Disertai gemuruh itu, para penonton di puncak selatan tersentak hatinya.
Seseorang dengan wajah pucat bergumam:
“Dua Adamantium, ditambah ahli bela diri di langit yang lebih kuat, Xu Qi'an (Gong Perak) dalam bahaya besar kali ini.”
Semua orang langsung senyap. Bahkan para preman dunia yang memuja buta Xu Qi'an pun bisa melihat situasi saat ini.
“Pasti ada bantuan lain.”
Seseorang lagi mencoba menghibur.
Rongrong menarik napas dalam, mengepalkan tinju, mencebikkan bibir, wajahnya penuh ketegangan.
Tuan Muda Liu menghela nafas dalam hati. Sambil khawatir pada Xu Qi'an, dia menoleh ke gurunya ingin berkata: Lihat, ini alasanku tidak mengejarnya.
Rongrong dan dia sama-sama memiliki perasaan terhadap seseorang yang tak seharusnya.
Bedanya, orang yang dirindukan Rongrong jauh lebih tak terjangkau.
Tapi Pendekar paruh baya itu masih erat memegang pedang kesayangannya, matanya tak berkedip memandang medan perang di kejauhan, tak menyadari gejolak hati muridnya.
Saat itu, Cao Qingyang dan yang lain terbang mendarat di puncak Gunung Selatan.
“Ketua Aliansi!”
Sekelompok petarung segera menyambut.
“Ketua, masih ada bantuan?”
“Bisakah Ketua Lama keluar dari temp tapa? Kita tak bisa biarkan Xu Qi'an bertempur sendirian. Dia tak mungkin lawan banyak ahli.”
“Siapa dewi di langit itu?”
Rentetan pertanyaan terlontar, semua orang berkata-kata dengan panik.
Cao Qingyang mengerutkan kening, duduk bersila di tepi tebing tanpa bicara.
Xiao Yuenu bersuara berat:
“Tenang!
“Pernahkah Xu Qi'an kalah?”
"Kalimat sederhana itu seolah menjadi kemenangan mutlak, meredam keriuhan di sekitarnya dalam sekejap."
"Mereka diam-diam mengingat kembali kabar burung tentang Xu Qi'an (Gong Perak) dan perbuatannya, menyadari ia memang tak pernah kalah."
"Baik dalam pertarungan melawan praktisi Buddha, pemberontakan Yunzhou, bertahan solo di Gerbang Yuyang, memenggal kaisar bejat, dan lain-lain."
"Ia ternyata tak pernah terkalahkan, bagai langit-bumi yang memanjakannya, diberkati nasib sepanjang jalan."
"Nona Rongrong menghembuskan napas, melepaskan tinjunya yang terkepal erat."
"Para perempuan Menara Semua Bunga berkerumun mengelilingi Pemilik Menara mereka, mengawasi pertarungan di tepi jurang."
……
"Braak-braak..."
"Di antara bebatuan yang beterbangan, Xu Qi'an 'mencabut' diri sendiri keluar. Wajahnya menunjukkan keseriusan yang tak pernah terlihat sebelumnya."
"Baik Adamantium Du Fan, Adamantium Dunan, maupun Yu Shi Nalan Tianlu, semuanya lebih kuat darinya saat ini. Jika kultivasinya pulih, mungkin ia bisa mengalahkan salah satu Adamantium."
"Tapi sekarang harus melawan tiga sekaligus? Terlalu dipaksakan."
"Mereka tidak tahu tujuan saya mengulur waktu - ini kelebihan terbesarku. Seperempat jam saja! Jika bisa menahan selama seperempat jam, Ketua Aliansi Lama akan keluar dari temp tapa dan membantu membalikkan situasi."
"Lagipula, aku bukan bertarung sendirian. Masih ada Pedang Penjaga Negeri dan Pedang Taiping."
"Pikirannya terhenti mendadak karena awan hitam bergulung-gulung di atas, disusul tiang petir sebesar akuarium yang kembali menyambar."
"Bersamaan itu, Dongfang Wanrong kembali mengulurkan tangan, melancarkan kutukan pembunuhan padanya."
