiqing berkedip sekali sebelum kembali tenang, "Sejak kapan Tuan Muda Xu, murid Akademi Yunlu, mengetahuinya?"
...Huaiqing benar-benar ahli Yin-Yang! Ekspresi Xu Qi'an juga sedikit kaku. Ia berdehem dan berkata dengan santai:
"Baru-baru ini. Misalnya saat Yang Mulia yang paling cerdas itu menyuruh Lin'an meminjam buku di Wenyuan Pavilion."
Saat berbicara, Xu Qi'an melirik Li Miaozhen di sampingnya, berpikir dalam hati: Baguslah, kita semua sama-sama dipermalukan.
Huaiqing mengangguk dengan wajah tenang, "Tuan Xu memang cerdas. Pantaslah disebut terpelajar yang mahir kitab suci Santo. Tidak kalah dengan kakakmu yang sanggup menghadapi 8.000 pemberontak sendirian di Yunzhou."
Xu Qi'an mengangguk perlahan: "Terlalu dipuji, Yang Mulia lah orang paling cerdas di Tian Di Hui, dengan alasan meminjam lukisan perburuan musim gugur, berhasil membangkitkan minat Lin'an untuk berburu, menyembunyikan diri dengan sangat baik."
Huaiqing dengan wajah datar berkata: "Sehebat itu Tuan Muda Xu, apakah orang lain tahu?"
"Jangan, jangan lanjutkan..." Li Miaozhen diam-diam menutupi mukanya.
Xu Qi'an dan Huaiqing serentak senyap, wajah dingin tanpa bicara.
Selama kita tidak canggung, yang canggung adalah orang lain.
Xu Qi'an melirik Putri Mahkota yang tetap tenang tanpa gejolak, bergumam dalam hati:
“Kalau bukan karena tadi melihatmu terpaku, aku benar-benar mengira kau tidak punya rasa malu, berhati bersih...”
Li Miaozhen membersihkan tenggorokannya, melirik mereka, lalu mengusulkan: “Peristiwa hari ini hanya kita bertiga yang tahu, bagaimana?”
“Aku tak keberatan.” Xu Qi'an mengangguk dengan "tenang".
Miaozhen benar-benar serangan pendukung yang brilian!
Huaiqing mengangguk halus, meliriknya sekilas: “Masih ada yang tahu statusmu?”
Xu Qi'an menjawab: “Sudah tidak, hanya kalian berdua.”
Secara otomatis mengabaikan Lina.
Setelah hening sejenak, Huaiqing mengembalikan pembicaraan ke jalur benar: “Penyelidikan sudah tuntas?”
Xu Qi'an mendengus, “Sebelumnya, kalian berdua jawab pertama: Putri, apakah enam tahun lalu kau mendapatkan Fragmen Kitab Bumi?”
“Huaiqing terdiam sejenak, tidak membantah.”
Xu Qi'an bertanya lagi: "Miaozhen, fragmen Kitab Bumi ini diberikan Taois Kim Lien saat mengunjungi Sekte Langit, ya?"
Li Miaozhen tak bisa menyembunyikan keheranannya: "Bagaimana kamu tahu?"
Dugaan saya tidak salah, semuanya cocok... Xu Qi'an menghela napas lalu berkata: "Aku memang telah menyelidiki kasus ini. Pertama, perlu kuberitahu bahwa Taois Kim Lien sebenarnya adalah Pemimpin Sekte Bumi."
Ekspresi Huaiqing dan Li Miaozhen langsung membeku.
Wajah Huaiqing terlihat sangat serius, ia berkata satu per satu kata: "Sebenarnya apa yang terjadi?"
"Pemimpin Sekte Bumi telah terjerumus kegelapan, tapi tidak sepenuhnya jatuh. Kebaikan dalam dirinya terpisah dan menjadi Taois Kim Lien. Miaozhen, kamu pasti ingat saat menjaga biji teratai, Taois Kim Lien sendirian menghadang Hei Lian dan terus dihantui pikiran jahatnya." Xu Qi'an menatap Santo Perempuan Sekte Langit.
