Waktu mundur sekitar dua ketuk jam sebelumnya, di kantor Penjaga Malam.
Braak-braak... Langkah Xu Qi'an yang berjubah hijau menggema di tangga saat turun perlahan, dikelilingi sekumpulan staf administratif dengan ekspresi rumit.
Haolou pada hakikatnya adalah kantor Wei Yuan, di dalamnya terdapat banyak staf pengirim pesan dan analis intelijen.
Yuan Xiong yang baru menjabat belum sempat membakar tiga apinya ke Haolou. Staf di sini untuk sementara belum terkena imbas. Andai Yuan Xiong tak tewas, api itu pasti akan membakar mereka.
Karena mereka semua adalah tim kepercayaan Wei Yuan.
Tak disangka, Yuan Xiong yang baru kemarin menggantikan posisi Tuan Wei dan menduduki Haolou, hari ini sudah mati di tangan Xu Qi'an.
Staf-staf memenuhi setiap sudut lorong menara, diam-diam menyaksikan sosok berjubah hijau ini turun perlahan.
Dalam sorot mata yang bertubi-tubi, terpancar rasa hormat, duka, haru, dan kilauan air mata.
Perubahan situasi istana belakangan ini, peristiwa yang terjadi di kantor Penjaga Malam kemarin, semuanya mereka saksikan dengan jelas dalam hati.
Di permukaan tak ada yang berkomentar, tapi pasti ada dendam terpendam.
Namun, yang mampu menggenggam pena tak sanggup mengangkat golok. Yang sanggup memegang senjata tak kuasa menahan keberanian yang menguap sekejap.
Selama 21 tahun Tuan Wei berkedudukan di Penjaga Malam, tak terhitung yang menerima kebaikannya. Kini dia tiada, klik-klik politiknya tercerai-berai, diamati dingin oleh berbagai faksi.
Pada akhirnya, pemuda yang baru setahun bergabung inilah yang mengobarkan amarah untuknya.
Para staf memandangnya, dalam kesenyapan yang dipenuhi kepedihan.
Xu Qi'an keluar dari Haolou, menghampiri jenazah Yuan Xiong, menghunus goloknya, memenggal tengkorak itu dan menggenggamnya.
"Kau ingin menghancurkan nama Tuan Wei? Aku takkan membiarkannya!"
Para pegawai menyembur keluar dari Haolou, memadati area luar menara.
Saat Xu Qi'an berbalik pergi, suara tersedak menggema dari belakang: "Xu Gong Perak, larilah..."
Itu suara pengawal muda yang berjaga di depan Haolou.
"Xu Gong Perak, pergilah, cepatlah pergi."
"Xu Gong Perak, lepaskan tengkorak itu, segeralah kabur."
"Kumohon..."
Mereka seolah melihat bayangan nasib tertentu, masing-masing menyuarakan isi hati.
Riuh rendah suara itu, setiap katanya menyentuh relung hati.
Langkah Xu Qi'an terhenti sejenak, lalu melanjutkan pergi tanpa menoleh.
"Dengan Senyap ia berjalan keluar dari kantor Penjaga Malam. Sepanjang jalan, pandangan para Penjaga Malam tertuju padanya. Tak ada yang berbicara, juga tak ada yang berani menghalangi."
"Rangkaian pandangan tertahan di belakangnya, lalu beralih ke tengkorak yang digenggam."
"Wajah semua orang berubah pucat."
"Jubah hijau itu segera meninggalkan kantor Penjaga Malam, menyusuri jalan panjang menuju arah istana."
"Dalam kesenyapan, suara gong perak bergetar: 'Tidak boleh begini.'"
"Masuk ke kantor dan membunuh, setelah selesai tidak segera mundur malah membawa kepala keluar, berjalan ke Kota Kekaisaran..."
"Tiba-tiba seseorang menjerit: 'Dia hendak membuat keributan di istana!'"
"'Ini tidak boleh! Tuan Wei sudah tiada. Tak ada yang bisa melindunginya seperti dulu. Dia membunuh Yuan Xiong - ini kejahatan besar yang pantas disita hartanya dan ditumpas keluarganya. Jangan lanjutkan keributan, harus segera lari.'"
"'Siapa bisa menghentikannya? Tak ada yang sanggup.'"
"Terlalu impulsif! Dulu dia bisa membunuh adipati karena ada Tuan Wei dan para bangsawan yang memprotes dengan nyawa. Tekanan ditanggung para pejabat sipil-militer di barisan depan, baru dia bisa selamat sepenuhnya."
"Kali ini berbeda. Jika dia berani memberontak, pasti akan memicu penekanan dari pasukan dan ahli bela diri."
"Song Tingfeng dan Zhu Guangxiao membawa golok, pertama-tama bergegas mengejar."
"Penjaga Malam lainnya saling pandang, tak tahu harus berbuat apa."
"'Kami punya istri, anak, dan orang tua. Tidak boleh impulsif.'"
"'Mari... mari kita lihat saja. Hanya melihat.'"
"'Pokoknya tidak bisa diam saja.'"
"Soal bagaimana menghadapi nanti, mereka juga belum punya rencana."
