“Kerja sama pertama antara Aliran Buddha dan ahli-ahli muda Kota Naga berakhir dengan gagal total, sangat menghancurkan kepercayaan diri dan semangat mereka.
Ji Xuan mengerutkan keningnya.
Sebaliknya, Lao Dao Daun Pisang yang menjadi pengamat dan berpengalaman di dunia, segera menganalisis situasi lalu mengirim pesan suara:
“Jangan panik.
“Pangeran Muda, Xu Qi'an memang prajurit kelas tiga, fisiknya jauh lebih kuat dari kalian.
“Tapi fisik kuat tak berarti kekuatan tempur setara. Kemampuannya memenggal cakar kanan Harimau Putih dengan mudah hanya mengandalkan senjata ilahi legendaris.
“Kita hanya perlu mencari cara untuk menyingkirkan golok itu. Xu Qi'an hanyalah prajurit peringkat empat dengan pertahanan kelas tiga...
“Dengan kekuatan tempur kita, cukup untuk menghantuinya.”
Kini, Lao Dao Daun Pisang tak berani lagi menjanjikan kemenangan atas Xu Qi'an. Ia yakin ketenangan pikiran Ji Xuan dan yang lain juga telah berubah.
Menyingkirkan golok itu... Ji Xuan mengeratkan alisnya, di otaknya pikiran-pikiran berkedip cepat menyusun informasi intelijen, meninjau ulang keunggulan, keahlian, dan kekuatan tempur pasukannya.
Matanya tiba-tiba berbinar, berbisik:
“Qihuan Danxiang, aku ingat Gu Hati bisa mengendalikan makhluk berintelejensia rendah. Apakah ini termasuk roh artifak yang baru memiliki kesadaran dasar?”
Semua orang pintar di tempat itu segera menoleh ke Qihuan Danxiang.
“Secara teori, selama sesuatu memiliki kesadaran, bisa dikendalikan atau dipengaruhi. Tapi aku belum pernah mencoba mempengaruhi senjata ilahi legendaris.”
Qihuan Danxiang menjawab perlahan.
“Itu sudah cukup!”
Biksu Beladiri Jingyuan berbisik:
"Tak harus mengalahkannya, cukup mengulur waktu hingga Arhat Duqing atau dua Adamantium menyelesaikan lawan mereka, maka kita menang."
"Jika mereka lama tak bisa menentukan, kita bisa perlahan-lahan menggerogoti Xu Qi'an."
Setelah berunding diam-diam melalui pesan suara, semangat mereka kembali bangkit dengan harapan kemenangan.
Selama ada harapan, semangat tempur akan tetap menyala.
Xu Qi'an terdiam melihat mereka berunding melalui pesan suara, tanpa terburu-buru.
Pandangannya melayang melewati Ji Xuan dkk, menatap adik-adiknya di kejauhan.
Cukup patuh, tak datang lagi mengganggu... pikirnya dalam hati.
Apakah menculik Xu Yuanshuang dan Xu Yuanhuai untuk memeras Xu Pingfeng akan memberi kejutan tak terduga?
Tidak, demi naik ke Tingkat satu, Xu Pingfeng sudah tak punya hati. Jika bisa memperlakukan satu anak sebagai alat, tentu juga akan mengorbankan anak lainnya.
Perbedaanku dengan mereka hanyalah aku lahir lebih dulu, bukan karena Xu Pingfeng lebih sayang pada mereka.
Jika anak kedua dan putri sulung menghalangi jalannya ke Tingkat satu, pasti akan dibuang tanpa ragu.
Setelah berdual cultivation lama dengan Guru Negara, qi-ku melonjak drastis. Tepat untuk menguji kemampuan dengan mereka.
Xu Qi'an menarik pandangannya, melihat Jingxin memimpin para biksu duduk bersila, bermeditasi dan membentuk formasi.
Ingin gunakan untuk melawan Raungan Singa-ku...
Benar saja, setelah formasi terbentuk, Jingxin menatapnya dengan mata tajam dan bersuara berat:
"Lepaskan pedang pembantaian!"
