Nuo Yuhui menatap kosong ke langit-langit, pupil matanya tampak kehilangan fokus.
Seperti perasaan bingung setelah bangun dari tidur panjang, tak tahu di mana diri berada.
Terakhir kali merasakan hal seperti ini, ia masih seorang gadis remaja.
Nuo Yuhui menghembuskan "hu", memeluk Yuan dan menjaga Yi untuk menstabilkan jiwanya. Ia mulai menginspeksi diri dan menerima ingatan selama tujuh hari terakhir.
Tujuh kepribadian mewakili dirinya yang tersiksa api karma, bisa disebut sebagai "godaan".
Kini api karma telah mereda, ingatan dari tujuh kepribadian mulai bermunculan satu per satu.
Nuo Yuhui merasa apapun yang terjadi antara dirinya dengan Xu Qi'an selama ini, ia bisa menerimanya...
Pertama, perasaannya pada Xu Qi'an jelas-jelas positif. Jadi mustahil ada penolakan.
"Kedua, agar tidak meninggalkan jalan mundur untuk dirinya sendiri, saat pertama kali melakukan dual cultivation, dia menggunakan status kepribadian utama untuk bermesraan dengan Xu Qi'an semalaman."
"Tidak akan muncul situasi bangun tidur dan menyadari telah tidur dengan pria asing selama tujuh hari penuh."
"Terakhir, bahkan badan pun sudah diberikan padanya. Selama tujuh hari ini hanyalah pengulangan dual cultivation belaka."
"Saat pertama kali dual cultivation dengannya, hatiku masih banyak penolakan. Mungkin setelah menerima memori tujuh hari ini, aku bisa menerimanya tanpa lagi ada emosi canggung dan malu..."
Nuo Yuhui merenung dalam hati sementara fragmen-fragmen memori mulai berputar seperti lentera ajaib di otaknya.
"Kenangan" pertama yang muncul adalah memori dari kepribadian "Murka".
Gambar-gambar berkelebat seperti lentera ajaib. Dalam memori, dia memperlakukan Xu Qi'an dengan alis terangkat dan kemarahan, sikap semena-mena yang membuatnya sendiri mengerutkan kening.
"Masih seperti dulu, berkarakter kasar. Dia mewakili keras kepala terakhirku yang menolak tunduk pada api karma demi pria yang emosinya belum cukup. Malah memilih menekan murka secara independen dan menolak dual cultivation, sangat tidak logis..."
"Hmm, sikapnya cukup baik. Tidak menunjukkan ketidakpuasan besar meski menghadapi 'diriku' yang mudah marah."
Nuo Yuhui mengangguk diam-diam, di satu sisi merasa kepribadian "Murka" terlalu emosional dan kurang rasional, di sisi lain merasa puas dengan sikap baik Xu Qi'an.
"Saat itu, bayangan melintas dalam benak: Malam yang larut, Xu Qi'an memaksa masuk ke kamar tidur, 'menggoda' kepribadian marah. Mereka bergulat di ranjang, lalu pakaiannya terlepas satu per satu, menampakkan tubuh putih dan montok tanpa sisa."
Nuo Yuhui mengangkat alisnya, menunjukkan kemarahan.
"Tapi perkataannya masuk akal. Kepribadian marah menolak dual cultivation. Jika semua kepribadian bersikap sama, aku pasti mati. Tanpa memahami kondisi kepribadian lain, dia nekat masuk demi keselamatanku..."
Nuo Yuhui membujuk dirinya sendiri.
Akhirnya hari kepribadian marah berlalu. Meski ada gejolak, secara umum Nuo Yuhui masih bisa menerima.
"Selanjutnya kepribadian apa..." gumamnya dengan keraguan.
Munculnya tujuh kepribadian itu acak, tak bisa diprediksi atau dicari polanya.
Seketika, fragmen memori muncul. Nuo Yuhui tahu kepribadian kedua yang akan muncul.
Nafsu!
Dalam bayangan itu, dia bangun lebih awal, aktif menyampirkan paha di pinggang Xu Qi'an, memancingnya untuk kultivasi bersama.
Seharian penuh mereka main gila begitu saja.
"Tak tahu malu! Tak tahu malu sama sekali..." Wajah Nuo Yuhui memerah, darah mengalir deras ke kulit wajah. Dorongan untuk menyelip ke dalam tanah membuat jari kakinya mengerut kaku, seluruh tubuh menegang.