"Setelah mencari alasan untuk diri sendiri, seseorang menggerakkan langkahnya dan melesat keluar dari kantor."
"Lalu, satu, dua... berhamburan keluar."
……
"Jam Mao ke-satu, hawa musim gugru yang dingin dan embun beku masih tebal, sebagian besar rakyat belum bangun pagi."
"Di depan warung sarapan pinggir jalan, seorang pedagang kaki lima membawa mangkuk susu kedelai panas dengan kedua tangan, menuju pelanggan di meja."
"Tiba-tiba, pandangannya tertuju ke jalanan. Matanya membelalak, mangkuk besar di tangannya jatuh pecah, menyiramkan susu kedelai panas ke tanah."
"Para pelanggan mengikuti arah pandangannya. Dalam cahaya subuh yang remang, terlihat sesosok jubah hijau membawa golok, tangan kirinya menggenggam sebuah tengkorak."
"Di belakangnya, mengikuti sekitar seratus Penjaga Malam."
"Sang pedagang perlahan memalingkan muka, bertanya pada pelanggan: 'Bukankah itu Xu Qi'an Gong Perak?'"
"'Ah, dia itu Xu Gong Perak?'"
"Ada juga yang belum pernah melihat wajah asli Xu Gong Perak."
"'Tidak, tidak salah, itu dia, Xu Gong Perak. Apa yang akan dia lakukan?'"
"'Membawa kepala di tangan... Ssss, apakah Xu Gong Perak akan membunuh koruptor lagi?'"
"'Di belakangnya ada begitu banyak Penjaga Malam...'"
"Pedagang kaki lima, pedagang keliling yang masuk kota pagi-pagi, dan sebagian warga yang berangkat kerja beruntung menyaksikan pemandangan ini."
"Ketika melihat Xu Gong Perak berjalan menyusuri jalan utama menuju arah Kota Kekaisaran, rakyat yang menyaksikan di sekitarnya tidak bisa tidak berinteraksi."
"'Siapa kepala manusia yang dibawa Xu Gong Perak itu?'"
"'Siapa yang tahu? Pasti bukan orang baik. Xu Gong Perak tidak akan membunuh orang tak bersalah. Aksi besar seperti ini, terakhir kali aku ingat saat eksekusi dua adipati di Pasar Cai. Sayang waktu itu aku tidak menyaksikan langsung...'"
“Suara tiba-tiba berhenti tiba-tiba.”
Beberapa detik kemudian, seseorang berteriak: "Ikuti, ikuti untuk melihat!"
Rakyat biasa yang awalnya hanya penasaran, tiba-tiba menyadari keseriusan masalah. Segera memanggil teman-teman dan mengikuti dari belakang para Penjaga Malam.
Sepanjang perjalanan, orang-orang menunjuk-nunjuk dan saling bertanya.
"Ini masalah apa sebenarnya?"
"Kenapa kalian mengikuti sekelompok Penjaga Malam ini?"
Warga dalam rombongan menjawab: "Yang memimpin itu Xu Gong Perak, tidak kenal? Mata anjing kalian buta!"
"Jangan banyak omong, kami juga tidak tahu. Ikut saja lihat keramaian. Jangan lupa, terakhir kali Xu Gong Perak mengerahkan pasukan seperti ini adalah saat kasus pembantaian Kota Chu."
Rakyat yang awalnya bingung langsung terkejut, lalu bergabung dalam rombongan.
……
Di atas tembok Kota Kekaisaran.
Pasukan Yulin yang bertugas di Gerbang Selatan melihat dari kejauhan jalan utama yang luas dipadati kerumunan orang, dari atas terlihat seperti hamparan ekor manusia.
Di depan ada sosok berjubah hijau, diikuti ratusan Penjaga Malam, dan di belakangnya rakyat yang berkerumun tidak teratur.
Rombongan hampir seribu orang. Di ibukota yang makmur, rakyat umumnya malas bangun pagi, terutama dengan cuaca semakin dingin di musim gugur. Kecuali terpaksa mencari nafkah, sebagian besar masih berkutat dengan selimut hangat dalam mimpi.
Karena itu, bisa mengumpulkan rombongan hampir seribu orang di waktu seperti ini sudah sangat luar biasa.
Pasukan Yulin segera mengabaikan rakyat biasa, mata mereka tertuju beberapa saat pada ratusan Penjaga Malam sebelum akhirnya mengunci sosok berjubah hijau di depan.
Mantan Gong Perak Xu Qi'an, di pinggangnya tergantung tengkorak manusia.
Komandan Pasukan Yulin di Tembok Selatan dengan wajah serius memerintahkan: "Persiapkan meriam, siapkan busur panah silang, tunggu perintahku..."
Menghadapi bintang neraka ini, tidak ada yang berlebihan dalam kewaspadaan. Terutama dalam situasi tegang akhir-akhir ini dimana pengadilan ingin menghukum Wei Yuan. Di momen genting ini, kedatangan Xu Qi'an jelas membawa maksud tersembunyi.
