Sembilan ekor rubah tak nyata bagai merak mengembangkan ekor, mencolok di belakang Xu Qi'an, bergerak perlahan.
Ekor-eor ini berasal dari Putri Negeri Sepuluh Ribu Makhluk Gaib, Siluman Rubah Berekor Sembilan.
Sejak awal, Dekan Zhao Shou dan Leluhur Aliansi Persilatan hanyalah kartu yang ditampilkan Xu Qi'an secara terang-terangan.
Masih ada satu kartu rahasia yang tak diketahui siapa pun - Putri Negeri Siluman.
Xu Qi'an tidak memiliki hubungan dengan Putri Negeri Siluman. Siluman rubah berkultivasi kuat itu, dalam pengetahuannya, hanya nama yang pernah muncul dalam sejarah epos.
Tapi Xu Qi'an tahu, jika menghadapi bahaya besar yang tak bisa diatasi,
Putri Negeri Siluman pasti termasuk yang akan mati-matian melindunginya.
Alasannya sederhana: dulu mata-mata Negeri Siluman-lah yang diam-diam menitipkan Shenshu ke tempat tinggalnya.
Jelas, tanpa izin dari Siluman Rubah Berekor Sembilan ini, beranikah mata-mata melakukan ini?
Tujuan sisa-sisa Negeri Sepuluh Ribu Makhluk Gaib adalah meminjam energi nasib dalam tubuhnya untuk memulihkan lengan patah Shenshu. Nasibnya dan Shenshu saling terikat.
Siluman Rubah Berekor Sembilan mungkin tak peduli nyawanya, tapi pasti tak akan membiarkan Shenshu disegel kembali oleh negara Buddha. Lalu untuk apa rencana kasus Pelanggaran Suci Danau Sangpo yang direncanakan Negeri Siluman?
Tentu, ini hanya menunjukkan kepentingan bersama. Jika hanya ini, Xu Qi'an takkan mempertaruhkan nyawanya pada siluman wanita yang belum pernah muncul atau berkomunikasi.
Alasan utamanya yakin Putri Negeri Siluman akan turun tangan, menganggapnya sebagai kartu as, adalah dua hal.
1. Kisah kecil Fuxiang.
Bukan Xu Qi'an meremehkan persahabatan akrab ini, tapi dengan status Fuxiang yang rendah, mungkinkah dia tahu kisah masa lalu murid utama Kepala Divisi?
Jelas tidak mungkin.
Lalu mengapa dalam surat wasiatnya, dia menulis kisah yang mengandung sugesti begitu jelas?
Jawabannya sederhana: ini adalah pesan tersirat Putri Negeri Siluman. Pertama, mengisyaratkan musuh sebenarnya. Kedua, menyatakan niatnya akan turun tangan.
Andai hanya ini, Xu Qi'an tetap takkan menjadikannya senjata rahasia.
Penyebab sebenarnya adalah: Saat itu di Sitianjian setelah bangun, sebelum menemui Zhao Shou di Akademi Yunlu, Kepala Divisi memberinya pil ajaib berwarna putih susu.
"Saat pil ajaib itu tertelan, Xu Qi'an seolah mendengar tawa ringan yang lembut menggoda, lenyap dalam sekejap detik."
Xu Qi'an tidak tahu bagaimana Kepala Divisi dan Siluman rubah berekor sembilan bisa berhubungan, tapi itu tak penting. Antar orang pintar, harus ada kesepahaman diam-diam.
Akhirnya keluar... Merasakan keanehan di tulang ekornya, Xu Qi'an lega bagai beban terangkat.
Alasan dia memaki siluman rubah itu sebagai perempuan menyebalkan adalah karena sudah merasakan karakter buruknya.
Seharusnya dia bisa turun tangan lebih awal, tapi sengaja menunggu di momen genting ini. Xu Qi'an hampir mengompol, mengira kartu lawannya tak bekerja.
