Di tengah perdebatan, Nuo Yuhui membawa Xu Qi'an terbang dari dasar gua.
Sekte kecil Langit ini ternyata memiliki dua 'naga tidur dan fenghuang muda'... Xu Qi'an yang tak sengaja mendengar sepenggal kalimat ini tak tahan menggerutu, perasaan kesalnya sedikit membaik.
Santo Perempuan Sekte Langit tidak hanya unik, tapi juga bisa beradu komedi lawak.
"Bagaimana? Apakah dapat informasi berharga?"
Li Miaozhen langsung menyerbu dengan pertanyaan.
Li Lingsu penasaran tapi tak berani bersikap kurang ajar, sekaligus menyadari sepertinya adik seperguruannya dekat dengan Xu Qian.
Karena saat berhadapan dengan Xu Qian, adik seperguruannya sama sekali tidak menunjukkan sikap kaku atau hormat...
"Ia telah sepenuhnya nyaris hilang nyawa."
Xu Qi'an berusaha menjaga ekspresinya agar tidak terlihat tegang.
Nyaris hilang nyawa… Li Miaozhen tertegun, tak menyangka hasilnya akan seperti ini, antara bingung dan kaget.
Reaksi Li Lingsu hampir serupa dengannya.
Justru Chu Yuanzhen dan Hengyuan, kedua pemegang fragmen Kitab Bumi yang pernah mengalami petualangan di ruang bawah tanah, wajah mereka berubah drastis disertai gejolak emosi kuat.
Mereka pernah mengalami ekspedisi Makam Kuno secara langsung, sangat paham betapa mengerikannya jenazah kuno itu. Andai bukan karena rencana cadangan Kepala Divisi yang tertanam pada Xu Qi'an yang membantu menghilangkan malapetaka saat itu,
Tian Di Hui mungkin sudah lama bubar karena pendiri dan anggota pentingnya meninggal dunia di usia muda.
Tapi, jenazah kuno sekuat itu malah bisa hancur lebur?
"Ada apa ini?"
Chu Yuanzhen bertanya pelan. Di situasi lain, mungkin dia akan merasa pertanyaan ini kurang pantas, tapi yang hadir di sini semua sekutu sendiri.
Meski hubungan dengan Li Lingsu belum terlalu akrab, tapi sebagai Santo Sekte Langit sekaligus anggota Tian Di Hui, dia bisa dipercaya.
Adapun Miao Youfang, Juara Ujian Kerajaan Chu tidak meremehkannya.
Rahasia level tinggi seperti ini, kalau tingkatannya belum sampai, takkan bisa dimengerti.
Xu Qi'an bergumam pelan: "Aku curiga pemilik makam sudah kembali."
Kalimat ini membuat bulu kuduk semua orang merinding, tulang punggung terasa dingin.
"Apa ini akan mengancammu?" Fokus pertanyaan Li Miaozhen jelas dan tegas.
Langsung Li Lingsu menyimak baik-baik.
Xu Qi'an bingung antara mengangguk atau menggeleng, akhirnya berkata:
"Kita lihat perkembangannya sambil jalan."
Li Miaozhen mengangguk halus, wajah segitiga yang cantik dan tegas terlihat semakin berat.
Li Lingsu yang gagal mendengar rahasia tampak kecewa.
Xu Qi'an melirik semua orang, berkata: "Aku dan Guru Negara harus pulang ke ibukota sebentar. Kalian ikut atau berpisah di sini?"
Chu Yuanzhen tersenyum: "Kebetulan ingin minta bantuan Kepala Divisi untuk proses pembuatan Fragmen Kitab Bumi."
Kemampuan Xu Qi'an merasakan dan mengumpulkan energi naga melalui Kitab Bumi karena Kepala Divisi mengukir formasi magis di dalam fragmen tersebut.
Kitab Bumi adalah satu-satunya benda pusaka di dunia yang bisa menampung energi naga.
……
Istana, Istana Jingxiu.
Lin'an duduk di ranjang kecil, menemani ibunya Selir Chen berbincang.
Ia mengenakan tunik warna plum, rok satin yang mengembang, sanggul rapi dihiasi mahkota kecil fenghuang, tusuk konde perak berlapis emas, hiasan rambut emas dengan batu permata... lehernya bergantung kalung bunga perak murni.
Berdandan norang dengan kemewahan yang berlebihan.
Wanita biasa sekalipun cantik, akan kesulitan mengendalikan perhiasan mewah yang menyilaukan ini.
Tapi Lin'an justru cocok dengan gaya ini, dan mampu menaklukkan kemewahan tersebut, memperindah kecantikannya.
Lin'an dengan kain tipis dan riasan minimalis memang cantik, tapi tanpa ciri khas.
Gaya mewah dan megah ini membuatnya masuk jajaran kecantikan sempurna.
Selir Chen memegang cangkir teh dengan postur elegan, garis ekor ikan samar terlihat di sudut matanya. Meski kehilangan pesor remajanya, keanggunan postur tubuhnya yang berkelas menciptakan daya tarik unik.
Selir Chen mengamati putrinya dengan seksama, tiba-tiba berucap penuh perasaan:
"Kini Yang Mulia telah menjadi Naga Sembilan-Lima. Satu-satunya keinginan ibumu sekarang adalah melihatmu menikah."
"Lin'an, sudah waktunya kau mencari suami."
