Rubah kecil yang imut itu mengenakan tas kulit mini di lehernya.
Bisa bicara bahasa manusia? Siluman rubah... Tahu status asliku... Xu Qi'an hampir melancarkan serangan 'Dewata Naga Perkasa', matanya menyapu sekeliling jendela, berkata:
"Masuklah untuk bicara."
Rubah kecil itu "Hihi" tertawa, keempat kaki pendeknya menendang, melompat dari ambang jendela ke dalam ruangan.
Xu Qi'an mengikuti gerakan siluman rubah kecil ini dengan tatapannya, menyaksikannya melangkah dengan anggun menggunakan keempat anggota badannya menuju meja, lalu melompat sekuat tenaga namun gagal mencapai permukaan meja, perut kecilnya menabrak tepi meja.
"Aduh!"
Dengan jerit kesakitan, kaki belakangnya mengayun-ayun tak karuan hingga akhirnya berhasil naik ke meja. Berjongkok, matanya yang hitam legam berkilauan penuh rasa ingin tahu dan kegembiraan sambil mengamati Xu Qi'an.
Lemah banget sih... Xu Qi'an bergumam dalam hati.
"Niangniang yang menyuruhku datang N..."
Rubah kecil itu mengeluarkan suara gadis kecil merdu seperti gemerincing perak.
"Tentu saja!" Xu Qi'an berpikir dalam hati, siluman rubah yang mengetahui statusnya, kemungkinan besar berasal dari Negeri Sepuluh Ribu Makhluk Gaib, karena itu tadi ia berhasil menahan impulsif untuk membinasakan siluman itu.
"Jadi?"
Ia berdiri di atas meja, memandangi rubah kecil berbulu yang menggemaskan dari ketinggian.
"Kau menyusup diam-diam ke sini, tidak takut ketahuan?"
Rubah kecil itu "Hehe" tertawa: "Kecepatan dan penyusupan adalah wilayah kekuasaanku, kalau tidak kenapa Niangniang mengutusku? Kakak Ye Ji bilang, Xu Qi'an (Gong Perak) bisa meramalkan segalanya, bijaksana dalam menghakimi, kok logika sederhana begini saja tidak paham?"
"Karena penalaran membutuhkan banyak petunjuk dan pemahaman akan sesuatu. Contohnya aku tidak mengenalmu, aku tidak bisa menilai apakah kau siluman rubah ceroboh. Atau usiamu yang masih muda membuatku curiga kemampuanmu terbatas dan kurang hati-hati."
Xu Qi'an menjawab sembarangan.
Rubah kecil itu tersadar, mata hitam mutiaranya berkilauan, menepuk meja dengan cakarnya sambil berseru manja:
"Begitu rupanya! Pantas disebut Xu Gong Perak, penjelasannya masuk akal dan tertata rapi (jingjing youtiao)."
"Siapa Kakak Ye Ji yang kau sebut? Dia mengenalku?"
Xu Qi'an duduk di tepi meja, menuangkan sendiri secangkir teh.
"Cepat, beri aku juga segelas!"
Rubah kecil itu menepuk meja, mendesak.
Dalam gemericik air yang samar, Xu Qi'an menuangkannya secangkir penuh. Xiao Hulijing mendekatkan hidung merah mudanya, menjulurkan lidah kecilnya, menjilat-jilat, menjilat-jilat.
"Kau tidak bisa berubah wujud?"
Xu Qi'an bertanya heran.
"Belum bisa~" jawab Xiao Hulijing dengan suara manja.
Aku salah, kau bukan sayuran, tapi sayuran busuk... Buat apa Putri Makhluk Gaib mengirimmu kemari? Xu Qi'an menggerutu dalam hati.
Setelah menjilat beberapa kali, Xiao Hulijing berkata: "Kakak Ye Ji adalah kakak ketigaku, kemampuannya sangat hebat. Dia lahir 376 tahun lebih dulu dariku."
Jadi siapa sebenarnya kakak Ye Ji-mu itu?
"Dulu dia bertugas di ibukota, baru kembali belum lama. Dia bercerita banyak tentangmu. Xu Yinluo hebat sekali~"
Fu... Fuxiang... Wajah Xu Qi'an berubah kaku, hatinya gamang antara gembira, sedih, atau marah - perasaan yang sangat rumit.