"Gemuruh!"
Kilatan biru putih yang menyala-nyala menelan tubuhnya sepenuhnya.
Xu Qi'an muncul puluhan zhang jauhnya, tidak terkena serangan tiang petir. Sebelumnya ia menggunakan "keberuntungan" untuk menghindari efek kutukan pembunuhan.
Kutukan pembunuhan yang diaktifkan tanpa perantara ini tidak hanya berkurang daya ledaknya, tapi juga mudah diblokir. Namun sebelumnya Nalan Tianlu berhasil menjebaknya dengan tekanan tingkat tinggi.
Kali ini, Xu Qi'an menggunakan "berkah nasib" membuat Nalan Tianlu menghasilkan "Miss".
Kemudian melarikan diri dengan Lompatan Bayangan.
Begitu mendarat, Adamantium Dunan telah menyelesaikan lari kencangnya, melompat dengan dorongan "erosi tanah", menerkam Xu Qi'an dengan pisau tangan mengarah ke lehernya.
"Calon Buddha, karena kau tak mau bergabung dengan Aliran Buddha, kembalilah ke siklus reinkarnasi."
Pisau tangan yang dipenuhi energi Qi bagaikan senjata ilahi legendaris paling tajam.
Sesungguhnya, dengan fisik Adamantium, tebasan ini setara dengan serangan senjata ilahi.
Bahkan prajurit kelas tiga yang terkena tebasan pasti akan tembus pertahanannya.
Target Adamantium Dunan sangat jelas - memenggal tengkoraknya.
Prajurit kelas tiga dikenal sebagai tubuh abadi, tapi di awal pencapaian tingkat ini, pemenggalan kepala berarti kematian. Di fase menengah, nyawa mendapatkan endapan, menjadi semakin menguat, baru bisa menutupi kelemahan ini.
Tapi jika kepala dipenggal dan disegel, sang prajurit akan perlahan kehabisan nyawa dalam usaha regenerasi gagal, sebelum akhirnya gugur sepenuhnya.
Adamantium Du Fan muncul tanpa suara di belakang Xu Qi'an, juga menyatukan telapak tangan seperti pisau, menusuk ke arah tulang punggung Xu Qi'an dengan target jantung.
Nalan Tianlu yang mengendalikan Dongfang Wanrong kembali membuka telapak tangan, mengaktifkan kutukan pembunuhan. Kali ini, ia berhasil.
Tubuh Xu Qi'an hampir sepenuhnya tertutup bayangan ketika interupsi terjadi, bayangan itu surut seperti air pasang.
Tiga bergabung kekuatan untuk one-hit kill, menyelesaikan pertempuran secepatnya.
Di celah sesaat, sosok yang menginjak pedang terbang melesat seperti angin. Li Lingsu yang bersembunyi di sekitaring memanfaatkan kesempatan, mengarahkan Hun Tian Jing ke arah Xu Qi'an dan dua Adamantium.
Du Fan dan Du'nan tiba-tiba tegang, pandangan mata mereka kosong sekejap. Tianhun mereka terseret keluar separuh.
Kekuatan itu tampaknya kehabisan tenaga, gagal mencapai kesuksesan.
Tapi ini memberi Xu Qi'an kesempatan terengah-engah sejenak. Dengan tenang ia memiringkan badan, menghindar dari dua pisau tangan sambil berputar membentuk kincir angin.
Pedang Penjaga Negeri dan Pedang Taiping menyapu horizontal.
Braak! Braak! Braak!... Badai pisau mengukir percikan api menyilaukan di leher dua Adamantium. Akhirnya, "Pu!", leher Du'nan dan Du Fan terkoyak, darah emas gelap menyembur deras.
Darah emas gelap yang terciprat membuat semua vegetasi yang terkena langsung layu.
Efek Tianhun yang terpisah segera berlalu. Dua Adamantium yang kehilangan inisiatif segera menutupi leher mereka dan mundur.
Pada saat ini, Li Lingsu sudah melarikan diri jauh.