Jika begitu, hanya bisa berharap terlahir kembali dalam keluarga kaya, punya ayah yang layak, dan kakak perempuan berkaki jenjang 36D yang suka "ying ying yng".
……
Begitu muncul, para ahli sihir berbaju putih langsung kaku seolah dikenai mantra penghenti.
Memanfaatkan celah ini, sembilan ekor rubah seperti tentakel menjerat nasib besar yang tak kasatmata, menghalangi para ahli sihir mencabutnya.
Sementara sebagian lain dipukul dengan keras ke arah mereka.
Tak ada gelombang Qi mengerikan atau fenomena aneh, tapi para ahli sihir spontan mundur setengah langkah dengan penuh kewaspadaan.
"Hm!"
Dia mendengus, penampakan siluman rubah berekor sembilan ini membuatnya terkejut namun juga tidak.
Tidak terkejut, karena tahu ada ikatan rumit antara Siluman Rubah berekor sembilan dengan Shenshu. Gangguan dari pihak lawan sudah mereka antisipasi.
Yang mengejutkan, dia tak menyangka Siluman Rubah berekor sembilan menggunakan metode serangan mendadak seperti ini.
Perlu diketahui, di hadapan ahli sihir puncak yang menguasai teknik pengamatan qi, sebagian besar metode penyembunyian akan tak bisa disembunyikan. Hanya sedikit cara yang bisa mengelabui mata ahli sihir kelas dua.
Namun para ahli sihir berbaju putih sudah memahami semua metode itu. Siluman rubah menggunakan teknik penyamaran yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Ahli sihir berbaju putih panik tapi tetap tenang. Dia menghentakkan kaki, memicu sisa formasi magis yang memancarkan sinar jernih menyilaukan, membentuk penghalang pelindung di sekujur tubuhnya.
Ngung-ngung!
Enam ekor rubah menghantam penghalang, mengguncang sinar jernih hebat, memicu ledakan berlapis energi qi, memaksa ahli sihir itu mundur teratur dihajar serangan gila-gilaan.
Tiga ekor lainnya melilit nasib besar itu, mengembalikannya ke dalam tubuh Xu Qi'an.
Nasib telah kembali ke pemiliknya.
Hu... Xu Qi'an lega. Rubah betina itu memang jago!
Melihat ini, Leluhur Aliansi Persilatan dan Dekan Zhao Shou menyambar kesempatan. Bilah-bilah inti pedang bermunculan di udara - kekuatan kelas tiga puncak yang hampir menyentuh kelas dua - bekerja sama dengan pisau ukir Cendekiawan Konfusian, menghancurkan formasi musuh bagai menerobos ribuan pasukan, merangsek melewati benteng-benteng kecil, langsung menuju kepala jenderal lawan.
Para ahli sihir berbaju putih menghadapi serangan tiga arah tanpa panik. Menyadari bahwa nasib sementara tidak bisa diambil, dia langsung meninggalkan Xu Qi'an.
Kantong harum terbuka secara otomatis. Alat-alat ritual seperti diberi nyawa, terbang keluar sendiri. Bukan ballista atau meriam yang mengandalkan serangan fisik, melainkan alat dengan fungsi yang lebih angker.
Ada yang berbentuk cermin tembaga, ada yang seperti gigi taring, ada cap perunggu kecil, ada juga menara permata...
Fungsi mereka adalah menyegel, menusuk aliran Qi, memenjarakan, memurnikan...
Berbagai alat ritual berputar di sekeliling. Tubuh Xu Qi'an utuh, tapi jiwanya tersentak keras seolah tercabik-cabik, kesadarannya hilang sesaat.
Ekor rubah yang menjulur seperti tentakel bajingan, di bawah pengaruh alat ritual, kehilangan vitalitas dan tujuan, merayap dengan kosong.