Gembira karena mendapat kabar sang kekasih, sedih karena pertemuan masih jauh, marah karena sebagai Penjaga Malam Kekaisaran Feng yang terhormat, dirinya malah dijadikan mumi olehnya.
Rupanya dia adik Fuxiang... Jadi nama asli Fuxiang adalah Ye Ji... Wajah Xu Qi'an sedikit melunak, bertanya:
"Apa maksud Niangniang-mu memanggilku kemari?"
"Untuk menyampaikan pesan~"
Jawab Xiao Hulijing riang.
Lalu sampaikanlah... Setelah menunggu cukup lama, Xu Qi'an melihatnya masih diam sambil menatapnya dengan mata berbinar.
"Kalau begitu, dia hanya bisa menekankan: "Mengirim pesan?""
"Niangniang menyuruhku untuk memberitahumu situasi Aliran Buddha.""
Sambil berbicara, mata Xiao Hulijing melirik ke meja—dia melihat kue osmanthus yang sudah beberapa kali dicuri pandangannya dengan sorotan samping.
"Makan saja kalau mau." Xu Qi'an menghela napas.
Xiao Hulijing bersuara riang, memeluk sepotong kue osmanthus dan mulai menggigitnya perlahan.
Pemula, gigi susu, sangat sopan, memiliki aura bangsawan—kesan rubah kecil yang akan menangis lama jika dipukul... Xu Qi'an membuat penilaian dalam hati.
Setelah sabar menunggunya selesai makan, Xu Qi'an bertanya: "Mau tambah?""
"Iya iya, terima kasih Xu Yinluo (Gong Perak).""
"...Sampaikan dulu perintah Niangniang yang harus kau sampaikan.""
Rakus! Xu Qi'an menambahkan cap lagi dalam hati, tapi wajar saja kalau anak kecil suka jajan.
Xiao Hulijing dengan enggan menarik pandangannya, lalu duduk manis sambil berkata:
"Dari tingkat tertinggi: Yang terkuat di Aliran Buddha adalah Buddha kategori super. Di bawahnya ada Empat Bodhisattva. Bodhisattva masa kini ada empat: Bodhisattva Jialuo Shu yang menguasai 'Rupa Dharma Adamantium dan Rupa Acala'; Bodhisattva Guangxian penguasa 'Rupa Siklus Reinkarnasi dan Rupa Welas Asih Agung'; Bodhisattva Faji yang menguasai 'Rupa Kebijaksanaan Agung dan Rupa Apoteker', serta Bodhisattva Kaca Patri pengendali 'Rupa Peziarah dan Rupa Kaca Tak Berwarna'.""
“Dalam sejarah Aliran Buddha, pernah muncul sembilan Bodhisattva. Lima ratus tahun lalu ada tujuh, setelah Penanda Waktu Penumpasan Makhluk Gaib tersisa lima. Saat Kaisar Wuzong merebut tahta, satu lagi dipenggal oleh Kepala Divisi pertama. Kini hanya tersisa empat.”
“Selanjutnya Sembilan Arhat Besar, yang masih hidup hanya dua: Tuqing dengan pencapaian spiritual Srotapanna dan Du'e Arhat. Niangniang berkata, setelah pencapaian spiritual terkonsolidasi, tidak bisa diubah lagi. Karena itu dalam jarak waktu yang jauh, banyak Arhat memilih reinkarnasi untuk memperbaiki Jalan Buddha.”
“Namun Arhat mengalami kekaburan inkarnasi, Bodhisattva menghadapi kebingungan antar-yoni. Sebagian besar Arhat lenyap dalam siklus reinkarnasi. Dalam sejarah Aliran Buddha ada delapan belas Arhat. Sebagian memilih siklus reinkarnasi, sebagian tewas dalam Penanda Waktu Penumpasan Makhluk Gaib.”
“Terakhir adalah Adamantium Pengawal Dharma. Yang masih ada tetap dua orang: Du'nan Adamantium dan Dufan Adamantium. Berapa banyak Adamantium di masa kejayaan Aliran Buddha, Niangniang tidak menghitungnya. Menurutnya, dalam Penanda Waktu Penumpasan Makhluk Gaib, Adamantium kelas tiga hanyalah tumbal.”
Xu Qi'an membuka mulutnya hingga bisa memasukkan telur, seluruh tubuhnya membeku seperti patung.
Di masa kejayaan ada sembilan Bodhisattva, delapan belas Arhat, beberapa Adamantium Pengawal Dharma... Ini benar-benar di luar nalar...