Komandan Pasukan Yulin itu berdiri di atas tembok kota membentak: "Ini wilayah kekaisaran, dilarang mendekat!"
Sambil bicara, dia mengangkat tangan. Pasukan Yulin di atas tembok segera mengarahkan mulut meriam untuk ancaman intimidasi.
Ada yang mengangkat busur perang, menarik tali busur keras.
Hanya menunggu komandan memberi perintah untuk melancarkan serangan.
Sosok berjubah hijau itu benar-benar berhenti.
Melihat ini, komandan Pasukan Yulin lega. Setelah kematian Tuan Wei, pemuda angkuh ini akhirnya harus menahan sifat liarnya.
Tiba-tiba dia melihat Xu Qi'an melepas tengkorak di pinggangnya, mengangkatnya tinggi sambil berteriak:
"24 tahun yang lalu, Wei Yuan memimpin pasukan ke Pegunungan Shanhai, bertempur melawan bangsa siluman, Nanman, dan Sekte Wu Shen. Kemenangan besar ini tidak akan terwujud tanpa Wei Yuan. Namun prestasinya melebihi kaisar, sehingga dihapuskan kultivasinya, dicabut kekuatan militernya, dipaksa hidup di istana."
Para Penjaga Malam di belakangnya menunjukkan wajah kesal, membela ketidakadilan terhadap Tuan Wei.
Di antara rakyat biasa, generasi muda kurang memahami, sedangkan yang tua tahu ucapan Xu Qi'an (Gong Perak) ini adalah kebenaran.
Komandan Pasukan Yulin memicingkan mata, tangannya masih terangkat.
"Hari ini 21 tahun kemudian, Wei Yuan memimpin pasukan menyerang Sekte Wu Shen. Sang Kaisar bejat khawatir kemenangannya sulit dikendalikan, bersekongkol dengan pengkhianat, memutus perbekalan 100.000 pasukan, bersatu dengan Sekte Wu Shen di Kota Gunung Jing untuk membunuh Wei Yuan dan menghancurkan pasukan."
"Setelahnya, bersama pengkhianat Yuan Xiong, mereka mencoreng namanya, menghancurkan reputasinya, menginjak-injak kemenangan yang diperoleh 100.000 pasukan dengan taruhan nyawa."
Suaranya lantang menggema, menyusup ke telinga rakyat satu per satu.
Membuat mereka gempar dan bergolak.
Pasukan yang menyerang Sekte Wu Shen menderita korban jiwa berat, menjadi bahan perbincangan yang memenuhi kota akhir-akhir ini. Bahkan pedagang kaki lima saat berkumpul minum teh pun mengutuk kasim yang menghancurkan negara.
Tapi kisah yang sama, ketika diucapkan oleh Xu Qi'an (Gong Perak), memiliki makna sama sekali berbeda.
Kaisar bersekongkol dengan pengkhianat, memutus perbekalan pasukan... Bersekutu dengan Sekte Wu Shen membunuh laksamana... Warga di jalanan yang mendengar ini otaknya langsung kacau balau.
Mata Para Penjaga Malam langsung memerah, bukan karena sedih tapi murka.
Jika perkataan Ning Yan ini terbukti benar, bagi mereka ini adalah kejahatan yang tak termaafkan.
"Panah!"
Komandan Pasukan Yulin berteriak kasar.
Gemerincing senar busur, desing peluru meriam, bergemuruh bersamaan.
"Peluru yang menderu dan busur panah silang yang diselubungi cahaya putih, semuanya menghujam ke arah Xu Qi'an, mengabaikan nyawa rakyat biasa."
"Rakyat menjerit ketakutan, berlarian mencari tempat berlindung."
"Gemuruh! Gemuruh! Gemuruh!"
"Peluru dan busur panah silang meledak di udara, seolah terhalang oleh benteng tak kasat mata."
"Hatiku hancur, tak tega melihat warisan enam ratus tahun leluhur hancur di tangan Kaisar bejat dan pengkhianat..."
"Xu Qi'an tegak tak bergeming, melemparkan kepala manusia dengan dahsyat, suaranya menggema bagai dentuman guruh: 'Maka hari ini, amarah orang biasa akan menyemburkan darah dalam lima langkah, menyelimuti dunia dengan berkabung!'"
"Di tembok kota, meriam dan ballista meledak bersamaan."
"Kepala manusia melambung melewati Kota Kekaisaran, jubah hijau membelah gerbang kota, menerjang istana."
……
"Anjing—Kai—sar—"
"Di Balairung Jinluan, dentuman menggelegar itu disusul desingan Pedang Taiping yang hendak menancapkan jubah kuning itu di kursi naga."
"Pandangan para bangsawan mengejar kilatan pedang, tertuju pada sang Kaisar yang telah memandangi istana selama hampir empat puluh tahun."
"Tiba-tiba, Kaisar Yuanjing mengulurkan tangan berdarah-daging, menggenggam ujung senjata ilahi legendaris."
"Pedang Taiping menyemburkan gelombang energi, berdengung gemetar, namun tak bisa melepaskan diri dari cengkeraman tangan seputih giok ini."