Ahli sihir berbaju putih mengulurkan tangan, menekan udara di atas kepala Xu Qi'an, mencabut kembali aliran nasib besar yang sudah dimurnikannya.
"Di tempat ini dilarang menggunakan alat ritual."
Zhao Shou bersuara berat.
Formasi magis besar ahli sihir itu, di bawah serangan gabungan sarjana sejati dan prajurit setengah langkah Dua , sudah hancur separuh. Tak lagi mampu melawan kekuatan "ucapan menjadi hukum" Konfusian.
Ding! Ding!
Alat-alat ritual yang melayang di udara berjatuhan.
Topi Kebesaran Semi-Saint dan Pisau Ukir Cendekiawan Konfusian menyegel diri, meredupkan cahaya. Kaum terpelajar menjunjung logika, bukan perilaku bajingan. Kekuatan "ucapan menjadi hukum" berlaku sama untuk kedua belah pihak.
Zhao Shou mendengus, wajahnya pucat pasi bagai kertas - efek berbalik menyerang dari teknik "Membual Kulit Sapi".
Normalnya saat menghadapi musuh setingkat, kekuatan "Ucapan Menjadi Hukum" hanya bisa digunakan tiga kali jika langsung mempengaruhi target.
Lebih dari itu, napas suci takkan mampu menahan efek berbalik menyerang sihir.
Tapi jika kekuatan tersebut dipakai untuk membantu atau memberkahi diri, tak ada batasan penggunaan.
"Tempat ini dilarang transmisi" dan "Alat ritual tak boleh digunakan" termasuk pengaruh langsung ke musuh. Dengan kekuatan puncak kelas tiganya, meski dibantu Pisau Ukir Cendekiawan dan Topi Kebesaran, melawan ahli sihir selevel di atasnya, tiga kali sudah batas maksimal.
Kehilangan tekanan alat ritual, sembilan ekor rubah langsung mengamuk, menari liar menusuk langit.
Ahli sihir berbaju putih kembali terpukul mundur - pertarungan jarak dekat memang kelemahan para alkemis.
Ekor rubah imajiner yang melilit nasib itu kembali menyatu dalam tubuh Xu Qi'an.
"Membunuh delapan ratus musuh dengan mengorbankan seribu pasukan sendiri."
Ahli sihir itu menyeringai mengejek.
Ejekannya tertuju pada Zhao Shou - setelah Topi Semi-Saint dan Pisau Ukir menyegel diri sendiri, usai tiga kali "Ucapan Menjadi Hukum", kontribusi sang sarjana dalam pertempuran ini hampir tak berarti.
Adapun Leluhur Aliansi Persilatan, meski serangan prajurit kasarnya dahsyat, si ahli sihir punya banyak cara mengulur waktu. Lagipula si tua bangka itu sendiri sedang tak dalam kondisi prima untuk turun langsung berperang.
Bagi para ahli sihir, ini merupakan celah besar yang dapat dimanfaatkan.
Ahli sihir berbaju putih merapal mantra dengan satu tangan, bersuara berat: "Bangkit!"
Piringan batu bergemuruh dan melayang ke udara. Di permukaannya, Formasi Magis legendaris yang telah tertembus dua pertiga mulai menyusut dan memperbaiki diri, membentuk versi sederhana dari "Formasi Magis Legendaris".
Meski tak sekuat formasi sebelumnya, seperti prajurit yang kehabisan tenaga mendapatkan napas baru, kondisi formasi ini jauh lebih kuat dan sempurna dibanding keadaan rusaknya. Kemampuan yang hilang seperti transmisi dan penjara kini pulih sepenuhnya.
Memperbaiki formasi rusak adalah kemampuan dasar bagi ahli sihir tingkat tinggi, seperti biksu bermeditasi atau Taois melamun - kemampuan dasar dalam sistem.
Tiba-tiba, ahli sihir putih itu melihat Zhao Shou dengan tenang mengulurkan tangan, telapak tangan menghadapnya, dan bersuara tegas:
"Di dunia ini, formasi magis dilarang digunakan."