Tidak, tidak boleh berpikir begitu. Ini hanya akumulasi sejarah. Jika dihitung seluruh dinasti di dataran Zhongyuan, jumlah ahli kelas tiga, Dua , dan Tingkat satu juga sangat banyak...
Tapi... Tapi saat ini masih ada empat Bodhisattva, dua Arhat, dua Adamantium... Ini tetap sangat tidak masuk akal...
"Namun, jika Kekaisaran Feng tidak mengalami kerusakan akibat Kaisar Yuanjing dan pengambilan nasib oleh Xu Pingfeng, pasti tidak hanya ada Pangeran Zhenbei seorang di kelas tiga. Setidaknya Tuan Wei adalah kelas dua puncak, dan mungkin masih ada ahli-ahli lain yang akan muncul."
"Sebaliknya, Aliran Buddha setelah Pertempuran Shanhaiguan seperti api yang membakar minyak, berkembang pesat sampai tingkat yang mengerikan."
Xiao Hulijing melanjutkan: "Yang memimpin tim ke Kuil Sanhua kali ini adalah Adamantium Dunan, dengan dua pengawal kelas empat bernama dharma Jingxin dan Jingyuan. Jingxin adalah Biksu Zen, Jingyuan Biksu Beladiri. Perhatian utamamu cukup pada mereka berdua."
"Oh ya..."
Dia berjongkok, mengulurkan satu cakarnya ke dalam tas kulit kecil di lehernya: "Niangniang menyuruhku memberikan ini padamu."
Di cakarnya tergenggam gelang dengan enam lonceng tembaga berkarat, terlihat sangat antik.
"Gelang?"
Xiao Hulijing membetulkan: "Niangniang bilang ini gelang kaki."
Xu Qi'an menerima gelang kaki itu dan bertanya: "Siapa namamu?"
Xiao Hulijing menjawab: "Coba tebak."
"Tidak bisa menebak."
"Hm! Tidak berguna! Aku kasih petunjuk: Namaku kebalikan dari nama Kakak Ye Ji."
"Ji Ye?"
"Bukan! Namaku Bai Ji!"
Xiao Hulijing mengangkat cakar depannya dan memukul meja keras-keras untuk menunjukkan kemarahannya.
"Hal terakhir, Niangniang berpesan, berharap kamu bisa menepati janji untuk mencari sisa tubuh Master Shenshu. Untuk itu, beliau mengutusku untuk memata-mataimu. Aku cepat lho, bisa menempuh ribuan li dalam sehari. Jago menyelinap juga, aku sangat berguna."
Xiao Hulijing berdiri tegak dengan dua kaki belakangnya, menyilangkan tangan di pinggang dengan penuh kesombongan.
"Menempuh ribuan li dalam sehari..."
Mata Xu Qi'an berbinar, "Kalau begitu, bisa nggak kamu mengangkut orang?"
Xiao Hulijing tertegun, melihat tubuh mungilnya lalu memandangi postur besar Xu Qi'an, ragu-ragu menjawab: "Se-sepertinya bisa..."
Dengan gembira, Xu Qi'an mengangkat Xiao Hulijing ke bawah dan mendudukkannya di tanah, lalu duduk tepat di atasnya.
Xiao Hulijing linglung.
……
"Hei, jangan nangis. Kan kamu sendiri yang bilang bisa."
Xu Qi'an duduk di tepi ranjang, membela diri sambil menatap rubah berbulu yang menempel di bantal sambil menangis ying ying ying.
Butiran air mata sebesar kacang jatuh dari mata Xiao Hulijing: "Aku akan pulang ke Niangniang dan laporkan kamu sudah menindasku, ying ying... Pinggangku sakit sekali, ying ying, hik..."
Sepanjang hidupnya, ini pertama kali dia diperlakukan seperti ini.
Xu Qi'an memang jago merayu wanita, merayu rubah... juga mahir. Dengan bujuk rayu dan tipu muslihat, akhirnya Xiao Hulijing memaafkannya sambil berlinang air mata.
Ternyata benar, setelah dipukul sekali bisa dibujuk lama. Xu Qi'an meniup lilin, "Kalau gitu, tidur yuk?"
"Xiao Hulijing bangkit berdiri, dalam kegelapan, menatapnya dengan waspada: 'Tidak, Kakak Ye Ji bilang kamu ini penggemar nafsu, aku tidak boleh tidur denganmu.'"