"'Kau kira zhen yang bertapa selama 21 tahun ini benar-benar tak berdaya?'"
“Kaisar Yuanjing memandang Xu Qi'an dengan ekspresi setengah tertawa, suaranya tenang bagaikan dewata yang berada di tempat tinggi, menentukan segalanya.”
“Keduanya saling berpandangan melintasi ruang aula. Dari tatapan itu, Xu Qi'an langsung menyadari bahwa Joan d'Arc dan Yuanjing telah menyatu.”
“Satu Qi Menjelma Tiga Kesucian, tiga menjadi satu dan satu menjadi tiga, bisa terpisah maupun bersatu.”
“Kau kira kedatanganku untuk membunuhmu hanya didasari kemarahan orang biasa?”
“Xu Qi'an menjawab dengan nada sama tenang, mengucap kata demi kata: 'Almarihum Kaisar Joan d'Arc!'”
“Kau berani menyelidiki status zhen?!”
“Kaisar Yuanjing sedikit mengerutkan alis, terlihat agak terkejut.”
“Braak!”
“Pedang Taiping menggetarkan gelombang-gelombang pedang yang menghancurkan meja berselimut sutra kuning, menggoreskan jejak-jejak bilah pada tangga emas. Satu gelombang pedang menghancurkan lempeng tembaga bagua kecil.”
“Lempeng bagua tembaga berubah menjadi sinar jernih yang menyilaukan. Sesaat kemudian, Kaisar Yuanjing dan Pedang Taiping lenyap dari Balairung Jinluan.”
“Alat ritual transmisi!”
“Membunuh kaisar bukan hanya menghabisi Yuanjing, tapi juga Joan d'Arc.”
“Joan d'Arc adalah ahli Du Jie tingkat dua. Xu Qi'an sendiri berada di kelas tiga. Pertempuran ini tak boleh terjadi di dalam ibukota.”
“Jika tidak, jutaan makhluk hidup akan lenyap tak berbekas.”
“Pandangan Xu Qi'an menyapu para bangsawan di aula. Ekspresi mereka kaku, tatapan kosong.”
“Sang Kaisar telah kehilangan Jalan. Xu hari ini akan menghukumnya. Para bangsawan harap tetap di aula menanti hasil.”
“Setelah berkata demikian, ia mengeluarkan lempeng bagua tembaga kecil dan menghancurkannya.”
“Sinar jernih menyelimutinya sebelum ia menghilang.”
……
Alun-alun Gerbang Meridian kacau balau, terompet dan genderang bergema di seluruh istana, pengawal istana berhamburan menuju Gerbang Meridian.
Memanfaatkan lemahnya penjagaan kamar tidur kekaisaran, Huaiqing memimpin pasukan pengawal pribadi langsung menuju Paviliun Jingyang tempat tinggal Kaisar Yuanjing.
“Ikat dia!”
Putri Mahkota yang dingin dan agung melambaikan tangan.
Dua puluh pengawal berkultivasi tinggi tanpa kesulitan mengatasi pengawal istana di luar kamar tidur kekaisaran.
Huaiqing memeluk setumpuk surat tulisan tangan di dadanya, bergegas melangkah dengan rok berkibar-kibar, memasuki kamar tidur kekaisaran Kaisar Yuanjing sendirian.
Setelah melangkahi ambang pintu yang tinggi, Huaiqing yang langsung menuju ruang studi kekaisaran tiba-tiba berhenti selangkah. Sepertinya merasakan sesuatu, ia berbelok menuju kamar tidur dan melihat Formasi Magis yang tergambar di lantai, serta manik-manik melayang di udara.
Ia menyaksikan naga emas yang sedang bergulat dalam kesakitan, perlahan tersedot keluar oleh daya hisap.
Naga emas bawah tanah... Longmai? Inikah rencana Ayah? Apa yang ingin dilakukannya?
Banyak pertanyaan berkelebat dalam hati Huaiqing. Saat hendak mendekat, tiba-tiba bola mata di dalam manik-manik itu berputar, mengawasinya dengan tatapan dalam yang mengerikan.
Ditatap oleh mata ini, Huaiqing merasa kaku dalam hati, sementara insting petarung yang ditempa melalui tahap Penyulingan Roh memberi peringatan gila-gilaan.
Huaiqing adalah wanita bijaksana dan tegas. Tanpa ragu ia berbalik dan pergi, kembali ke ruang studi kekaisaran. Di meja kerja besar, ia membentangkan surat-surat tulisan tangan satu per satu dan mencapkannya dengan stempel giok.
"Isi surat tulisan tangan terdiri dari dua kategori. Pertama, perintah untuk menutup gerbang kota rapat-rapat; kedua, perintah untuk mengerahkan pasukan penjaga istana.
Surat tersebut telah dicap dengan stempel kabinet. Asalkan ditambahkan stempel giok kekaisaran, semua gerbang ibukota akan tertutup, mengurung pasukan di dalam kota.
Saat rapat kelompok Bumi diadakan pada hari itu, anggota Tian Di Hui sepakat bahwa pembunuhan kaisar harus memenuhi dua prasyarat.