Dia tahu kepribadian nafsu mungkin agak... genit. Tapi tak menyangka bisa seberani ini.
“Nuo Yuhui sama sekali tidak mengakui ini adalah dirinya sendiri.”
Setelah kepribadian Nafsu, muncul kepribadian Kongju. Baru saja kepribadian Kongju muncul, langsung mengganggu Xu Qi'an yang sudah kelelahan seharian semalam untuk melakukan kultivasi.
Nuo Yuhui melihat dengan jelas: Wajah Xu Qi'an pucat saat menyelinap keluar dari kamar setelah dual cultivation.
Melihat Xu Qi'an seperti ini, selain perasaan rumit, Guru Negara tiba-tiba terpikir "merasa bersalah padanya".
Tapi seketika, pikiran itu hancur oleh rangkaian memori yang datang bertubi-tubi. Ia melihat Xu Qi'an menindas kepribadian Kongju, lalu kepribadian Sedih bergabung.
“Usiaku bahkan cukup untuk menjadi ibumu...”
“Tidak sia-sia aku bertahan dua puluh tahun tanpa berkompromi dengan Kaisar Yuanjing. Setelah perjalanan duniamu selesai, kita akan resmi menjadi rekan sejalan.”
“Cepat katakan kau mencintaiku.”
“Menyebalkan.”
“Coba panggil Xu Lang.”
“Xu... Xu Lang...”
Xu Lang?!
Badannya goyah, terpaku. Tubuhnya gemetar halus, ucapannya ikut terbata-bata.
Apa yang telah kulakukan? Bagaimana aku bisa menegakkan kepala dihadapannya nanti?
Belum selesai, kepribadian Sedih mulai meratapi nasib sendiri, mencurahkan isi hati padanya. Bercerita tentang kerinduannya sejak awal ingin mendekat, tapi malu menunjukkan wajah, hingga hati yang terbelah.
Lalu karena dia yang pertama menghubungi, sampai menangis bahagia.
Ini fitnah!! Nuo Yuhui meluap kemarahannya.
Dari alam gaib, ia merasakan citranya yang dulu telah sepenuhnya runtuh, takkan kembali selamanya.
"Hal yang lebih memalukan masih ada di belakang. Kepribadian Sedih sudah diliputi perasaan romantis pada si Xu, bahkan Kepribadian Cinta mengabdi sepenuhnya padanya."
Nuo Yuhui "melihat" di dalam penginapan kecil, dirinya diperagakan berbagai postur tubuh.
Semua ini bukan metode kultivasi dari seni hubungan intim kuno, murni si Xu sedang mempermainkannya.
Keterlaluan, keterlaluan... Pandangan Nuo Yuhui mulai berkunang-kunang.
Hu!
Perlahan ia menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan emosi, tatapannya kosong menatap sudut kamar sambil bergumam:
"Karena sudah memutuskan untuk dual cultivation dengannya, berarti sudah menganggapnya sebagai rekan sejalan di masa depan. Memanggil... memanggil Xu Lang tentu tidak berlebihan."
"Antara rekan sejalan, hubungan intim adalah hal yang wajar bagi manusia. Tak perlu dipermasalahkan, tak perlu..."
"Setidaknya... setidaknya ini urusan antara aku dan dia. Orang lain tak ada yang tahu."
Tiba-tiba, sebuah kenangan muncul: Di suatu ruangan, di sisi meja, duduk Lin'an, Huaiqing, Li Miaozhen, serta dua murid perempuan Kepala Divisi.
"Aku tahu di antara kalian ada yang menyukai Xu Lang, ada yang memiliki perasaan padanya, ada yang diam-diam menaruh hati. Tapi setelah malam ini, Yang Mulia harap kalian mengubur pikiran yang tak seharusnya."
"Xu Lang, katakan sesuatu."
Nuo Yuhui bagaikan patung batu, perlahan lapuk diterpa angin.
Dengan ekspresi netral ia duduk lama, tiba-tiba mengulurkan tangan kanan sambil berkata dengan suara datar:
"Pedang datang!"
"Pedang besi berkarat terbang keluar dari kolam, masuk ke tangan Nuo Yuhui."
Guru Negara mengendarai cahaya keemasan menerobos Kuil Lingbao. Kepergiannya penuh tekad dan heroik, bagai jenderal wanita yang menuju medan perang dengan keberanian untuk dikorbankan bersama.