Begitu kata-katanya menggema, piringan batu melayang itu retak-retak. Formasi demi formasi padam dan kehilangan kekuatan ilahi. Hanya dengan satu kalimat ini, Formasi Legendaris mini itu kembali melemah 50%.
Ahli sihir putih tak lagi mampu mengendalikan piringan batu itu. Batu tersebut jatuh bersama Xu Qi'an yang masih berada di atasnya.
Bersamaan itu, inti pedang yang tak tertandingi menghujam keras dari belakang ahli sihir putih, mendarat di punggungnya.
Ahli sihir putih mendengus kesakitan. Daging dan darahnya terkoyak, mengalirkan semburan darah segar deras-deras.
Sejak kemunculannya, akhirnya, akhirnya terluka, dan karena ini adalah inti pedang prajurit, kekuatan pembunuhan lebih kuat dan mengerikan dibanding sistem selevel lainnya.
Para ahli sihir berbaju putih tersandung mundur, menjauhkan diri dari Xu Qi'an. Saat ini, dia tak berani lagi menghadapi ekor berekor sembilan secara langsung.
Inti-inti pedang bermunculan dari udara. Si tua bangka Aliansi Persilatan tak mengindahkan kode etik persilatan, bersiap menghajar anjing yang jatuh ke air.
Melihat ini, Zhao Shou menarik bahu Erlang, menghentikannya yang hendak menerjang memeriksa kondisi keponakan, lalu membawanya menjauh dengan cepat.
"Tepatnya, membunuh seribu musuh dengan mengorbankan delapan ratus pasukan sendiri."
Zhao Shou membalas dengan sarkasme.
Sebelumnya, metode penghancur formasi yang digunakannya sebenarnya bukan "ucapan menjadi hukum", melainkan memanfaatkan konsep penyatuan dengan Jalan Wei Yuan secara gratis. Alasan mengucapkannya keras-keras dengan bantuan pisau ukir dan topi kebesaran adalah untuk menyamarkan kekuatan "ucapan menjadi hukum".
Murni untuk menyesatkan para ahli sihir berbaju putih.
Detail kecil yang sepele ini kini menjadi langkah kritis yang menentukan kemenangan.
Dalam hati Zhao Shou menghela napas, teringat saat Wei Yuan sebelum berangkat perang pernah mengunjungi Gunung Qingyun sendirian.
Saat itu, Wei Yuan melihat batu prasasti di Semi-Saint Temple; saat itu, Wei Yuan meninggalkan sebagian Blood Core-nya; dan saat itu pula, Wei Yuan berkoordinasi dengannya, memungkinkannya merekam "makna penghancur formasi".
"Saat itu Wei Yuan tidak sepenuhnya memahami rencana para ahli sihir berbaju putih, bahkan tidak mengetahui keberadaan sosok Xu Dalang. Hubungan sebab-akibat antara mereka terlalu kecil, Wei Yuan tak bisa menembus sosok yang telah diblokir Tianji dan tidak terkait erat dengannya."
"Tapi dia menganalisis kembali berbagai nasib yang dialami Xu Qi'an. Dengan intuisi seorang ahli strategi, dia menduga Xu Qi'an akan menghadapi masalah besar di masa depan."
"'Semoga ini bermanfaat baginya. Aku tak bisa selalu melindunginya. Anak elang suatu saat harus belajar terbang sendiri.'"
"Di telinga Zhao Shou, seolah bergema ucapan Wei Yuan saat itu."
"Untuk pemuda ini, Wei Yuan benar-benar telah menghabiskan seluruh akalnya."
"Dari kejauhan, ahli sihir berbaju putih sambil mengambil pil penyembuh dari kantong harumnya, dengan tenang melangkah menghindari lapisan demi lapisan inti pedang yang berlapis-lapis, menjauhi kepungan 'gunung golok'."