Kekuatan Disiplin diperbesar oleh Formasi Magis. Dalam kedipan mata ini, Xu Qi'an tidak hanya mencapai ketenangan pikiran dan kehilangan keinginan bertempur, bahkan Pedang Taiping pun ingin ia lemparkan.
Secara paralel, dari pikiran yang ditransmisikan Pedang Taiping, ia merasakan maksud senjata itu: "Ah, Penguasa, aku tidak ingin bertempur lagi!"
Braak-braak...
Jingyuan memimpin serangan dengan gagah. Kali ini alih-alih menggunakan serangan kepala arogan untuk menghantam Xu Qi'an, ia merampas Pedang Taiping dari tangannya.
Usaha ini berhasil dengan mudah.
Baik Xu Qi'an maupun Pedang Taiping tidak menunjukkan perlawanan berarti.
Setelah berhasil, Jingyuan langsung berbalik dan melemparkan Pedang Taiping tanpa pikir panjang.
Qihuan Danxiang melangkah maju, meraih gagang pedang dengan gerakan cepat. Begitu senjata ilahi legendaris ini berada di tangannya, ia segera menggunakan metode Gu Hati untuk mengontrol dan mengubahnya menjadi senjata di pihak mereka.
Namun upaya kontrol gagal. Senjata ilahi itu bergetar hebat, beberapa kali hampir terlepas dari genggaman.
Qihuan Danxiang mengubah strategi dengan menggunakan "komunikasi" melalui proses pemulihan untuk memengaruhi senjata itu, menanamkan ide "menghentikan pertempuran".
Pedang Taiping sempat menolak beberapa kali, lalu merasa tidak ada masalah dan berhenti melawan, menunjukkan ekspresi yang agak bodoh.
Berhasil!
Ji Xuan dan yang lain bersorak gembira.
Xu Qi'an tanpa Pedang Taiping hanyalah kura-kura berkulit tebal dan tubuh kekar - tingkat ancamannya merosot tajam.
Pada saat ini, Xu Qi'an melepaskan diri dari status Disiplin, mengabaikan Biksu Beladiri Jingyuan yang berada sangat dekat. Tubuhnya tertutup bayangan dan menyatu dengan bayangan Jingyuan.
Menggunakan bayangan Jingyuan sebagai pijakan, dia muncul di bayangan Liu Hongmian.
Brak!
Rok Liu Hongmian berkibar-kibar, sepatu bordirnya menginjak tanah hingga membentuk lubang dalam.
Namun sebelum Liu Hongmian sempat mengangkat kaki, Xu Qi'an sudah melakukan Lompatan bayangan ke bawah kaki Ji Xuan.
Dia terus melompat di antara bayangan beberapa orang, kemudian muncul dari bayangan Qihuan Danxiang.
Targetnya sangat jelas - merebut kembali Pedang Taiping.
Alis Biksu Jingxin berkedut, suaranya berat:
"Tidak boleh membunuh!"
Xu Qi'an yang sedang bersiap bertindak tiba-tiba membeku.
Memanfaatkan kesempatan ini, Jingyuan berbalik untuk menyelamatkan. Cahaya keemasan di permukaan tubuhnya membuatnya terlihat seperti kilatan emas.
Braak!
Jingyuan menghantamkan tinju ke wajah Xu Qi'an.
Efek Disiplin padaku hanya bertahan beberapa detik. Satu kali Disiplin butuh setidaknya lima detik untuk bisa digunakan lagi... Xu Qi'an menyeringai mengerikan, membalas dengan serangan kepala ke dahi Jingyuan.
Brak!
Dahi Jingyuan memercikkan lapisan emas, cahaya pelindungnya langsung meredup, terlempar bagai peluru meriam.
"Mundur!"
Ji Xuan mendorong Qihuan Danxiang, aktif menghadang. Pedang Bayangan Bulan memancarkan cahaya menyilaukan, kali ini sasaran tepat di pelipis.
"Graaah..."
"Di tenggorokan Xu Qi'an menggelegar suara singa yang dahsyat, membuat Ji Xuan gelap mata. Lalu, ia mendengar suara 'Braak! Braak! Braak!' dari dadanya, berirama cepat bagai besi ditempa."