……
Di Kediaman Xu, bibi sambil menguap menghukum si kacang kecil yang kelebihan tenaga, berisik sejak subuh dan membangunkan tidurnya.
"Tak bisakah kau lebih menghemat tenaga? Langit belum terang kau sudah ribut. Lao Niang memberimu makan dan pakaian, bukan untuk kau ganggu mimpi jernihku sejak pagi buta!"
Bibi menyilangkan tangan di pinggang, mahir berretorika.
Si kacang kecil berdiri di hadapannya, menunduk mengakui kesalahan.
"Kau tahu salahmu tidak?"
"Tahu salah."
"Lain kali masih berani?"
"Tidak berani."
"Katakan, di mana salahmu."
"Bu, di mana salahku?" Si kacang kecil bertanya polos.
Bibi hampir kehabisan napas, lunglai bersandar sambil menahan dahi:
"Pergi sana! Lao Niang tak mau melihatmu."
"Siap!" Xu Linyin melompat-lompat keluar.
"Bu, ada Dewata."
Ia berhenti di pintu aula, berteriak: "Dewata yang cantik sekali!"
Bibi berjalan bingung, melihat di halaman kecil luar aula berdiri seorang perempuan berbaju mantel bulu membawa pedang besi berkarat, dengan kecantikan tiada tara.
"Bibi sendiri adalah peri kecil, begitu melihat wanita ini, langsung muncul resonasi 'sesama makhluk'."
"Xu Qi'an di mana?"
Wanita itu berbicara kata demi kata.
Ekspresinya datar, tapi suaranya seakan keluar dari sela-sela gigi, terasa seperti menggeretakkan gigi.
Bibi tidak mengenal wanita ini, meski gelar Guru Negara sudah sangat termasyhur baginya.
"Ning Yan pergi sebelum fajar. Nona siapa ini, ada keperluan apa mencarinya?" Bibi menjawab dengan hati-hati.
"Ada bilang ke mana?" Wajah Nuo Yuhui terlihat sangat muram.
"Tidak."
Begitu bibi selesai menjawab, pupil matanya memantulkan cahaya keemasan. Wanita itu terbang pergi mengendarai cahaya emas.
……
Di barat laut yang jauh dari ibukota, di jalan resmi, Nan Zhi menunggangi kuda betina kesayangannya. Kedua tangannya menopang pelana, mengenakan mantel bulu rubah, matanya menyipit memandang ke kejauhan.
Di sampingnya ada dua penunggang kuda: Miao Youfang dan Li Lingsu.
Yang pertama adalah anak buah Xu Qi'an, karena itu mengikutinya. Yang kedua, tujuan akhir pengembaraan Putra Suci ini memang ditetapkan di ibukota.
Di ibukota ada Pemimpin Aliran Ren Nuo Yuhui, ada Permaisuri Zhenbei wanita tercantik pertama Kekaisaran Feng, ada para bidadari dari Jiaofangsi, dll.
Sayangnya takdir tak terduga, baginya ibukota hanyalah tempat penuh luka.
Karena itu, terpaksa memulai lagi perjalanan mengembara di dunia, melupakan segala keterikatan.
Tapi sekarang Sekte Langit ingin menangkapnya untuk dikurung di gunung, bahkan mungkin terjadi hal-hal yang lebih buruk.
“Li Lingsu merasa dirinya sudah terpojok, satu-satunya cara untuk melewati bencana dari sekte adalah dengan melupakan segala keterikatan.”
“Sebelum mencapai tahap melupakan keterikatan, jelas lebih aman mengikuti Xu Qi'an untuk menghadapi tekanan dari kekasih cantik dan sekte secara bersamaan.”
“Adik seperguruannya Li Miaozhen, demi membuktikan tidak diam-diam mengagumi Xu Qi'an, memutuskan menjauhi si playboy.”
“Tapi Li Lingsu mencium bau bahaya, kalau benar-benar bersih dengan Xu Qi'an, justru karakter adiknya akan memilih berkelana bersama.”
“Xu Qi'an yang terkutuk!”
“Saudara Yang, aku akan mengawasinya dan melaporkan semua perbuatannya secara detail padamu.”
“Dalam cahaya fajar, Li Lingsu menoleh memandang arah ibukota.”
“Alasan terakhirnya mengikuti Xu Qi'an adalah permintaan saudara angkat Yang Qianhuan untuk memata-matainya diam-diam.”