Dengan cerdik ia kabur dari area yang diselimuti awan hitam, menghindari pukulan petir mematikan dari Nalan Tianlu.
“Jangan mengenaliku, jangan mengenaliku…”
Li Lingsu menginjak pedang terbangnya, menyusuri kedalaman hutan sambil memanfaatkan pepohonan untuk menutupi postur tubuhnya.
“Aku belum sempat menyamar. Jancuk Xu Qi'an, seharusnya aku tidak menyelamatkanmu. Bukankah kematian bajingan di tangan Ujian Langit adalah bentuk keadilan?”
Bergumam pelan, Li Lingsu terus melarikan diri ke kejauhan.
“Xu Qi'an (Gong Perak) menghancurkan tubuh jasmani Adamantium…”
Adegan ini membuat para penonton di Puncak Selatan tersadar akan perubahan situasi, mata mereka berbinar-binar.
Ekspresi wajah Cao Qingyang dan yang lain mulai tak lagi tegang.
Setidaknya mereka tahu Xu Qi'an (Gong Perak) punya peluang menang, bukan sekadar bisa menerima pukulan.
Rongrong merasa girang, tiba-tiba menyadari tubuh guru di sampingnya kaku membatu, menatap nanar ke kejauhan dengan ekspresi campur aduk: bahagia, sedih, dan marah.
Rongrong mengikuti arah pandangannya ke bukit tempat pria pengendali pedang terbang tadi menghilang.
Pria tadi sepertinya agak familiar… Rongrong mengerutkan alisnya. Jarak terlalu jauh untuk melihat mata orang itu.
“Guru?”
Rongrong berbisik bertanya.
Wanita cantik berusia empat puluhan itu tersentak, menggelengkan kepala tanda tak apa, namun sepertinya enggan bicara.
“Qihuan Danxiang, kau kendalikan hewan-hewan di sekitar untuk mencari jejak Li Lingsu. Harimau Putih, kau bisa terbang mengendarai angin dengan kecepatan tertinggi. Begitu Qihuan Danxiang menemukan jejak Taois brengsek itu, segera tunjukkan wujud aslimu dan bawa kami untuk memburunya.”
Melihat Li Lingsu bagaikan senjata ilahi turun dari langit yang hampir mengubah situasi pertempuran, Liu Hongmian segera memberi perintah.
Harimau Putih dan yang lain tidak keberatan, saran Liu Hongmian sesuai dengan keinginan mereka.
……
"Slurpp..."
Xu Qi'an menjilat darah emas gelap di Pedang Penjaga Negeri, matanya berbinar penuh sukacita.
"Kekuatan Adamantium yang begitu pekat! Jika bisa menghabiskan darah salah satu dari kalian, ilmu Adamantium Dewataku akan mencapai kesempurnaan."
Saat kultivasi Adamantium Dewata mencapai tahap sempurna, warna kulit dan darah akan berubah menjadi emas gelap, darah esensial mengandung kekuatan Adamantium.
Contohnya Cao Qingyang yang menyerap darah esensialnya sehingga memiliki kemampuan Adamantium Dewata.
"Sombong!"
Adamantium Dunan membentak.
Para Adamantium tidak memiliki kemampuan regenerasi daging-darah seperti prajurit, meski nyawa mereka sangat tangguh... Xu Qi'an bersiap melanjutkan serangan untuk memanfaatkan keunggulan ini.
Di langit, "Dongfang Wanrong" kembali membentangkan tangan, kali ini bukan ke arah Xu Qi'an tapi kedua Adamantium.
Kilau Darah menyelimuti tubuh Adamantium Dunan dan Dufan, daging di luka mengerikan yang ditinggalkan Pedang Taiping dan Penjaga Negeri mulai bergerak-gerak, sembuh dengan cepat.
Teknik Darah Arwah!
"Ini adalah kemampuan Roh Darah tingkat 9."
"Mengaktifkan potensi target atau diri sendiri, biasanya digunakan untuk menciptakan prajurit mati yang berani mati dan tidak merasakan sakit."
"Nalan Tianlu mengaktifkan nyawa dua Adamantium, meningkatkan kemampuan penyembuhan diri mereka dalam waktu singkat setara prajurit kelas tiga."