Xu Qi'an melirik tubuh rubah kecil itu, diam-diam menutupi mukanya.
"Tidak sampai segitunya..."
……
Di kamar Wenren Qianrou, Santo Sekte Langit memutar cawan anggur di jemarinya sambil berdiri di tepi jendela:
"Senior Xu dan Nyonya tidak tinggal dalam satu kamar?"
Wenren Qianrou menyisir rambutnya di depan cermin, tersenyum tipis: "Hmm."
Ia mengenakan pakaian dalam putih, pantat bulat pinggang ramping dada montok, dari wajah hingga body, sungguh wanita yang luar biasa.
"Untuk apa tidur terpisah..." gumamnya dalam hati, lalu melanjutkan: "Rou'er, di hadapan Xu Qian itu, ingat untuk selalu bersikap hormat."
"Aku sudah memperlakukannya sebagai penyelamatku."
Wenren Qianrou terlihat tersinggung.
"Bukan itu maksudku." Li Lingsu terdiam sejenak, menurunkan suara: "Xu Qian itu monster tua, monster yang sudah hidup ratusan tahun."
"Kelas tiga?"
Wenren Qianrou merasa kaku dalam hati.
Li Lingsu menggeleng sambil tertawa getir:
"Dulu, aku juga berpikir begitu. Tapi kemarin di Kuil Sanhua, satu hal kecil mengubah pandanganku. Ia memberiku kantung brokat berisi meriam dan busur perang, cukup untuk mempersenjatai satu batalyon pasukan. Perkumpulan Dagang Leizhou kalian sampai memeras otak, menghabiskan harta tak terkira hanya untuk mendapatkan sedikit busur militer dan senapan api dari pemerintah."
"Tapi baginya, ini semua cuma mainan receh belaka."
Wenren Qianrou tak percaya: "Dia petugas pengadilan? Ahli kelas tiga pengadilan, sebelumnya ada Pangeran Zhenbei, kemudian Xu Qi'an. Selain itu ada ahli sihir Sitianjian. Siapa Xu Qian ini?"
Santo Sekte Langit menggelengkan kepala: "Sepertinya dia bukan petugas pengadilan. Menurutnya, meriam dan busur perang itu adalah hadiah kecil yang dimenangkan saat bermain catur dengan Kepala Divisi. Hmph, tokoh sekelas dia tak perlu membohongiku, benar kan?"
Hadiah dari permainan catur dengan Kepala Divisi... Napas Wenren Qianrou tiba-tiba tersengal-sengal.
Dengan sisa sorotan cahaya, Santo Sekte Langit melihat kekasihnya yang terpana, langsung berkata: "Ah, kultivasi saya disegel, harus segera membuka segel ini. Rou'er, aku akan ke kamar dulu untuk meditasi."
Wenren Qianrou tersentak sadar. Alis lentiknya terangkat tinggi. Ia menyambar selimut di meja, mengibaskannya dengan gerakan cepat.
Selimut panjang itu bagaikan cambuk, langsung membelit leher Li Lingsu dan menariknya kembali.
“Kekasih Li, sudah dua hari kau datang ke Negeri Lei, tetapi tidak menyentuhku. Apakah kau sudah bosan dengan yang lama dan menyukai yang baru? Atau... dalam hati ada orang lain?”
“Tidak, tidak ada.”
“Hm! Aku tidak percaya.”
“Benar tidak ada, hatiku selamanya untuk Rou'er.”
“Kalau begitu, lihat manifestasimu malam ini.”
……
Keesokan harinya, fajar menyingsing.
Xu Qi'an memeluk rubah putih kecil, membawa Permaisuri tiba di ruang dalam, menyaksikan Li Lingsu duduk sendirian di dalam ruangan menikmati sarapan.
"Semalam saja, kau seolah kelelahan banyak."
"Xu Qi'an menyapu pandangannya ke atas meja, sarapan tidak ada masalah, bubur putih, mantou serta lauk pauk yang cantik."
"Dia mengendus-endus hidungnya, menyambar sebelum Li Miaozhen sempat bereaksi, mengelupas tutup cangkir."
"Di dalam cangkir teh, terendam penuh buah goji."
"Pu... Xu Qi'an hampir tertawa terbahak."
"'Aduh, Jancuk! Daya tarikku ini.'"
"Li Miaozhen menghela napas, berkata: 'Senior, kapan kita berangkat ke Kuil Tiga Bunga?'"