Pertama, pertempuran tidak boleh terjadi di dalam kota.
Kedua, lima batalyon pasukan penjaga istana yang langsung dipimpin Kaisar Yuanjing tidak boleh ikut campur dalam pertempuran.
Lima batalyon pasukan penjaga istana terdiri dari: Batalyon Artileri Ilahi yang menguasai meriam dan ballista canggih; Batalyon Kavaleri dengan perlengkapan mutakhir dan kecepatan membara; Batalyon Serbu dari kavaleri berat; Batalyon Prajurit Berpengalaman dari infanteri berat; serta Angkatan Laut.
Ini adalah pasukan paling elit di Kekaisaran Feng, baik kemampuan tempur, persenjataan, maupun ahli bela diri di barisannya semuanya unggul.
Jika pasukan ini dikerahkan seluruhnya, tak hanya di wilayah Feng, bahkan di Sembilan Provinsi pun hanya sedikit pasukan yang bisa menyaingi.
Eksistensi mereka bertujuan menjaga ibukota, memastikan pusat negara ini tak jatuh.
Setelah mencap stempel giok, Huaiqing berlari keluar kamar tidur kekaisaran, memanggil pengawal kepala dan berkata:
"Segera bawa lima surat ini ke markas pasukan penjaga istana, serahkan ke masing-masing komandan batalyon.
"Surat-surat lainnya, kirim ke kabinet untuk Perdana Menteri Wang."
Dia memberikan perintah dengan sistematis.
……
Pinggiran ibukota, Taman Selatan.
Formasi magis yang terukir di pinggir hutan menyala, menampakkan sosok Kaisar Yuanjing berjubah kuning memegang Pedang Taiping. Matanya yang tenang menyapu sekeliling.
“Taman Selatan!”
Hanya dengan sekali pandang, ia langsung mengenali ini adalah area berburu kerajaan, hutan seluas 260 li yang memang cocok sebagai medan perang.
Kaisar Yuanjing memandang ke suatu arah dengan mata penuh niat jahat, lalu melemparkan Pedang Taiping dengan gerakan mencambuk.
Di tempat itu sinar kehijauan berkedip, menampakkan sosok Xu Qi'an. Pedang Taiping yang meluncur tiba-tiba tepat mengarah ke lehernya, seolah ia sengaja menubruk mata pedang.
Ding!
Kilau emas meledak, Pedang Taiping terpental sebelum akhirnya kembali dengan girang ke tangan sang penguasa.
Kaisar Yuanjing tak bisa menahan diri menyipitkan mata, alisnya berkerut keras:
"Kelas tiga? Aku paham. Tak heran saat itu energi vital Wei Yuan tak mencapai level dua, ternyata masih menyimpan rencana cadangan. Ah, andai bukan karena sangat mengenalnya, zhen hampir mengira kau anak haramnya."
Tercemar oleh Pemimpin Sekte Bumi, ia tak lagi menyembunyikan iri hatinya. Niat jahat berubah menjadi keinginan membunuh.
Iri hati adalah salah satu emosi terburuk dalam kemanusiaan. Kaisar yang bertapa dua puluh tahun ini - dari rakyat biasa naik menjadi kultivator Du Jie level dua, masuk dalam jajaran puncak Sembilan Provinsi - kini benar-benar merasa dengki pada pemuda ini.
Dibanding pengorbanan diam-diamnya, pemuda ini malah menanjak dengan gemilang: meraih reputasi, bahkan Wei Yuan rela membuat jalan raya untuknya.
Hanya dalam setahun, dari semut kecil menjadi prajurit kelas tiga.
Xu Qi'an memasukkan pedang ke sarung sambil mengumpulkan tenaga, tersenyum sinis: "Bagaimana jika kuberi tahu, Huaiqing dan Pangeran Keempat adalah garis keturunan darahnya. Kau percaya?"
Kaisar Yuanjing perlahan menahan ekspresinya, berkata dengan kedinginan: "Kau sedang memprovokasi zhen."
Yang meresponsnya adalah tebasan pedang garang dari Xu Qi'an.
Kilatan pedang yang memukau terbelah di udara.
Pedang Taiping + Sabetan Satu Pisau Langit-Bumi + Pedang Hati + Memupuk Kesadaran + Raungan Singa Aliran Buddha!
Giok hancur!
Menyertai kilatan pedang adalah raungan singa yang mengguncang jiwa.
Kaisar Yuanjing mendeteksi kekuatan luar biasa dari tebasan ini. Siluetnya tiba-tiba menghilang, berpindah dengan kecepatan ekstrim. Bayangan kuning keemasan muncul dan lenyap silih berganti, namun ia tetap tak bisa menghindar.
Ia mengulurkan kedua tangan, telapak tangan berpendar cahaya emas dan hitam, mencengkeram kilatan pedang.
Ciiit...
Dalam desisan energi Qi yang meleleh, kilatan pedang punah.
Yang Shen Tao, yang dijuluki Dharma Abadi, merupakan sublimasi dari sifat kebal terhadap segala mantra pada Pil Emas.