Li Miaozhen mengerutkan kening: "Waktu itu memang ada yang mengganjal. Meski hanya sisa pikiran jahat, itu berasal dari tingkat Du Jie kelas dua. Taois Kim Lien bahkan belum mencapai kelas tiga, bagaimana bisa melawan? Hanya saja..."
Hanya saja kamu malas mikir! Xu Qi'an menggerutu dalam hati.
Seandainya Huaiqing ada di situ saat itu, mungkin akan lebih banyak menganalisis. Sayangnya Huaiqing tidak punya kultivasi sama sekali.
Tanpa jeda, Xu Qi'an menceritakan ulang semua dugaan dirinya dan Nuo Yuhui kepada mereka berdua. Dalam penuturannya, nama Nuo Yuhui sengaja dihilangkan.
Dia tidak bisa mengungkap hubungan pribadinya dengan Guru Negara, kecuali Sang Guru mengizinkan.
Dalam proses ini, ekspresi Huaiqing berubah drastis—terkejut, marah, muram… hingga akhirnya wajahnya membeku bagai air yang tenang, tanpa sepatah kata pun, seolah kehilangan kemampuan berbahasa.
Ekspresi Li Miaozhen membeku dalam pose: mata melotot, mulut menganga. Persis seperti patung action figure yang dikeraskan.
Pemimpin Sekte Bumi dulu terlihat normal, namun sebenarnya menunjukkan tanda-tanda terjerumus kegelapan. Ketika Pangeran Huai dan Yuanjing bertemu dengannya di Nan Yuan, mereka terkontaminasi, berubah menjadi orang gila yang tampak normal namun psikologisnya terdistorsi.
Maka Pangeran Huai melakukan pembantaian kota untuk meracik pil keabadian demi kepentingan pribadinya.
Karena itu Kaisar Yuanjing yang tahu persis "nasib yang melimpah takkan membawa keabadian", tetap nekad tak percaya pada hukum alam.
Orang normal takkan melakukan ini, tapi bagaimana dengan orang setengah gila dengan mentalitas terdistorsi?
"Rupanya… dalang utama semua ini adalah Taois Kim Lien…" gumam Li Miaozhen dengan nada menghela napas.
"Jadi, alasanmu mengajakku bertemu diam-diam waktu itu, bukan menggunakan Kitab Bumi untuk berkirim pesan—karena takut Taois Kim Lien melihat? Kau tak mempercayainya." Bisik Huaiqing.
"Ya. Aku tak bisa memastikan apakah Taois Kim Lien tahu semua ini. Aku… mulai tak mempercayainya lagi." Xu Qi'an menghela napas.
Huaiqing mengangguk. Siapapun akan bereaksi demikian—mengira senior yang bisa dipercaya, ternyata sumber segala malapetaka.
"Anomali di bawah tanah alur naga—mungkinkah itu perwujudan lain Taois Kim Lien?" Tanya Li Miaozhen.
Sial! Aku sama sekali tak bisa menyimpulkan kebenaran kasus ini, tertinggal jauh dari Xu Qi'an… semua karena dia tak mau berbagi petunjuk! Santo Perempuan Sekte Langit itu mencari alasan untuk menyelamatkan harga dirinya sendiri.
“Entah, setengah bulan kemudian, aku akan menjelajahi alur naga lagi. Kali ini akan ada hasil.” Xu Qi'an tidak menjelaskan mengapa kali ini akan ada hasil.
Li Miaozhen dan Huaiqing tidak bertanya lebih lanjut.
“Jadi, Pil Jiwa sebenarnya dibutuhkan oleh patung naga bawah tanah itu? Begitu pula dengan pil yang Ayah racik selama bertahun-tahun?” Huaiqing bergumam pelan.
“Sepertinya begitu.” Kata Xu Qi'an.
Setelah ragu sejenak, dia bertanya: “Apakah Ayah masih bisa... masih bisa membersihkan kontaminasi?”