"Sungguh menyebalkan, metode dukun ini wah tampilannya. Masih tersisa sepuluh menit..."
Xu Qi'an menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan emosinya.
Setelah membantu Du'nan dan Dufan memulihkan luka-luka, Nalan Tianlu tak lagi sekadar pendukung. Ia menyatukan tangan membentuk mudra, memanggil bayangan samar dari antara langit dan bumi.
Bayangan ini berwajah buram dengan mata ketiga samar di dahi, tubuh bagian atas manusia dan bagian bawah tubuh ular - seorang anggota kaum yao.
Secara ikatan darah, bayangan ini adalah kakek dari siluman besar Zhu Jiu.
Seekor siluman ular berdarah garis keturunan dewa-iblis.
Empat ratus tahun silam, ia dipenggal oleh Yu Shi Nalan Tianlu di padang gurun Timur Laut.
Setelah memanggil bayangan, "Dongfang Wanrong" mengangkat tangan. Kilat menyambar dari awan, membentuk tombak listrik di telapak tangannya.
"Xu Qi'an, Wei Yuan dulu memenggal fisikku, kemudian membunuh putra tunggalku."
"Dongfang Wanrong" memandang jauh ke arahnya, berkata perlahan:
"Kematiannya di Kota Gunung Jing adalah siklus sebab-akibat. Tapi dendamku belum terbalas. Kau murid yang paling ia andalkan, hari ini akan kupenggal!"
Dengan membawa tombak listrik yang memercikkan ribuan percikan api, ia menyelam dari langit.
Pada saat yang sama, Du'nan dan Adamantium Du Fan berubah menjadi bayangan semu keemasan, menyerang dari kiri dan kanan.
"Laozi cepat atau lambat akan meratakan Kota Gunung Jing, memenggal Wu Shen, memutuskan Warisan dukun kalian... Hah!"
Xu Qi'an berteriak keras.
Pagoda Futu tersentak, memancarkan cahaya keemasan menyilaukan. Sebuah aura maha agung dan penuh wibawa turun, menekan Dongfang Wanrong.
Menghentikan penyelamannya yang menyala-nyala.
Braak! Braak! Braak!
Dalam celah waktu ini, Xu Qi'an mengayunkan pedang, bertarung tangan kosong dengan dua Adamantium.
Kemampuan ilahi prajurit Hua Jin memungkinkannya dengan mudah membagi konsentrasi, menangkis serangan dua Adamantium.
Daya tahan super dan nyawa Tubuh Abadi memungkinkannya pulih seketika meski terkena pukulan berat Adamantium, asalkan tengkoraknya tidak terpenggal. Kemampuan bertahannya berkali-kali lipat lebih kuat dari Adamantium Buddha.
Sebaliknya, dua Adamantium segera dipenuhi tusukan pedang tipis di tubuh mereka, seperti kulit orang biasa yang terluka pisau. Meski hanya luka kulit, darah mengucur deras.
Ini adalah kemampuan maksimal yang bisa dilakukan Pedang Penjaga Negeri.
Pertahanan fisik Adamantium lebih kuat dari prajurit kelas tiga di level pencapaian nirwana yang sama.
Di belakang Dongfang Wanrong, bayangan samar itu menggetarkan mata ketiga di pelipisnya. Tidak lama kemudian, proyektil hitam pekat melesat dan menghantam Pagoda Futu.
Aura wibawa tiba-tiba membeku, kemudian Dongfang Wanrong mengulurkan tangan, mengarahkan kutukan pembunuhan ke Pagoda Futu.
Braak!
Dentuman keras bergema di dalam Pagoda Futu, suaranya seperti lonceng yang ditabrak.
Kutukan pembunuhan juga efektif terhadap roh artifak.
Setelah mantra bekerja, Nalan Tianlu tidak melanjutkan serangan ke benda pusaka itu. Ia mengayunkan tombak petir menghantam tubuh menara.