"Sesaat kemudian, rasa sakit hebat menyergap. Seluruh dadanya cekung ke dalam."
"Liu Hongmian melesat menyambut, menangkap Ji Xuan yang terpental lalu membawanya mundur."
"Wajah Meiren dari Menara Semua Bunga memucat."
"Ji Xuan tingkat empat bisa terkalahkan secepat ini? Benarkah seperti kata Xu Qi'an tadi, itu baru pemanasan?"
"'Pangeran Muda!'"
"Qihuan Danxiang menggeram, wajahnya berkerut bagai marah dan malu tak tertahankan. Satu tangan mencengkam golok, tangan lain meremukkan kantung brokat di pinggangnya."
"'Dug!'"
"Awan hijau meledak, disertai dengung sayap serangga yang berkerumun lalu berpencar."
"Liu Hongmian, harimau putih dan yang lain segera mundur dengan wajah berubah."
"Ini adalah racun mematikan. Menurut Qihuan Danxiang, mereka disebut serangga Gu Shen yang hidup di Jurang Abyss tempat Dewa Gu terkurung, memakan energi yang bocor dari sang dewa."
"Seluruh tubuh mereka beracun. Rahangnya mengeluarkan zat yang menggerogoti tubuh prajurit peringkat empat - dari kulit ke daging, dari daging ke tulang. Kawanan serangga ini cukup untuk membunuh prajurit tingkat empat dalam tiga tarikan napas."
“Ini adalah senjata rahasia Qihuan Danxiang yang tidak digunakan sembarangan. Karena begitu serangga penggerogot tulang ini mencicipi darah manusia, bahkan dia sendiri akan kesulitan mengendalikannya.”
Master Gu Hati berkarakter ekstrem berseru keras:
“Si Xu, tak peduli kau bakat sehebat apa, hari ini bahkan dengan risiko serangan balik dari serangga penggerogot tulang, aku akan membuatmu membayar harga!”
Dari kejauhan, Xu Yuanshuang segera menarik adiknya mundur. Jelas dia tahu betapa mengerikannya racun serangga ini.
Awan hijau beterbangan liar, di bawah kendali Qihuan Danxiang, dengan cepat menyelimuti Xu Qi'an sepenuhnya - menutupi tubuh dan wajahnya tanpa celah.
Melihat ini, Xu Yuanhuai tiba-tiba menyadari kakaknya berhenti bergerak. Saat menoleh, wajahnya terlihat sangat rumit, memandang kosong ke sosok hijau manusia di kejauhan.
Pasti ini akan membuatnya membayar harga mahal... pikir Xu Yuanhuai dengan perasaan campur aduk.
Tiba-tiba matanya membelalak penuh ketidakpercayaan.
Ekspresi serupa terpancar dari wajah Xu Yuanshuang, Lao Dao Daun Pisang, Liu Hongmian dan lainnya. Di mata semua orang, racun serangga yang seharusnya haus darah itu tiba-tiba "meleleh" secara massal.
Berubah menjadi cairan hijau murni yang tidak menetes jatuh, tapi meresap melalui pori-pori tubuh Xu Qi'an dan menyatu dengan tubuhnya.
Akibatnya, cahaya keemasan di permukaan tubuh Xu Qi'an kini tercampur kilau hijau.
Setelah beberapa detik, cahaya hijau perlahan memudar hingga hilang sepenuhnya.
“Hiks~”
Xu Qi'an bersendawa puas dan tertawa:
“Terima kasih atas jamuannya.”
Ini... Pupil Qihuan Danxiang tiba-tiba menyempit, wajahnya seketika memucat, berteriak histeris:
“Ini tidak mungkin, ini tidak mungkin!”
“Inilah Xu Qi'an (Gong Perak), sungguh terlalu kuat...”
Semangat Liu Hongmian hampir padam sepenuhnya.
“Masih ada kesempatan, kendalikan golok itu. Aku yang akan mengikatnya.”
Biksu Beladiri Jingyuan meraung marah, urat-urat menonjol di dahinya, wajah tampannya terlihat agak mengerikan.