Xu Qi'an menjawab: “Pertama kita harus memahami hakikat kontaminasi. Jika sifat dasar seseorang telah berubah, akan sulit dipulihkan. Jika dia dikendalikan, mungkin Taois Kim Lien punya cara.”
Kasus pertama adalah kemerosotan diri, sifat dasar yang sudah rusak total sulit dipulihkan. Kasus kedua hanya perlu melepas kendali untuk sembuh.
Li Miaozhen yang mendengarnya ikut campur: “Tidak! Sekalipun sifat dasarnya rusak, biksu Buddha tingkat tinggi bisa membantu Yuanjing melihat hati nuraninya, memulihkan jati diri.”
Mata Huaiqing berbinar.
“Ngomong-ngomong, apakah hal ini perlu diberitahu Lina?” Tanya Pahlawan Wanita Feiyan.
“Untuk apa memberitahunya?” Xu Qi'an balik bertanya.
Huaiqing diam, tapi pandangannya ke Li Miaozhen menyiratkan pertanyaan yang sama.
“Panggil dia saat perlu berkelahi saja. Urusan mikir jangan dipaksakan, jangan menyusahkan orang.” Kata Xu Qi'an.
Masuk akal! Li Miaozhen mengangguk perlahan.
Setelah sepakat menunggu perkembangan setengah bulan kemudian, Xu Qi'an mengantar Huaiqing keluar dari kediaman.
Sebelum pergi, Huaiqing menurunkan suaranya, berkata: "Setengah bulan lagi, jika semua kebenaran terungkap, kamu tidak perlu meninggalkan ibukota."
Para bangsawan dan Kepala Divisi pasti akan mengerahkan segala cara untuk menyelesaikan masalah "setengah gila" Ayah.
Tidak tega berpisah denganku... Xu Qi'an tersenyum tipis, tidak menjawab.
Setelah berhenti sejenak, Huaiqing menambahkan: "Selama periode ini, aku akan menganalisis kembali semua petunjuk. Jika ada masalah akan kuberitahu."
Usai bicara, dia naik ke kereta kuda dan meninggalkan jalanan.
……
Di atas tembok kota yang rusak, dalam kota gentong (wengcheng).
Para komandan senior Kekaisaran Feng berkumpul, berdebat sengit.
Wei Yuan mengabaikan keributan itu, berdiri di depan peta topografi sambil merenung.
Sudah sepuluh hari sejak menaklukkan Kota Dingguan. Di bawah pimpinan Wei Yuan, pasukan besar bagaikan pisau tajam menembus jantung Negeri Yan.
Kini tujuh kota telah ditaklukkan, maju ratusan li. Kota Xucheng yang ditempati sekarang adalah benteng terakhir sebelum ibukota Yan.
Tinggal satu langkah lagi untuk mencapai ibukota Yan. Wei Yuan hanya butuh sepuluh hari untuk membuat negara yang dijuluki "negeri seribu benteng" ini terlepas zirahnya.
Tentang penyerbuan ibukota Yan, pro-kontra tajam muncul di kalangan komandan pasukan.
Pasukan Kekaisaran Feng terjebak dalam situasi genting: kekurangan pasokan makanan!
“Mengapa perbekalan belum tiba? Sesuai penyebaran sebelumnya, batch pertama seharusnya tiba tiga hari lalu. Tak bisa terus bertempur, garis depan terlalu panjang, jalur logistik kita terputus. Tanpa perbekalan, Meriam, busur panah silang, bagaimana kita bertarung?”
Seorang komandan muda bangkit, wajahnya tegas: “Dari Kota Dingguan ke Kota Xu, kita sudah mengorbankan lebih dari separuh pasukan. Ibu kota Kerajaan Yan diapit dua gunung, dengan jumlah pasukan sekarang mustahil ditaklukkan. Pasti ada Dukun pangkat tiga yang berkedudukan di sana.”
Komandan muda ini bernama Zhao Ying, berasal dari pasukan penjaga istana, ahli bela diri pangkat empat, termasuk yang terunggul di faksi muda Kekaisaran Feng.
Ia menganjurkan mundur, menjadi pemimpin kelompok konservatif.