"Inti pedang yang dihunjamkan Leluhur Aliansi Persilatan, sejenak ini kehilangan target."
"Ahli sihir berbaju putih Xu Dalang memblokir dirinya sendiri, membuat Leluhur Aliansi Persilatan lupa sementara padanya."
"Setelah menelan pil, dia merasakan kekuatan obat menyebar dalam tubuhnya membersihkan inti pedang yang berkeliaran, lalu tersenyum pada Xu Qi'an:"
"'Hubungan Shenshu dengan Negeri Sepuluh Ribu Makhluk Gaib sudah kumengerti. Meski cara serangan Putri Makhluk Gaib itu di luar perkiraanku, tapi terhadap musuh seperti dia, aku sudah bersiap.'"
"'Anak tetaplah anak. Ingin melawan Laozi? Jauh panggang dari api.'"
"Saat berbicara, efek pemblokiran Tianji pun berakhir."
Setelah memblokir Tianji, pihak yang bersangkutan tidak boleh muncul di hadapan orang luar. Jika tidak, sihir ini akan otomatis gagal.
"Orang luar" dalam hal ini terdiri dari: musuh, pengamat dalam jumlah besar, serta lebih dari tiga anggota keluarga atau orang dengan ikatan kausalitas yang sangat dalam dengan dirinya.
Orang-orang yang hadir di tempat itu, entah memiliki hubungan sebab-akibat yang sangat kuat dengannya, atau adalah musuh.
Karena itu, teknik memblokir Tianji hanya bisa dipertahankan dalam waktu sangat singkat dan tidak bisa digunakan berulang kali.
Di ruang hampa udara, inti pedang mulai bermunculan lagi, menyerang para ahli sihir berbaju putih.
Namun tepat pada saat itu, warna-warna di langit dan bumi mulai memudar.
Semua warna benar-benar menghilang dalam sekejap, berubah menjadi hitam putih - termasuk Xu Qi'an, Zhao Shou, dan para ahli sihir berbaju putih.
Di dunia yang kehilangan warnanya ini, hanya ada satu sosok yang masih mempertahankan warnanya sendiri.
Seorang Bodhisattva perempuan berbaju jubah putih dengan rambut hitam bergelombang.
"Wu... Se... Fa... Xiang..."
Zhao Shou mengucapkan kalimat ini dengan kecepatan yang sangat lambat.
Salah satu dari Sembilan Dharma Utama Aliran Buddha, satu dari Sembilan Posisi Bodhisattva.
Dharma Tanpa Warna!
"A...ku...meng...utuk...ibumu...Xu...Da...Lang..." Kutukan keras bergema dalam pikiran Xu Qi'an.
Ia merasa tubuh dan pikirannya terjebak dalam lumpur. Butuh waktu lama bagi sebuah pikiran untuk muncul, dan tubuhnya sama sekali tak bisa bergerak.
Aliran Buddha akhirnya turun tangan... Tentu saja mereka akan bertindak. Para ahli sihir putih yang meminjam Paku Segel Iblis pasti sudah memberitahu keberadaan Shenshu ke Aliran Buddha. Dengan hubungan khusus antara Aliran Buddha dan Shenshu, mustahil mereka tidak campur tangan...
"Xu Qi'an lambat-lambat memproses pikiran ini di otaknya."
"Lalu, dia mendengar dari kehampaan suara tua yang perlahan mengumpat dalam dialek Jianzhou."
"Si tua bangka dari Aliansi Persilatan pun terpaksa mengeluarkan kata-kata kotor."
"Dekan Zhao Shou pasti juga sedang memaki 'Bu' dalam hati karena marah..." Begitu pikiran Xu Qi'an, tiba-tiba terdengar suara Zhao Shou yang penuh amarah namun lambat:
"Sungguh tidak menyenangkan ibu mereka!"