Ini berbeda dengan yang dia bayangkan. Menurutnya, dengan gabungan banyak ahli bela diri pangkat empat ditambah bantuan Jingxin, bukankah menekan Xu Qi'an harusnya hal mudah?
Namun kekuatan Xu Qi'an melampaui imajinasi semua orang.
Jingyuan juga tahu, Xu Qi'an masih menyimpan jurus terkuat yang belum digunakan.
Dibandingkan saat di Xiangzhou, dia sepertinya semakin kuat.
Ini bukan khayalan. Xu Qi'an memang jauh lebih kuat. Segel masih ada, baru dua paku yang dilepas.
Tapi kemampuan keseluruhannya meningkat, berkat dual cultivation belakangan ini.
Berdual cultivation dengan ahli bela diri wanita kelas Dua puncak, ketebalan dan kemurnian Qi-nya sudah berbeda jauh dari sebelumnya.
Ditambah dengan fisik kelas tiga, bantuan Pedang Taiping, dan metode Qijue Gu, hampir tidak ada yang bisa mengalahkannya di bawah kelas tiga.
“Dilarang membunuh!”
Jingxin dengan tenang membantu Jingyuan, menerapkan Disiplin untuk memenjarakan target.
Braak! Braak! Braak!...
Jingyuan nekat mendekat dan menyerang, mengubah seluruh bagian tubuhnya menjadi senjata. Dentuman retak yang keras terdengar bertubi-tubi, serangan semakin menggila bagai angin topan.
Jingyuan semakin masuk ke dalam ritme pertarungan, serangannya makin lancar. Tiba-tiba, firasat bahaya seorang petarung memperingatkannya.
Tidak ada gambaran visual konkret, ancaman seolah datang dari segala penjuru.
Racun!
Pengalamannya bersama Xu Qi'an di Negeri Lei segera membuatnya mengenali sumber bahaya ini.
Pada saat yang sama, kulitnya mulai terasa perih terbakar. Racun bagai belatung yang menempel di tulang menyusup melalui pori-pori tubuhnya.
Racunnya sudah mampu mengancamku... Hatinya berat, secara spontan menahan napas yang membuat ritme serangannya tersendat.
Di saat itulah Xu Qi'an akhirnya mendapat kesempatan untuk menyemburkan gas hijau pucat ke arahnya.
Seketika, pandangan Jingyuan gelap gulita. Rasa terbakar hebat di kedua matanya menyertai hilangnya penglihatan.
Dua aliran darah bercampur air mata mengalir dari soket matanya. Kedua matanya mengalami korosi dan mengerut, menjadikannya Orang buta.
Wajah Jingxin berubah pucat. Karena menjaga jarak, ia tak merasakan efek racun sehingga sama sekali tak menyangka adik seperguruannya yang sebelumnya ganas bagai harimau kini menjadi buta.
Xu Qi'an memutar pinggang dan mengayunkan lengan, mengambil postur untuk membalas dendam pribadi.
"Tidak boleh membunuh!"
Jingxin tergesa-gesa membaca mantra Buddha dan menggunakan Disiplin untuk menyelamatkan adik seperguruannya.
“Terjebak……” Xu Qi'an langsung menghilang, menggunakan Lompatan bayangan untuk muncul dari bayangan Qihuan Danxiang.
Sebagai seorang master Gu Hati, konsekuensi diserang secara tiba-tiba oleh prajurit dari jarak sangat dekat adalah bunuh diri.
Qihuan Danxiang berusaha mati-matian menyelamatkan diri, menghentikan kontrol Gu Hati pada Pedang Taiping, dan mengerahkan getaran jiwa melalui Gu Hatinya.
Ia gagal mempengaruhi jiwa prajurit kelas tiga sendirian, matanya dipenuhi oleh tinju.
Tiba-tiba, hembusan angin datang. Harimau putih berlengan patah menghadang di depannya, menahan pukulan ini dengan tubuhnya.
Braak!
Fisik siluman kelas empat juga kokoh. Harimau putih mendengus, terguling-guling bersama Qihuan Danxiang.
Saat itu, karena kontrol Gu Hati terputus, Pedang Taiping "sadar" dan melepaskan diri dari genggaman Qihuan Danxiang, kembali ke sang penguasa.