Kelompok radikal dipimpin Nangong Qianrou yang mendesak terus menggempur untuk menaklukkan Yan.
“60 li ke timur laut adalah ibu kota Yan. Setelah merebut Xu, kita dapat tambahan perbekalan dan peluru, cukup untuk satu pertempuran lagi,” ujar Nangong Qianrou dengan suara datar:
“Kesuksesan kita sampai sini karena prinsip 'bergerak cepat seperti kilat'. Mundur berarti memberi kesempatan Yan bernapas. Tapi jika ibu kota jatuh, persediaan senjata dan logistik akan terpenuhi.”
Kemenangan besar ini diraih berkat strategi ayah angkat yang mempertaruhkan segalanya untuk menghancurkan semangat Yan. Kini semangat pasukan Feng membara seperti api, saatnya melanjutkan momentum.
Sekali mundur, keperkasaan tak terkalahkan ini akan memudar. Menghadapi ibu kota Kerajaan Yan yang curam dan kokoh ini, ditambah pasukan bantuan dari Kang, kemenangan akan sulit diraih.
Zhao Ying mengawasi Nangong Qianrou dengan tatapan penuh kebencian, bersuara berat:
"Prinsip 'bergerak cepat seperti kilat' tidak berlaku untuk Yan Du. Ibu kota ini diapit dua sisi gunung, mudah dipertahankan namun sulit diserang. Di pegunungan bermarkas Pasukan Terbang yang jauh lebih unggul dari kota-kota lain. Selain itu, setelah membantai tujuh kota sepanjang perjalanan, rakyat jelata, dunia persilatan, hingga prajurit Yan yang kalah - semuanya mengungsi ke Yan Du.
"Jika kota jatuh, semua akan mati - ini konsensus mereka. Kini Yan Du pasti bersatu padu dengan kompak bertahan mati-matian. Pasukan kita takkan sanggup menghancurkannya. Dan jika kita menderita kerugian besar saat menyerang, saat itulah mereka akan melancarkan serangan balasan besar-besaran yang berpotensi memusnahkan seluruh pasukan kita.
"Lebih baik mundur sementara, memulihkan tenaga, menambah perbekalan dan persenjataan, lalu menyerang kembali."
Karena Yan Du yang sulit ditaklukkan, sebagian besar komandan di ruangan ini tidak yakin. Itulah mengapa faksi konservatif lebih dominan daripada pihak yang ingin berperang.
Alasan perdebatan masih berlanjut hanyalah karena masih ada harapan pada Wei Yuan.
"Beristirahatlah semalam. Besok kita bergerak mengarahkan pasukan ke bawah kota." Wei Yuan menunjuk ibu kota Kerajaan Yan di peta.
Perdebatan mereda.
……
Enam puluh li jauhnya, ibu kota Kerajaan Yan berdiri di lembang raksasa. Tembok setinggi 300 zhang membentang menghubungkan dua puncak gunung.
Puncak gunung curam dan menjulang, tembok ibu kota megah dan tinggi, dilengkapi persenjataan pertahanan seperti meriam, ballista, batu guling, dan sebagainya. Dapat dikatakan sebagai benteng yang kokoh. Setiap ahli militer yang melihat kota perkasa ini pasti akan terpana.
Sepanjang sejarah panjang, sejak berdirinya Kerajaan Yan, selama lebih dari 1.400 tahun, kota ini hanya pernah jatuh satu kali. Saat itu adalah puncak kejayaan Dinasti Zhou, ketika seorang Pangeran dari keluarga kerajaan Zhou yang telah menyatu dengan Jalan sebagai praktisi bela diri pangkat dua, memimpin pasukan menyerbu ibu kota Yan.
Catatan sejarah Yan menyebutkan, perang besar itu sangat mengerikan. Sekte Wu Shen kehilangan seorang Yu Shi (pangkat dua) dan seorang Linghui (pangkat tiga). Akhirnya Wu Shen sendiri turun tangan dan membunuh Pangeran pangkat dua puncak itu.