Dentuman "Braak!" memecah cahaya keemasan menjadi serpihan, Pagoda Futu terlempar sambil menghancurkan sebuah gunung di kejauhan. Jutaan ton batu dan tanah beterbangan membentuk aksi spektakuler.
Inilah pertarungan tingkat .
"Gunungnya runtuh..."
Para pengamat di Puncak Selatan membeku seperti patung kayu, menyadari betapa kecilnya diri mereka.
Pagoda Futu hanya bisa menahan, tak mampu melawan ahli Dua ... Xu Qi'an merasa kaku, meski tak pernah meremehkan Nalan Tianlu selaku Yu Shi, kekuatan tempurnya tetap mengerikan.
Inilah ahli kuat yang benar-benar bisa membunuhnya.
Nalan Tianlu dalam kondisi puncak adalah Yu Shi kelas Dua puncak.
Kehilangan fisik memang sedikit menurunkan kultivasi, tapi kekuatan utama dukun berasal dari jiwa, jadi penurunannya tak signifikan.
Tapi Xu Qi'an justru bersyukur dia seorang dukun, bukan prajurit atau ahli pedang seperti Nuo Yuhui, karena dua terakhir terkenal dengan kekuatan penghancurnya.
"Sedangkan para dukun terkenal dengan keangkeran dan kepemimpinannya, medan perang adalah wilayah kekuasaan mereka, kemampuan bertarung jarak dekat agak lemah."
Ssssttt...
Tombak petir menyambar dari atas, tubuh Xu Qi'an menyatu dengan kilat lalu "melebur" dan muncul kembali dari bayangan pohon yang berjarak puluhan zhang.
Begitu kaki Xu Qi'an menyentuh tanah, Nalan Tianlu seolah telah meramalkan titik pendaratannya. Bayangan samar di atas kepalanya menoleh tajam, mata ketiga di dahi memancarkan sinar hitam pekat.
Serangan itu menghantam tepat di dadanya, melumerkan daging dan darah, membuat seluruh tubuhnya kaku seperti tersengat listrik.
"Di hadapan seni ramalan hexagram, Lompatan Bayanganmu sudah kukuasai sepenuhnya."
Nalan Tianlu berkata dengan datar.
Pada saat itu, Adamantium Dunan membuka telapak tangannya yang berlumuran darah segar.
Darah Xu Qi'an.
Ini sengaja dikumpulkan Adamantium Dunan selama pertarungan tadi.
Nalan Tianlu mengusapkan darah itu ke ujung jarinya, lalu mengarahkan telapak tangan yang berlumuran darah ke arah Xu Qi'an.
Kali ini, kutukan pembunuhan diaktifkan melalui perantara darah segar oleh seorang Rain Master Dua .
Dengan tingkat seorang Rain Master Dua yang menggunakan media daging-darah untuk mengutuk prajurit kelas tiga, meski tidak langsung mematikan, setidaknya bisa membuatnya mengalami kekalahan besar seketika.
Yang terpenting, dengan media darah dan tingkat Rain Master ini, bisa efektif mencegah efek "diberkati nasib" Xu Qi'an, mencapai akurasi serangan 100%.
"Braak-braak……Dalam gempa ringan, dua Adamantium tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan baik ini. Mereka berlari kencang - satu mengayunkan tinju ke dada Xu Qi'an yang terkikis sinar hitam, satunya menyatukan telapak tangan seperti golok untuk memotong lehernya."
"Tiga ahli tingkat kembali bersatu menciptakan jebakan maut."
"Kali ini, Li Lingsu tidak sempat muncul."
"Mendengus!"
"Lembar kertas terbakar tanpa suara."
"Tidak berpengaruh!"
"Sinar jernih melesat dari kaki Xu Qi'an, napas suci menyelimuti tubuhnya, kebal terhadap segala energi jahat."
"Lembaran dari Zhao Shou mengukir tenaga magis seorang ahli puncak kelas tiga."
"Kutukan pembunuhan gagal. Tubuh Xu Qi'an 'menyatukan menjadi satu', muncul di kejauhan."
"Dia kembali menghindari situasi mematikan."
"Dengan kultivasi kelas tiga awal, bertarung hingga kini melawan dua Adamantium dan seorang Yu Shi."