Apa maksudnya ini! Xu Qi'an tidak langsung memahami.
"Kau tidak berbohong, Shenshu memang ada dalam tubuhnya. Bagus, ini sangat bagus."
Suara Bodhisattva wanita itu merdu namun datar tanpa emosi:
"Kau ambil kembali nasib yang menjadi hakmu, sementara aku akan membawa Shenshu. Tapi Xu Qi'an tidak boleh mati. Dia memiliki ikatan sebab-akibat yang dalam dengan Aliran Buddha kami, sosok kunci dalam menyelesaikan konflik antara ajaran Hinayana dan Mahayana."
Ia mengangkat tangan, mengibaskan lembut.
Para ahli sihir berbaju putih kembali berwarna dan bisa berbicara lancar: "Setelah nasib diambil, dia akan mati."
Bodhisattva perempuan bertelanjang kaki yang kulitnya seputih salju berkata datar:
"Karena itu kau belum bisa mengambil nasibnya sekarang. Ikut aku ke Aliran Buddha dulu. Setelah kubuatkan tubuh Buddha baru untuknya, barulah kau ambil nasib itu."
Hei, sepertinya akhir hidupku tidak terlalu buruk... Xu Qi'an lambat memutar pikirannya.
Para ahli sihir berbaju putih terdiam merenung.
Suara Bodhisattva wanita itu bergemerincing seperti bel perak: "Setelah rekonstruksi tubuh Buddha, dia akan kosong dari empat ikatan, terlepas dari urusan duniawi, dan tidak akan membalas dendam padamu."
“Sungguh tidak menyenangkan ibu mereka!”
Xu Qi'an terkejut, rasa bahaya kembali menggelora. Dari nada suaranya, menjadi calon Buddha Aliran Buddha takkan berakhir lebih baik daripada mati.
Kosong dari empat ikatan, lebih baik mati.
Ahli sihir berbaju putih segera mengangguk halus: "Baik."
Bodhisattva perempuan menoleh, memandang Xu Qi'an, lalu menjentikkan sinar Buddha dari jarinya. Cahaya keemasan pucat itu melesat dalam dunia hitam-putik, menembus tubuh Xu Qi'an.
Ekor rubah ilusif mengeluarkan asap kehijauan mendesis, bagai salju yang terpapar sinar matahari.
"Ha!"
Dari kehampaan, terdengar suara lembut menggoda perempuan, seakan meremehkan.
"Kepala Divisi, ikan besar telah menyambar umpannya. Tunggu apa lagi?"
Suara perempuan yang lembut itu berkata datar.
Begitu ucapannya habis, siluet seseorang muncul di angkasa jauh.
Baju putih bak salju, rambut dan janggut memutih.
Ia berdiri tegak di angkasa, bagaikan Dewata yang menentukan nasib dunia ini.
Kepala Divisi akhirnya tiba... Xu Qi'an lega.
"Kaca patri!"
Suara Kepala Divisi tenang namun bergemuruh bagai guruh: "Tanpa izin memasuki wilayah Kekaisaran Feng——braak!"
Saat itu, ia seakan menyatu dengan hukum kosmis tak kasatmata, mendapat pengakuan dari prinsip alam semesta.
Ia bertindak atas nama dewa pelindung Feng, tanpa menyentuh rahasia takdir yang terlarang.
Kepala Divisi meraih piringan perunggu dari kehampaan. Di permukaan belakangnya terukir matahari-bulan dan pegunungan, bagian depan bertuliskan Tian Gan Di Zhi. Begitu muncul, seluruh dimensi pun bergemuruh.
Wilayah Tanpa Warna hancur berantakan.
Bodhisattva perempuan mengernyitkan alis dengan lembut, jubah putihnya seketika tertutupi darah.
Meski Bodhisattva perempuan ditangani Kepala Divisi, ahli sihir berbaju putih masih bisa menghalangi mereka, situasi pun kembali ke kondisi sebelumnya.