Ini bukan karena pertahanan ibu kota Yan lemah, melainkan kekuatan tempur lawan saat itu memang sudah mencapai puncak di sembilan provinsi.
Ibu kota, istana.
Kaisar Yan Nurhaga yang telah beruban tetap bertubuh besar. Penguasa ini memiliki bakat luar biasa. Di masa muda menekuni jalur bela diri, namun mandek di puncak pangkat empat tanpa kemajuan sedikitpun.
Kemudian beralih ke sistem penyihir, namun setelah mencapai pangkat empat lagi-lagi masuk ke dalam batas kemampuan.
Dua sistem yang ditekuni sangat jarang ditemui. Bukan karena sistem berbeda saling bertolak belakang, tapi karena kesulitan kultivasi. Fokus pada satu sistemlah yang memungkinkan pencapaian lebih tinggi.
Nurhaga yang telah berusia lebih dari lima puluh tahun mustahil mencapai pangkat tiga, baik di jalur bela diri maupun sistem penyihir.
“Dia juga tidak merasa menyesal, ahli kelas tiga langka seperti bisa dihitung jari, gagal mencapainya adalah hal biasa. Sistem ganda seperti miliknya, kekuatan tempur individu, lebih kuat dari sistem apa pun di kelas empat.”
“Nurhaci duduk di takhta, mendengarkan perdebatan sengit para menteri.”
“Struktur kepemimpinan Kerajaan Yan tidak merasa kecewa atau marah karena tekanan Wei Yuan, sudah lama mempersiapkan mental untuk kekalahan besar.”
“Wei Yuan telah merebut Kota Xu, besok akan berada di bawah tembok kota.”
“Bagaimana dia bisa merobohkan tujuh kota dalam sepuluh hari?”
“Bisakah ibu kota bertahan?”
“Di dalam ruang aula, suasana terasa mencekam, wajah para menteri Yan tegang seolah menghadapi musuh berat.”
“Saat ini, beberapa menteri senior seolah kembali ke Pertempuran Shanhaiguan, mengingat kembali rasa malu dan Kongju yang dikuasai Wei Yuan.”
“Menurut laporan pengintai Qiegou, pasukan Feng tinggal 50.000 tentara. Sekalipun Wei Yuan punya strategi perang tak tertandingi, mustahil menghancurkan ibu kota dengan 50.000 pasukan.”
“Seluruh penghuni kota kini bersatu, pasukan penjaga, persenjataan, dan perbekalan melimpah. Paling-paling kita lawan kasim Wei sampai titik darah penghabisan.”
“……”
“Nurhaci tak kuasa menoleh ke sampingnya, memandang orang tua berselimut jubah, bertudung kepala, memegang tongkat emas bermata batu permata: ‘Guru Negara Ilbu, apa pendapat Yang Mulia?’”
"Tiga kerajaan di timur laut, masing-masing memiliki seorang Linghui kelas tiga yang bertindak sebagai Guru Negara. Biasanya mereka tidak terlibat dalam urusan pemerintahan, namun statusnya lebih tinggi dari raja, karena mewakili kuil utama dan Sekte Wu Shen."
Ierbu yang berhasil selamat secara kebetulan di Chu, memegang tongkat emas, bersuara berat: "Pasukan 50.000 dari Kerajaan Kang telah memasuki wilayah Kerajaan Yan. Paling lama lima hari, mereka akan membentuk formasi pengepungan bersama kita."
Nuerhejia mengangguk sambil bergumam: "Ibu Kota Yan telah berdiri lebih dari seribu tahun, mengalami banyak kobaran perang, hanya pernah jatuh sekali. Wei Yuan tidak mungkin menembus pertahanan dalam waktu singkat. Tapi bagi Pasukan Feng sekarang, waktu sangat krusial. Persediaan logistik mereka menipis."
Para menteri di aula perlahan mengangguk:
"Bahkan, cukup dengan memutus jalur suplai logistik mereka oleh pasukan Kerajaan Kang, kita bertahan di kota ini. Dalam tiga hari, kita bisa memaksa Wei Yuan mundur."
"Mari kita lihat bagaimana Wei Yuan akan menghadapi pertempuran ini."