Setelah mencapai pencapaian nirwana Dewata Darat Tingkat Satu, Yang Shen menyatu dengan fisik, bahkan mampu bertarung tangan kosong layaknya prajurit.
Tentu saja, kekuatan serangan dan ketahanan tetap tak sebanding prajurit sejati.
Xu Qi'an muncul di belakang Kaisar Yuanjing, menebaskan pedangnya. Ia tak berharap "kesadaran" Tingkat Emas bisa melukai ahli Du Jie Tingkat Dua.
Kesadaran pun perlu dikultivasi.
Kesadaran prajurit baru bisa disublimasi di Tingkat Dua. Tubuh Abadi Tingkat Tiga tak ada hubungannya dengan kesadaran Tingkat Emas.
Seperti hubungan antara Tingkat Emas dan Tiga Konfusian yang juga tak berkaitan.
Tujuan Xu Qi'an adalah menggunakan tebasan ini untuk mempersempit jarak, lalu menyusul dengan serangan beruntun yang menghantam.
Kaisar Yuanjing mendongak, melolong tanpa suara.
Otak Xu Qi'an "braak" tersentak, muncul gejala pusing dan penglihatan kabur. Dalam radius puluhan li sekitarnya, makhluk kecil seperti serangga hingga besar seperti rusa perunggu dan babi hutan mati bergelimpangan, tubuh mereka masih utuh.
Memanfaatkan celah getaran jiwanya, Kaisar Yuanjing mengeluarkan pancaran cahaya dari lengan bajunya.
Cermin Pemantul Roh, mengunci jiwa lawan, memperpanjang durasi kontrol.
Bendera Roh, "swish" menyapu sinar gelap yang menyerang jiwa.
Tiga paku Pemakan Jiwa melesat, mencoba menembus titik akupunktur di kepala. Tapi di bawah fisik prajurit, terpental tak berdaya.
Dua spiral kontrasepsi tembaga mengunci pergelangan tangan Xu Qi'an.
Tingkat Ketujuh Tao disebut Penyerap Qi, bisa mengendalikan alat ritual termasuk pedang terbang. Pada level Kaisar Yuanjing ini, menguasai banyak benda pusaka sekaligus mudah dilakukan.
Selain itu, Tao adalah salah satu sistem langka selain ahli sihir yang mampu membuat alat ritual. Hanya saja tak seahli ahli sihir yang bisa membuat hampir semua jenis.
Sambil mengendalikan benda pusaka, Kaisar Yuanjing memanggil sebilah pedang tajam. Satu tusukan, cahaya pedang membentang seluas langit-bumi.
Ia menganut metode kultivasi Sekte Manusia. Meski sama Tingkat Dua, kekuatan serangannya tak kalah dari Nuo Yuhui.
Dari tiga sekte Tao, Sekte Manusia paling agresif.
Bahkan di antara prajurit, teknik pedang Sekte Manusia termasuk yang terunggul, khususnya dalam menembus kulit tembaga-tulang besi prajurit.
Di bawah kilatan pedang, Adamantium Dewata bertahan beberapa napas, tak sanggup menahan, pedang menembus jantung.
Darah merah pekat menyembur di punggung Xu Qi'an.
Kaisar Yuanjing mengerahkan energi pedang dengan gila-gilaan, menghancurkan nyawa pendatang baru kelas tiga ini, matanya berkilat dengan niat jahat yang sama persis seperti siluman Sekte Bumi, tersenyum mengerikan:
"Prajurit kelas tiga baru masuk, pantaskah bersaing dengan zhen?"
Ia telah mencapai dua selama bertahun-tahun, mengkultivasi sumber daya seluruh kerajaan, mana mungkin bocah kelas tiga baru ini bisa melawan.
"Kutangkap kau."
Xu Qi'an menunjukkan senyum licik yang berhasil, bergemuruh: "Shenshu!!"
Sebuah aura dalam nan megah, menakutkan dan ketat, bangkit dalam tubuh Xu Qi'an.
Di pelipisnya muncul motif sihir seperti api, kulitnya dengan cepat menghitam, lingkaran cahaya api muncul di belakang kepalanya.
Aura Xu Qi'an meledak, dari kelas tiga awal, langsung melesat ke puncak kelas tiga.
Ini bukan kekuatan Shenshu semata, melainkan gabungan kekuatan keduanya.
Braak!
Cermin tembaga ritual pecah.
Bendera roh pecah.
Cincin tembaga pecah.
"Aku yang memimpin!" kata Xu Qi'an.
Kini sebagai prajurit level tinggi sejati, ia menguasai kemampuan Hua Jin, tetap bisa membunuh ahli sistem lain tanpa perlu dipimpin Shenshu.
"Baik!"
Dari dalam tubuhnya, terdengar suara berat Shenshu.
Shenshu dibangunkan secara paksa - satu-satunya yang bisa membangunkan ahli puncak dari tidur lelapnya tentu ahli puncak lain.
Pada hari itu setelah bangun, Xu Qi'an hanya menyampaikan satu permintaan kepada Kepala Divisi - meminta bantuannya membangunkan Shenshu.