“Miao Youfang melihat keduanya sedang memandangi arah ibukota, bertanya heran:”
“Mengapa Senior Xu tidak bersama kita?”
“Di luar, demi keamanan, panggil dia Xu Qian.”
“Nan Zhi menjawab: 'Dia bilang mau menemui seseorang.'”
“Siapa?”
“Orang yang berjasa besar padanya.”
“Oh begitu.”
“Li Lingsu menyela pembicaraan: 'Nyonya Xu, di mana siluman rubah kecil itu?'”
“Hatinya masih mengagumi wanita tercantik pertama Kekaisaran Feng, tapi karena sang bunga sudah punya pemilik, Sang Putra Suci hanya bisa memendam perasaannya.”
“Tentu saja, kesadarannya yang besar ini berkaitan dengan penampilan biasa Nan Zhi saat ini。”
“Seandainya Permaisuri menampakkan wajah aslinya, tak ada pria yang bisa menolak daya tariknya. Bahkan jika suaminya adalah Xu Qi'an, akan ada pahlawan berani mati tak terhitung jumlahnya yang mengayunkan cangkul。”
Nan Zhi mengangkat sudut bibirnya: "Aku menyuruhnya mengirim pesan ke beberapa jalang kecil。”
Selama api karma membakar tubuh, seseorang akan disiksa oleh "Tujuh Emosi" hingga kehilangan jati diri。
Nan Zhi pernah berjanji padanya untuk merahasiakan dan tidak membocorkan ke siapa pun。
Lagipula Bai Ji bukan manusia...
Dan omong kosong yang diumbar Bai, apa hubungannya dengan Nan Zhi?
……
Nuo Yuhui mengelilingi kawasan ibukota, tak menemukan jejak pencuri Xu. Saat mencoba merasakan jimat itu, ia sadar hubungannya telah terputus。
Artinya, ia takkan bisa menemukan Xu Qi'an lagi。
"Bulan depan akan kuhitung semua ini bersamamu!"
Nuo Yuhui menggeretakkan giginya。
Ia melaju dengan cahaya keemasan kembali ke Kuil Lingbao。
Baru saja tiba, seorang murid sudah menunggu di luar halaman kecil, berseru:
"Pemimpin Sekte, Putri Lin'an, Putri Mahkota Huaiqing, dan Li Miaozhen dari Sekte Langit mengirimkan tiga surat untukmu。”
Surat?
Nuo Yuhui mengerutkan alisnya: "Bawa kemari."
Murid berbaju Tao melangkah masuk, mengeluarkan tiga amplop dari jubahnya, menyerahkan dengan hormat lalu mundur。
Nuo Yuhui menggerakkan jarinya, tiga surat melesat keluar dari amplop dan terbuka di udara。
Dari kiri ke kanan, surat-surat itu bertuliskan secara berurutan:
"Sampai uban menghiasi kepala!"
"Penyatuan hati selamanya!"
"Segera dikaruniai putra mahkota!"
Napas Nuo Yuhui tersekat. Ia merasa seolah dihukum secara publik, diejek, dan disindir. Rasa malu yang begitu besar menyelimutinya.
Kedatangan ketiga surat ini begitu tepat waktu, seolah sengaja datang untuk menyelesaikan.
……
Di Sitianjian, pintu ruang rahasia terdorong terbuka.
Xu Qi'an membawa kendi arak dengan hati-hati, lalu menutup pintu setelah masuk.
Cahaya pagi menyelinap melalui kisi-kisi jendela. Ruang rahasia ini luas dengan perabotan minimalis: sebuah meja persegi dan ranjang kayu sederhana.
Karenanya terkesan agak kosong.
Xu Qi'an melangkah perlahan ke sisi ranjang, memandang diam-diam pria yang tertidur lelap di atasnya.
Pria itu mengenakan jubah hijau berjahit rapi, fitur wajahnya tampan dengan uban di pelipis. Garis-garis ekor ikan di sudut matanya membuktikan usia yang tak lagi muda.
"Mirip sekali, nyaris sama persis. Sayang tak ada energi Qi, hanya fisik biasa."
Xu Qi'an menyeringai: "Tuan Wei, saya datang menjenguk dengan membawa arak. Sebentar lagi saya akan meninggalkan ibu kota untuk terus mengumpulkan energi naga. Sebelum pergi, mari kita mengobrol sebentar."