Pandangan Ierbu menembus pintu aula, memandang langit biru laut di luar.
Membantai tujuh kota, mengurangi nasib Sekte Wu Shen, mengarahkan pedang ke Wu Shen... Wei Yuan, kau pikir strategimu tak tertandingi, mengira semua rencana tahun lalu sempurna. Huh, tak kau sadari kami sengaja menunggumu.
Pasukan kurang dari 100.000 ingin menyerbu kuil utama? Mimpi di siang bolong.
……
Di atas tembok kota yang rusak, Wei Yuan mengenakan jubah biru tua, memandang ke bawah. Penjaga Kekaisaran Feng mendorong gerobak, melemparkan jenazah-jenazah ke dalam lubang dalam dan obor api.
Asap tebal membubung, bercampur bau busuk daging yang terbakar.
Yang hangus menjadi abu, termasuk prajurit dan rakyat biasa negara Yan, juga prajurit Kekaisaran Feng sendiri.
Hanya dalam sepuluh hari, pasukan Kekaisaran Feng kehilangan lebih dari 40.000 komandan dan prajurit.
Para prajurit bergerak dalam senyap. Ujian perang selama berhari-hari, baptisan darah dan api, telah mengubah mereka menjadi pendiam. Semangat keberanian tersembunyi dalam kesenyapan ini.
Nangong Qianrou mendekati belakang Wei Yuan, berbisik: "Ayah angkat, setelah pertempuran ini, dalam catatan sejarah, nama Ayah takkan luput dari kecaman."
Membantai tujuh kota berturut-turut, menodai ratusan li dengan darah. Menurut Nangong Qianrou, membunuh tawanan perang bisa dimaklumi. Pasukan Kekaisaran Feng adalah tentara terisolasi di jantung musuh. Tidak membunuh tawanan justru akan menjadi beban.
Harus mengkhawatirkan pemberontakan tawanan sekaligus memberi makan mulut-mulut tambahan yang menghabiskan perbekalan.
Tapi membantai rakyat biasa adalah pantangan besar dalam strategi militer, apalagi membantai tujuh kota sekaligus. Meski pulang dengan kemenangan, tetap akan dikutuk oleh para Taois yang kolot itu.
Sejak pengerahan pasukan, perbekalan dari pihak Kekaisaran Feng tak pernah datang. Sepanjang jalan, pembakaran dan penjarahan, perang mengembangkan perang - semua perbekalan dan persenjataan yang dijarah berasal dari negara Yan.
Ini bukan pertanda baik.
Para komandan generasi baru hanya mengira ini pola kepemimpinan unik ayah angkat. Setelah terus-menerus merasakan keuntungan, mereka menjadi girang. Tapi sekarang, perlahan menyadari ada yang tidak beres.
Maka para komandan generasi baru memilih untuk mundur.
Jika generasi baru saja sudah demikian, apalagi para veteran seperti Nangong Qianrou yang telah mengikuti Wei Yuan selama belasan hingga dua puluh tahun.
“Tidak akan ada perbekalan lagi.”
Wei Yuan tersenyum dengan kelembutan yang tak berubah, nada datarnya tetap sama: "Perbekalan yang kita bawa hanya segini. Kekaisaran Feng tak akan memberi satu butir pun lagi."
"Siapa yang berani memutus perbekalan?" Nangong Qianrou memancarkan aura mematikan.
"Di seluruh Feng, masih ada siapa lagi?" Wei Yuan balik bertanya sambil tersenyum.
Pupil Nangong Qianrou menyempit tajam.
"Aku tahu kau ingin merebut Kota Yan dengan semangat menggebu, lalu mengambil alih tubuhnya untuk menghadapi bala bantuan Kerajaan Kang, menyatukan pasukan dari tiga provinsi Jing, Xiang dan Yu. Sayangnya, Yan bagai tulang keras yang tak bisa digerogoti. Aku telah memindahkan semua pasukan dari tiga provinsi itu."