Namun saat itu Kepala Divisi menolak tanpa alasan, hanya menyuruhnya pergi ke Akademi Yunlu terlebih dahulu.
Baru setelah menerima Blood Core peninggalan Wei Yuan dari Dekan, Xu Qi'an memahami maksud Kepala Divisi.
Shenshu bagai lubang tak berdasar yang tak pernah kenyang. Jika tetap sadar, Blood Core Wei Yuan akan sia-sia diserapnya.
Sesaat kemudian, serangan dahsyat bagai hujan deras menghujani Yuanjing. Gelombang qi berlapis-lapis meledak.
Kaisar Yuanjing merasakan musok mengelilingi dari segala penjuru - langit dan bumi. Serangan datang dari berbagai sudut, padat bagai hujan, tak terhindarkan dan tak terbendung.
Inilah prajurit kelas tinggi.
Pu!
Xu Qi'an menyatukan kedua tangannya, menembus dada Kaisar Yuanjing, lalu menyobeknya.
Pembelahan tubuh!
Darah yang terciprat di tubuh hitam berototnya semakin memperkuat aura mengerikannya bagai iblis.
Pada momen ini, Kaisar Yuanjing benar-benar mati, kematian yang sesungguhnya.
Sosok berpendar emas dan hitam itu melesat ke udara, berdiri tegak sambil memandang Xu Qi'an dengan wajah muram.
Almarihum Kaisar Joan d'Arc.
Xu Qi'an terdiam menatap jenazah di tanah. Di otaknya tergambar jelas sosok Kaisar Yuanjing yang berwibawa dan dingin.
Terbayang sang kaisar duduk angkuh di kursi naga.
"Meskipun dia telah lama digantikan oleh Joan d'Arc, meskipun kaisar yang dulu selalu adalah almarhum Kaisar Joan d'Arc, tapi dia tetap merasakan kepuasan yang mendalam."
"Dengan tangannya sendiri dia membunuh kaisar brengsek ini. Mulai saat ini, Yuanjing menjadi sejarah dan tidak ada lagi."
"Wajah Joan d'Arc berkedut. Meski tubuh Yuanjing ini memiliki kultivasi yang terbatas, baginya ini adalah satu nyawa yang nyata."
"Satu Qi Menjelma Tiga Kesucian, satu orang memiliki tiga nyawa."
"Setelah berhadapan langsung selama seperempat jam, dia sudah kehilangan satu nyawa."
"Dengan kewaspadaan dia mengamati sosok bagaikan dewa atau iblis itu, Joan d'Arc tiba-tiba tersadar akan sesuatu. Menunjuk Xu Qi'an, dia bergemuruh:"
"Ternyata kau, ternyata kau! Kaulah sosok misterius yang muncul di Chu hari itu. Benda segel di bawah Danau Sangpo ada padamu!"
"Dia dipenuhi kebencian dan dendam."
"Ternyata dia. Orang yang membunuh Pangeran Zhenbei adalah Xu Qi'an."
"Seandainya aku tahu itu kau, saat kau kembali ke ibukota dulu, zhen sudah harusnya memotong-motong jasadmu. Zhen menyesal, zhen telah melewatkan berapa banyak kesempatan untuk membunuhmu. Kau bisa menipu zhen karena Kepala Divisi membantumu memblokir Tianji, membuat zhen tidak bisa merasakan keberadaannya."
"Joan d'Arc kehilangan ketenangan pikiran. Dia menyaksikan sendiri bagaimana figur kecil ini tumbuh, memelihara harimau yang akan menjadi masalah, mentolerir langkah-langkah pertumbuhan orang ini."
"Baru sekarang dia tahu, pembunuh klon dirinya yang lain ternyata ada di dekatnya."
"Xu Qi'an tidak hanya membunuh klonnya, tapi juga membawa jenazah kembali ke ibukota, melompat-lompat ke sana kemari, membunuh adipati, mencaci maki dirinya di depan rakyat biasa."
"Keterlaluan, keterlaluan!!"
Joan d'Arc terkejut dan marah, kejahatan dalam hatinya mengobrak-abrik dasar laut, menggeretakkan gigi berkata: "Aku takkan memberimu kesempatan lagi."
Xu Qi'an berkata datar: "Yuanjing sudah mati. Mulai hari ini, tahta Kekaisaran Feng akan berganti pemilik."
Mendengar itu, Joan d'Arc menunjukkan senyum sombong penuh kemenangan: "Kau benar. Mulai hari ini, Feng memang akan berganti tuan. Ia akan menjadi negara bawahan Sekte Wu Shen."
Ternyata tujuan almarhum kaisar adalah menjadikan Feng negara bawahan Sekte Wu Shen. Dia ingin meniru Saru'an Agu... Xu Qi'an mengerutkan kening:
"Apa yang ingin kau lakukan?"
Joan d'Arc menyerap energi langit dan bumi untuk memulihkan kondisinya. Dia membentangkan tangan seolah memamerkan keagungannya:
"Kau tahu longmai? Dinasti menguasai Zhongyuan bukan hanya manusia, tapi juga wilayah. Persatuan rakyat mengumpulkan nasib, sedangkan longmai adalah esensi dari nasib dan teritori."