“Ngung-ngung...”
Pedang Taiping memancarkan gelombang pikiran: "Ini bukan seperti yang kau kira, dengarkan penjelasanku..."
Pembuka ala playboy ini tidak berlaku untukku... Xu Qi'an menggenggam erat pedangnya, mundur cepat sambil bersiap menghunus senjata.
Jarak ini sudah di luar jangkauan Disiplin.
Apa yang hendak dilakukannya?
Biksu Jingxin dan biksu lain tak memahami manuvernya.
Dari jarak sejauh ini, berapa sisa kekuatan yang tersisa jika semburan pedang dilepaskan?
“Takkan bisa membelah formasi magis yang dibentuk oleh begitu banyak biksu dengan .”
“Giok Hancur!”
Xu Qi'an membuka mulut perlahan, setelah mengumpulkan tenaga sejenak, mengayunkan Pedang Taiping.
Raungan singa yang berat menggema, kilatan pedang berwarna emas gelap menghilang sekejap, sesaat kemudian muncul di hadapan Jingxin dan yang lain.
Lebih baik hancur sebagai giok, daripada utuh sebagai genteng.
Begitu terkunci, jarak tak lagi berarti.
Pu-pu-pu...
Bekas golok mengerikan muncul di dada para biksu, menghancurkan jantung sekaligus nyawa mereka.
Formasi tidak mampu menghadang inti pedang yang otoriter ini.
Biksu Jingxin adalah satu-satunya Biksu Zen yang lolos dari maut. Meski fisiknya tak sebanding prajurit, setelah mencapai pangkat empat, nyawanya tetap melebihi manusia biasa.
Jantung yang dihancurkan tidak langsung berakibat fatal.
Dengan tangan bergoyang-goyang, ia mengeluarkan botol keramik dari jubah biksu, menuangkan abu dupa, dan mengusapkannya ke dada.
Ini abu dupa dari perapian Arhat Duqing yang telah lama terpapar energi Pencapaian Tanpa Kelahiran.
Memiliki khasiat menghidupkan mayat dan meregenerasi tulang.
Di sisi lain, dada Xu Qi'an terus-menerus pecah meninggalkan bekas luka berdarah, daging hancur lebur merobek jantung.
Harga dari Giok Hancur.
"Namun bagi fisik kelas tiganya, luka-luka ini tidak mematikan. Paling-paling karena adanya paku segel, proses penyembuhannya agak lambat."
Tubuh Liu Hongmian gemetar ringan, kakinya lunglai. Sebuah perasaan hanya tersisa ketakutan.
Ji Xuan yang terluka parah namun masih sadar menyaksikan semuanya, pandangannya suram tanpa cahaya, menunjukkan ekspresi yang hancur.
Qihuan Danxiang yang nyaris kehilangan nyawa akhirnya merasakan ketakutan luar biasa terhadap bakat Zhongyuan yang termasyhur ini.
Harimau Putih sekarang hanya memikirkan pelarian, tanpa ide lain.
Di sisi lain, Xu Yuanhuai menggenggam erat tangannya, dalam hati terasa pahit dan putus asa. Pada titik ini, dia sama sekali tak punya keinginan lagi untuk bersaing dengan Xu Qi'an.
Kalah, kalah telak, dan itu pun dalam kondisi kultivasinya disegel... Pikiran Xu Yuanshuang melayang tak karuan.
"Terlalu, terlalu kuat, inilah pencapaian nirwana yang selalu kuidamkan," gumam Miao Youfang.
Dia lalu menoleh ke samping mencari persetujuan Lao Dao, tapi mendapati tokoh besar ini sudah mundur jauh, menjaga jarak dengannya.
Tiba-tiba, mangkuk emas yang melayang di langit bergetar hebat, memancarkan riak-riak cahaya keemasan.
Pertempuran Arhat Duqing dan Nuo Yuhui akan segera berakhir.
Jingxin, Ji Xuan, dan yang lain yang sedang putus asa menahan napas, menggenggam erat cahaya fajar terakhir dalam kegelapan ini.