Ekspresi Wei Yuan tetap tenang, matanya menatap api yang melalap tumpukan mayat: "Besok pasukan maju 50 li, hadapi Yan selama tiga hari. Setelahnya, bawa 10.000 kavaleri berat pergi. Yang lain biarkan tinggal di sini."
Ia mengeluarkan dua kantung brokat dari dalam jubah, satu ungu dan satu merah.
"Tiga hari lagi, buka yang ungu. Ia akan tunjukkan tujuanmu. Setiba di sana, buka yang merah untuk petunjuk selanjutnya."
……
Dalam sinar senja, Xu Xinnian mengawasi pasukan membakar jenazah dan membedah kuda perang. Mereka baru memenangi pertempuran kecil.
Menghabisi 800 musuh dengan korban 1.000 sendiri - ini kemenangan yang patut disyukuri.
Sejak malam itu diserang, telah berlalu beberapa hari. Serangan besar-besaran itu telah memecah belah pasukan sekutu tiga pihak: bangsa siluman, Kekaisaran Feng, dan lainnya.
Pasukan besar Kerajaan Jing segera membagi pasukan, melakukan pengejaran!
Dalam beberapa hari ini, Xu Xinnian semakin memahami kekejaman perang. Ia juga menyaksikan kegagahan pasukan Jia Api, serta kengerian mistis ketika dukun membangunkan jenazah menjadi prajurit mayat di medan perang.
Dengan adanya kavaleri berat dan dukun yang bisa mengendalikan mayat, pasukan Kekaisaran Feng benar-benar mempertaruhkan nyawa untuk meraih kemenangan.
Saat pasukan sekutu tercerai-berai, Xu Xinnian dan Chu Yuanzhen hanya membawa 600 penjaga Kekaisaran Feng. Setelah mengumpulkan sisa pasukan selama berhari-hari, jumlah mereka bertambah menjadi 1.700 orang.
Sekarang tinggal 700 orang lagi.
Setelah membakar jenazah, Xu Xinnian mengatur pengintai untuk berpatroli, lalu memerintahkan penjaga untuk memasang kuali merebus daging kuda.
Para prajurit dengan terampil memotong daging kuda, lalu beberapa orang bersama-sama mengayunkan pedang yang baru saja membunuh, mencincang daging hingga hancur sebelum dimasukkan ke kuali.
Ini adalah cara yang ditemukan Xu Xinnian. Daging kuda yang keras dan kasar dengan rasa buruk sulit dicerna. Sesekali makan boleh, tetapi setelah berhari-hari makan daging kuda, perut prajurit tidak tahan.
Bahkan tai pun tak bisa dikeluarkan.
Karena itu Xu Xinnian mengusulkan untuk mencincang daging kuda hingga hancur sebelum direbus, untuk meningkatkan rasa dan memudahkan pencernaan.
“Kalau bukan karena Saudara Chu, kita harus kehilangan ratusan nyawa lagi untuk mengalahkan gelombang musuh ini.”
Xu Xinnian berjalan mendekati Chu Yuanzhen, melepas kantong air dan menyerahkannya.
Chu Yuanzhen menenggak setengah kantong dengan gulu-gulu, tersenyum getir:
“Waktu muda saya baca beberapa kitab strategi militer, mengira diri jenius perang. Baru di medan perang ini saya sadar, bakat saya bukan di situ. Justru kamu yang berkembang pesat, prajurit mana sekarang yang tidak segan padamu?”
Xu Xinnian tersenyum: “Setiap orang punya kelebihan. Guru tidak akan memaksaku fokus studi strategi militer kalau aku tak berbakat. Sekarang aku paham, di medan perang, kesempatan pakai taktik cuma sedikit. Sebagian besar harus andalkan jumlah pasukan dan persenjataan. Prajurit dan persiapan militer jadi faktor kunci. Sayang cuma bawa tiga meriam dan enam busur perang.”
Andai ini Erlang sebelum ke medan perang, pasti angkat dagu dengan muka sombong, pura-pura merendah... Chu Yuanzhen menghela napas.