"Cukup dengan menyedot roh longmai dan mempersembahkannya pada Wu Shen, Zhongyuan akan dilanda bencana alam dan kerusuhan terus-menerus. Tapi karena longmai belum mati, pemberontakan biasanya gagal. Dengan menguasai longmai Zhongyuan, Sekte Wu Shen akan diakui takdir dan mudah menguasai wilayah ini."
"Jadi kau mau membantu Sekte Wu Shen membunuh Tuan Wei?"
Xu Qi'an tidak paham longmai tapi mengerti nasib. Setelah kehilangan separuh nasib, kemampuan ekonomi kerajaan Feng terus merosot - di sana kekeringan, di sini banjir.
Bertahun-tahun penuh kemalangan.
"Diriku yang telah memperoleh nasib, dalam perjalanan ini selalu bisa mengatasi kesulitan dan mengalami petualangan tak terduga. Dalam waktu singkat satu tahun naik ke kelas tiga, secara permukaan terlihat mendapat kebaikan dari para senior, namun sebenarnya ini adalah manifestasi dari diberkati nasib."
Jika longmai direbut oleh Sekte Wu Shen, hasilnya bisa dibayangkan.
"Wei Yuan harus mati. Jika dia hidup, hari ini yang kuhadapi adalah dirinya. Sedangkan kekuatan tempur prajurit Dua jauh lebih kuat darimu."
Joan d'Arc terus menyerap vitalitas. Serangan ganas sebelumnya menyebabkan luka ringan padanya.
"Wei Yuan adalah komandan terbaik yang langka dalam ratusan tahun. Selama dia hidup, Saru'an Agu tidak bisa tenang. Sekte Wu Shen meski menguasai longmai belum tentu bisa dengan mudah menguasai dataran Zhongyuan. Tentu, ada alasan ketiga kubunuh Wei Yuan yang akan kaupahami nanti."
"Omong-omong, saat sidang istana, aku telah mengaktifkan formasi magis untuk melepas longmai. Maukah kau kembali untuk menghentikan? Aku tak keberatan bertarung di kota."
Aku keberatan... Tuan Wei juga telah memperkirakan ini. Pertempuran Kota Gunung Jing juga merupakan jebakan 'Memasukkan Jun ke Dalam Tempayan' dari Sekte Wu Shen. Tapi Tuan Wei tak punya pilihan. Jika membiarkan Wu Shen melepaskan segel, meski kemampuan militernya hebat, takkan bisa melawan kategori super..." Xu Qi'an bertanya:
"Kau ingin mengambil longmai, apakah Kepala Divisi setuju?"
Sebagai ahli sihir -1, tak ada yang lebih paham tentang nasib darinya. Joan d'Arc yang ingin mengambil longmai di bawah pengawasan Kepala Divisi hanyalah khayalan belaka.
Meskipun Kepala Divisi tidak bisa membunuh Joan d'Arc, dia bisa mencegah longmai dicabut.
Kaisar Joan d'Arc tertawa terbahak-bahak: "Kepala Divisi adalah musuh terbesar dalam rencana keabadianku. Jika tidak ada cara untuk menahannya, mengapa aku akan mencabut longmai?"
Xu Qi'an mengerutkan keningnya.
……
Kuil Lingbao.
Nuo Yuhui keluar dari ruang meditasi, menuju halaman kecil, dan mengulurkan tangan putihnya ke kolam di pekarangan.
Sebilah pedang besi berkarat menyembul dari air, menyerahkan diri ke genggamannya.
Nuo Yuhui melangkah satu langkah dan menghilang dari pekarangan.
……
Menara Pengamatan Bintang.
Gelombang energi muncul di udara, sosok berjubah dukun melangkah keluar dari dimensi.
Seorang tua memegang cambuk penggembala, rambut dan janggutnya memutih, pandangannya tenang. Namun kemunculannya membuat langit di atas menara langsung mendung tebal.
Awan hitam bergulung-gulung nyaris menyentuh puncak menara, kilat-kilat terang mengintai di balik awan.
Saat orang tua itu muncul, pola array di Panggung Bagua menyala untuk menghancurkannya.
Tapi orang tua itu seolah berada di luar alam semesta, semua serangan terhadapnya tidak berpengaruh.
"Cucu didik, jika kau punya kekuatan merusak formasi seperti Wei Yuan, Guru leluhur akan langsung pergi," Saru'an Agu tersenyum ramah.
Kepala Divisi memutar cawan anggur di tangannya, menyesap dengan santai.
"Kemampuan ekonomi Feng sudah melemah sampai sekarang, berapa persen kekuatanmu yang tersisa?" Saru'an Agu duduk di tepi meja.
Kepala Divisi tersenyum sinis: "Ahli sihir menggunakan otak, prajurit baru tahu pakai kekuatan fisik luar biasa."
Sambil bicara, sebuah papan catur muncul di atas meja.
"Mari main satu ronde."
"Tentukan kalah-menang lewat catur?"
Kepala Divisi berkata datar: "Tidak, setelah ronde ini selesai, semuanya akan berakhir."