Ia berhadapan dengan Zhao Shou yang tak bisa bertarung, si tua bangka Aliansi Persilatan yang tak dalam kondisi prima, serta rubah berekor sembilan yang telah dibersihkan oleh sinar Buddha.
Saat ini, intervensi Kepala Divisi dan kemunculan Tianji Pan memaksa menghancurkan aturan yang dibuat Zhao Shou. Alat ritual bisa digunakan, formasi magis pun dapat diaktifkan.
Pola array berkedip di bawah kaki ahli sihir berbaju putih. Saat postur tubuhnya berkedip, ia mendekati Xu Qi'an.
Tanpa belenggu Wilayah Tanpa Warna, Xu Qi'an mendapatkan kembali kemampuan bergerak bebas. Ia menatap ahli sihir berbaju putih itu:
"Kau ingin merasakan nasib berbalik menyerang?"
Ahli sihir berbaju putih terdiam sejenak, lalu wajahnya berubah pucat. Formasi magisnya melebar di bawah kaki, lapis demi lapis menyelimuti Xu Qi'an.
Ia menggerakkan alat ritual, menyatukan efek Menyegel Dewata, Memenjarakan, dan Memurnikan.
Semuanya dilontarkan sekaligus ke tubuh Xu Qi'an.
Tapi Xu Qi'an lebih cepat. Dari mulutnya ia mengeluarkan kertas yang dilipat menjadi kotak kecil, menjepitnya di antara jari, lalu menusukkannya ke perutnya sendiri hingga membuat lubang berdarah-darah yang tembus ke belakang.
Kutukan pembunuhan!
Nyawa Xu Qi'an cepat melemah, di ambang kematian.
Kutukan pembunuhan memiliki dua bentuk. Pertama adalah dengan mendapatkan darah, bulu, bahkan pakaian atau barang-barang yang pernah menempel pada target sebagai perantara untuk melancarkan kutukan.
Pada pencapaian kelas tiga, seseorang bisa melancarkan kutukan jarak jauh tanpa perantara apapun, namun efeknya jauh berkurang.
Bentuk lainnya adalah dengan mengorbankan hutang daging-darah sendiri sebagai harga untuk melancarkan kutukan pada target.
Syaratnya adalah musuh harus pernah menyebabkan cukup kerusakan pada diri kita sebelumnya.
Para ahli sihir berbaju putih ini secara sempurna memenuhi kondisi yang terakhir.
Pu!
Darah menyembur deras dari mulut dan hidung ahli sihir berbaju putih itu, dalam sekejap menderita kekalahan besar.
Ekspresi datarnya akhirnya berubah menjadi terkejut dan marah.
Xu Qi'an tertawa parau: "Awalnya jurus ini kubuat untuk membunuhmu. Sudah lama kusimpan, rencananya akan kugunakan di momen genting. Tak kusangka kau berkolusi dengan Bodhisattva dari Aliran Buddha - sungguh disayangkan.
"Ada satu tujuan lain kupanggil Siluman rubah berekor sembilan, yaitu kemampuannya memulihkan kemampuan bergerakku sehingga aku bisa menggunakan kutukan pembunuhan."
Sebelumnya, tubuhnya sepenuhnya dikendalikan oleh ahli sihir berbaju putih itu sehingga sama sekali tidak bisa bergerak.
"Rasakan kutukan pembunuhan dari orang bernasib besar! Rasakan nasib berbalik menyerang, kau anjing-anjing yang tidak pantas dilakukan manusia!"
Xu Qi'an menertawakannya dengan seenaknya.
Pola array muncul di bawah kaki ahli sihir berbaju putih itu, membawanya kabur bagai asap melalui transmisi beruntun tanpa memberi kesempatan Siluman rubah berekor sembilan untuk menyerang.
"Dia pergi tanpa rasa rindu, seakan merasakan ancaman kematian."