Tiba-tiba seorang pengintai datang tergopoh, berteriak: “Xu Qian Shi, ditemukan sisa pasukan, tiga puluh orang!”
Tak ada bunyi terompet, artinya pasukan Kekaisaran Feng, sekutu sendiri.
Xu Xinnian dan Chu Yuanzhen bangkit. Yang pertama bergumam: “Suruh mereka mendekat.”
Ia menoleh ke Chu Yuanzhen sambil tersenyum getir: “Syukur jumlahnya sedikit, jatah makanan masih aman.”
Tidak lama kemudian, pengintai membawa sisa pasukan berjumlah tiga puluh orang yang datang. Pasukan sisa ini juga membawa satu pucuk meriam dan belasan peluru.
Wajah mereka dipenuhi kelelahan, berdebu dengan zirah yang rusak dan penuh bekas golok. Setiap orang memiliki luka di tubuhnya.
Sepertinya mereka baru saja mengalami pertempuran tidak lama sebelumnya.
Memandang panci besi yang masih mengepul asap, mengendus aroma sup daging yang harum, dua ratus infanteri menelan ludah.
Xu Xinnian mendekat dan berkata, "Siapa yang berpangkat tertinggi, maju ke depan!"
Seorang pria berjanggut maju, usianya sekitar empat puluh tahun, memberi hormat dengan tangan terkepal: "Bawahan adalah Zhao Panyi, komandan baihu dari Distrik Xi, Yongzhou."
Xu Xinnian mengangguk halus: "Hamba adalah Xu Xinnian, Asisten Pengawas Provinsi Dingzhou, akademisi Hanlin."
Wajah Zhao Panyi berubah seketika. Ia melotot dengan marah ke Xu Xinnian, mendengus keras lalu berbalik pergi.
Xu Xinnian tertegun sejenak, ekspresi kebingungan melintas di wajahnya. Ia mengerutkan alis: "Komandan Zhao tunggu! Apakah hamba pernah berkenalan denganmu?"
"Tidak!" jawab Zhao Panyi dengan suara berat.
Tidak kenal? Aku pikir tiba-tiba saja aku dituduh merampas istrimu... Xu Xinnian menyimpan kekesalan dalam hati, alisnya semakin berkerut:
"Kalau memang tidak kenal, apa maksud tindakan Komandan Zhao ini?"
“Bicaranya benar-benar sastra, pantaslah kaum terpelajar. Xu Pingzhi si bajingan anak pelacur itu ternyata bisa melahirkan benih pembaca. Sudah lama dengar sepupu Xu Qi'an (Gong Perak) juga di militer, tak kusangka hari ini bertemu.” Zhao Panyi tersenyum sinis, berkata:
“Aku memang tak mengenalmu, tapi aku kenal ayahmu. Saat Pertempuran Shanhaiguan, kami masih bersaudara.”
Ini sikap bersaudara? Xu Erlang terkejut.
“Komandan Zhao punya dendam lama dengan ayahku?”
“Bukan dendam, cuma muak melihat si penghianat tak tahu budi ini.”
Zhao Panyi meludah, berkata:
“Saat Pertempuran Shanhaiguan, aku dan Xu Pingzhi satu tim. Waktu itu ada satu orang lagi, Zhou Biao. Kami bertiga sangat akrab, saudara seperjuangan yang bisa saling percaya.
“Di epilog Pertempuran Shanhaiguan, kami dikirim menghadang prajurit mayat Sekte Wu Shen. Dalam pertempuran sengit, Zhou Biao menangkis golok untuk ayahmu, gugur di medan perang. Xu Pingzhi waktu itu bersumpah akan menjemput ibu tua Zhou Biao ke ibukota untuk dirawat, dan membesarkan sepasang anaknya.
“Jancuk! Baru kemudian kuketahui si tak tahu terima kasih ini sama sekali tak menjemput keluarga Zhou Biao. Kalau bapaknya anjing, mana mungkin anaknya baik? Benih busuk semuanya! Zhao Panyi ini lebih baik mati kelaparan, mati di medan perang, daripada makan sesuap nasi atau minum seteguk supmu! Cih!”