"'Tidak usah buru-buru. Beberapa hari ini seharusnya masih ada orang yang akan datang. Kau teruskan menyamar sebagai Li Miaozhen, sebarkan kabarnya. Ngomong-ngomong, kemarin kau memberikan celah.'"
"'Celah apa?'"
"Xu Qi'an meletakkan tiga mantou di hadapannya, salah satunya disobek menjadi dua bagian sama rata, ditaruh bersama dua mantou lainnya."
"Kemudian, dia menunjuk mantou itu, lalu menunjuk dada Li Miaozhen."
"Maksudnya adalah: Ukuran mantou yang kugunakan kemarin tidak tepat, seharusnya masing-masing sisi satu setengah mantou... Li Miaozhen tertegun sejenak, lalu memahami maksud Xu Qian."
"'Aku mengerti.'"
"Li Miaozhen menunduk meminum bubur, berkata: 'Ini harus dirahasiakan. Kalau sampai adik seperguruanku tahu, dia akan membunuhku.'"
"Sambil terus makan, matanya tertuju pada mantou, merasa ada sesuatu yang tidak beres."
"Baru ingin merenung lebih dalam, perhatiannya tiba-tiba tertarik oleh rubah putih kecil, heran bertanya: 'Rubah kecil ini dari mana?'"
"'Adik perempuan seorang teman lama.'"
"Xu Qi'an menjawab."
"Adik perempuan teman lama..." Li Lingsu mengamatinya, seolah teringat sesuatu, bertanya dengan nada ujian: "Siluman rubah?"
"Hm!"
Rubah putih kecil itu mengangguk sendiri, bersuara jernih: "Iya lah."
"Ia bisa bicara?"
Nan Zhi yang di samping terkejut, baru tertarik mengulurkan tangan ingin memeluk rubah kecil, tapi segera menarik kembali, dengan hati-hati bertanya: "Apa ia akan menggigit?"
"Tentu, aku sangat galak. Jangan sentuh aku."
Rubah kecil itu mengibaskan cakarnya, mengancam.
Dia bukan binatang peliharaan rumahan. Hanya hewan piaraan yang suka disentuh manusia, hewan sejati pantang disentuh sembarangan.
Tiba-tiba, kepala rumah tangga kediaman Wenren bergegas masuk, nadanya agak tergesa:
"Daozhang Li, Komandan wilayah datang, meminta audiensi dengan Anda."
Komandan Militer Leizhou, salah satu dari tiga kekuatan terbesar di seluruh Leizhou.
Wajah Li Lingsu tenang bagai gunung runtuh: "Tolong antar ke aula, bilang saya segera menyusul."
Ia bertukar pandang dengan Xu Qi'an, tersenyum: "Datanglah."
Dunia persilatan hanya tempelan. Di satu provinsi, ahli bela diri pangkat empat bisa dihitung jari, apa bisa jadi ancaman serius bagi Kuil Sanhua?
Umpan sesungguhnya adalah ahli bela diri pangkat empat dari pihak militer.
Dan Komandan Militer Leizhou ini termasuk yang paling top di antara mereka.
……
Seperempat jam kemudian, Yuan Yi sang Komandan Leizhou akhirnya bertemu dengan legenda Pahlawan Wanita Feiyan.
“Santo Perempuan Sekte Langit yang termasyhur ini memang seorang kecantikan langka. Semangatnya menggebu, fitur wajahnya sempurna. Tampaknya terluka cukup parah, wajah cantiknya sedikit pucat dengan perban melilit leher.”
Yuan Yi yang berkulit gelap dan bertubuh besar mengangguk halus: “Reputasi kesatria Daozhang Li tersebar luas. Merupakan kehormatan bagi Yuan bisa bertemu hari ini.”
Lei Zhou yang berbatasan langsung dengan Wilayah Barat menempatkan 100.000 pasukan, penuh dengan pos militer. Komandan setempat, baik jabatan maupun kekuatan tempurnya, satu tingkat lebih tinggi dibanding provinsi lain.
“Li Miaozhen” berbicara blak-blakan: “Apakah Komandan datang untuk harta mistis Kuil Sanhua?”
Yuan Yi tidak mengangguk, memegang cangkir teh dengan santai: “Bagaimana Daozhang Li bisa memastikan benda itu bisa membantu level empat menembus ?”