"Ah..." Putri Lin'an merasa malu sekaligus senang mendengar perkataan ibunya. Ia pun merasa sudah saatnya menikah.
Terus-menerus tinggal di istana dan Lin'anfu sungguh membosankan. Sebaiknya pindah ke tempat lain, seperti Kediaman Xu misalnya.
Saat hendak berbicara, Selir Chen menyela:
"Putra kedua Adipati Ding sudah memasuki usia pernikahan. Baru-baru ini, Nyonya Adipati Ding berkunjung ke istana untuk minum teh bersamaku dan membicarakan hal ini."
"Dia memohonku untuk meminangmu atas nama putranya kepada Yang Mulia, agar kau dibawa ke Kediaman Adipati."
Putri Lin'an memutar matanya, pipinya mengembung:
"Bagaimana mungkin kediaman adipati kecil bisa menampungku? Ibu jangan bercanda, tolak saja permintaan itu."
Selir Chen berkata dengan kesal:
"Kalau Kediaman Adipati saja tak bisa menampungmu, lalu dimana lagi? Usiamu sudah tidak muda lagi, Lin'an. Dulu Almarhum Kaisar terlalu sibuk bertapa hingga mengabaikan pernikahan kalian para pangeran dan putri."
“Istana Fenghuang itu wanita penuh dendam bahkan lebih malas mengurus kalian. Sekarang Pangeran sudah naik takhta, atmosfer istana benar-benar diperbarui. Banyak hal yang harus dilakukan sudah bisa dijalankan.
“Ibu Selir tahu, Nyonya Adipati Ding punya pamrih pribadi. Gelar kebangsawanan itu hak anak sulung, anak kedua tidak kebagian. Karena itu mereka ingin menikahi seorang putri untuk dibawa pulang ke kediaman, agar anak kedua juga punya masa depan gemilang.
“Sejak Wei Yuan gugur di Kota Gunung Jing, Kekaisaran Feng kehilangan banyak pasukan. Adipati Ding dulu pernah memimpin Pertempuran Shanhaiguan, kemampuannya dalam strategi perang sangat luar biasa. Yang Mulia sangat menghargainya.
“Anak kedua Adipati Ding juga paras sangat tampan, mahir sastra dan bela diri, dan sangat jatuh cinta padamu. Tahun lalu kalian pernah bertemu. Menurut Nyonya Adipati, sejak bertemu Putri, sang Tuan Muda jadi linglung terus memikirkanmu siang malam.”
Aku sudah lupa wajahnya... Lin'an bergumam dalam hati, menegakkan wajah ovalnya yang montok dan manis dengan kesal:
“Ini perintah Kaisar Kakak?”
“Bukan.” Selir Chen tersenyum: “Dia hanya fokus jadi kaisar bijak, mana ada waktu mengurusmu? Ini keinginan Ibu sendiri.”
Lin'an mendongakkan dagunya dengan penuh keyakinan: “Kalau begitu bicaralah dengan Kaisar Kakak.”
Hatinya sudah lama terpaut pada mantan Xiao Tongluo itu, sang Kaisar sebenarnya tahu.
Tapi hanya sedikit pejabat istana yang mengetahuinya, seperti kalangan bangsawan Adipati Ding. Kalau tidak, mereka tidak berani mengirim Nyonyanya masuk istana untuk ujian.
Selir Chen senyumnya berangsur menghilang, memandangnya dengan dingin, bergumam pelan sejenak:
"Masihkah kau memikirkannya di dalam hati?"
Lin'an pandangan matanya tiba-tiba menjadi tidak fokus: "Siapa, siapa itu..."
Selir Chen menghela nafas, berkata penuh makna: "Dia bukan jodohmu, takkan berakhir baik."
"Apa maksud Ibu Selir ini?"
Lin'an mengerutkan alis yang ditata rapi.
Saat itu, para pelayan perempuan membawa hidangan istana, berbaris masuk dan mengatur di meja satu per satu.
Selir Chen tepat waktu mengalihkan topik, berkata:
"Masakan sudah lengkap, mengapa Yang Mulia belum datang juga?"
Lin'an yang agak lapar memandangi hidangan dengan mata bak bunga persik, berkata manja: "Kaisar sedang sibuk urusan negara, mungkin tertunda. Akan kusuruh orang bertanya."
Selir Chen mengangguk halus: "Cepat pergi cepat kembali."
……
Istana An Shen.
Kaisar Yongxing duduk di kursi besar ruang studi kekaisaran, mengenakan jubah kuning, menyapu pandangan berat ke para bangsawan di aula.
Setelah naik takhta, Yongxing tidak menempati Istana Qianqing milik Kaisar Yuanjing, melainkan pindah ke Istana An Shen di sisi barat.
Ia tidak menyukai Istana Qianqing, sebagaimana ia membenci almarhum kaisar yang terobsesi bertapa - ini terus mengingatkannya pada wajah dan status sejati almarhum kaisar.
"Bencana salju parah di wilayah utara, banyak pengungsi mengarah ke selatan mengganggu daerah lain. Selain itu, Qingzhou, Zhou Yu, Xiangzhou dan daerah lain juga mengalami bencana salju, rakyat biasa terus menerus berdesas-desus memberontak." Kaisar Yongxing bersuara berat:
“Para menteri terkasih, menurut kalian bagaimana seharusnya ini ditangani.”