Ia tak sepenuhnya percaya kabar burung di Lei Zhou. Tapi mengingat reputasi Li Miaozhen dan hasratnya sendiri akan kelas tiga, ia memilih “lebih baik percaya daripada menyesal”.
Li Miaozhen tersenyum: “Komandan salah paham. Menembus hanyalah efek paling remeh dari benda itu.”
“Penjelasannya?” Yuan Yi bertanya.
“Apakah Komandan tahu asal-usul kasus pembantaian Kota Chu?”
“Pangeran Zhenbei membantai kota untuk membuat Blood Core sudah menjadi rahasia umum.”
“Maka mudah dijelaskan. Pagoda Futu menahan ahli bela diri yang ditangkap dalam Pertempuran Shanhaiguan dulu, semuanya kelas tiga ke atas. Termasuk mantan wali kota Jing Shan, Nalan Tianlu - Rain Master Dua .”
“...Maksud Daozhang Li adalah?”
“Kini, para ahli bela diri legendaris itu telah dimurnikan menjadi Blood Core dan Pil Jiwa. Karena itu, Kuil Tiga Bunga menutup pintu bagi pengunjung dan melarang siapapun memasuki Menara Harta.”
Yuan Yi memicingkan matanya, lama tak bersuara.
……
Keesokan harinya, Yuan Yi mengunjungi Kediaman Wenren untuk menyelidiki informasi tentang harta mistis, namun kabar ini tersebar oleh Perkumpulan Dagang Leizhou.
Hal ini semakin menciptakan sensasi, memprovokasi berbagai kekuatan yang masih berdiam diri.
Gerbang Pedang Ganda Leizhou.
Ketua gerbang Tang Yuanwu duduk di aula, sepasang pedang panjang-pendek berdiri tegak di sisi kiri-kanannya.
Gerbang Pedang Ganda telah menjadi kekuatan besar di dunia yang berdiri kokoh di Leizhou selama bertahun-tahun. Setiap ketua gerbang selalu berpangkat empat, dihormati di mana-mana. Saat Pertarungan Langit vs Manusia awal tahun ini, Tang Yuanwu pernah membawa murid-muridnya ke ibukota untuk berpartisipasi dalam "perhelatan agung".
Muridnya Liu Yun, dengan mengandalkan kecantikan dan kemampuan, meraih ketenaran seketika di ibukota, disejajarkan dengan Rongrong dari Menara Semua Bunga sebagai Empat Besar Kecantikan.
Mengenai "harta mistis" Kuil Tiga Bunga, para tetua Gerbang Pedang Ganda memiliki pendapat berbeda. Sebagian merasa Aliran Buddha sulit dihadapi, menyarankan untuk tetap berdiam. Sebagian lain menganggap ini merupakan kesempatan emas bagi ketua gerbang dan organisasi mereka.
Sebagai orang dunia, mengejar peluang seharusnya tidak disertai rasa takut.
Ia melirik para tetua dan murid di bawahnya, bersuara berat:
"Tak perlu berdebat lagi. Terlepas dari kebenarannya, hal ini patut diselidiki. Meski Aliran Buddha kuat, tapi dunia Leizhou dipenuhi orang-orang berbakat. Di antara garnisun militer, banyak ahli bela diri bermunculan. Bukan tidak mungkin kita bisa bersaing dengan mereka."
"Yun, besok kau pimpin 30 ahli terbaik dari gerbang, ikut bersamaku ke Kuil Tiga Bunga."
"Liu Yun yang gagah perkasa membawa pedang ganda di punggungnya, maju ke depan dan memberi hormat dengan tangan terkepal: 'Ya, Ketua Gerbang.'"
……
Sebuah pos militer.
Seekor kuda melesat keluar dari perkemahan, diburu oleh sekelompok prajurit.
Yang melaju kencang adalah seorang pemuda berbaju zirah, menunggang kuda hitam legam berkecepatan tinggi.
Dari belakang, teriakan prajurit yang mengejar: "Tuan Zhenfu, keluar tanpa izin adalah kejahatan besar. Segera kembali bersama kami untuk meminta maaf pada Komandan."
Pemuda berbaju zirah itu tertawa terbahak:
"Persetan dengan permintaan maaf! Laozi kalau bisa merampas harta karun, langsung naik jadi prajurit kelas tiga. Siapa berani menghukum Laozi? Kalau gagal, paling-paling dipecat. Sebagai prajurit peringkat empat, Laozi bisa sukses besar di mana saja!"