"Para penonton di Puncak Selatan mengeluarkan keringat dingin untuknya."
"Adamantium Dunan kedutan pelipisnya, kemarahan dalam hatinya tak terbendung."
"Dengan kekuatan tiga orang, ternyata dia berulang kali kabur, belum juga bisa ditaklukkan."
"Sungguh sulit dihadapi."
"Adamantium Asura menyatukan telapak tangan: 'Amitabba!'"
"Dia menenangkan amarahnya dengan melantunkan mantra Buddha."
"Masih lima menit. Sihir Konfusianisme bertahan dua menit lagi. Dalam periode ini, aku tak perlu khawatir akan mantra pembunuhan Nalan Tianlu, bisa sedikit bertarung tangan kosong..."
"Xu Qi'an mengangkat pedang kuningan dan Pedang Taiping, aktif menghadapi ketiganya."
"Dalam medan perang ini, awalnya tidak ada situasi saling serang sengit dengan gemuruh pertempuran."
"Dengan kehadiran Nalan Tianlu sebagai Rain Master Dua , begitu Xu Qi'an tertangkap dan dikendalikan, nyawanya langsung terancam."
"Dia bagai berjalan di atas tali di tepi jurang, setiap saat bisa menemui ajal."
"Inilah harga yang harus dibayar untuk melawan tiga sendirian."
"Kini, dengan napas suci Konfusianisme melindungi tubuhnya, dia bisa memblokir sinar hitam bayangan samar dan kutukan pembunuhan. Maka Nalan Tianlu sekarang setara dengan prajurit kelas tiga (pemanggilan arwah pahlawan)."
"Dia hanya menghadapi tiga prajurit kelas tiga."
"Seperti diketahui umum, prajurit itu kasar."
"Jangan takut!"
"Pertempuran kacau empat orang pun dimulai. Dengan ketajaman Pedang Taiping dan Pedang Penjaga Negeri, Xu Qi'an melawan tiga musuh sekaligus. Meskipun terlihat compang-camping, dia berhasil membuat ketiga musuh itu membayar dengan darah."
"Pertempuran mereka menyebabkan longsoran gunung yang menghancurkan setengah puncak utama."
"Ini masih terjadi karena Xu Qi'an sesekali melayang ke udara untuk memindahkan medan perang."
"Dua menit berlalu dengan cepat, sinar jernih yang menyelimuti tubuh Xu Qi'an pun menghilang."
"Melihat ini, Nalan Tianlu segera mundur dari medan perang. Dengan darah Xu Qi'an yang telah dikumpulkan di telapak tangannya, dia mengarahkan kutukan pembunuhan."
"Mendengus!"
"Kertas terbakar, sinar jernih yang telah menghilang tiba-tiba menyala kembali. Kutukan itu gagal."
"Xu Qi'an mengeluarkan selembar kertas, menggigitnya sambil tertawa:"
"Lanjutkan."
"Dua Adamantium itu meledak dalam kemarahan."
“Kau meremehkanku.”
Nalan Tianlu berkata datar: “Kau pikir Yu Shi hanya bisa menguasai angin dan hujan?”
“Bukan begitu?”
Xu Qi'an balik bertanya, dengan sengaja mengulur waktu lewat percakapan.
“Itu karena kau tak tahu hakikat Yu Shi. Tingkat selanjutnya bagi Yu Shi adalah Dukun Agung, yang mampu memanfaatkan hukum langit-bumi, menyatu dengan alam semesta, dan menjadikan posisi langit-bumi sebagai kekuatannya sendiri.
“Bahkan bisa menyedot semua kekuatan dalam wilayah ini, mengubah ribuan li tanah subur menjadi gurun. Kemampuan Yu Shi menurunkan hujan adalah bentuk awal penguasaan atas kekuatan langit-bumi.”
Nalan Tianlu menghela nafas: “Aku kehilangan fisik jasmani, sebenarnya tak ingin memaksa menggunakan kekuatan langit-bumi ini. Ini akan membuatku terkena.”
Dia membentangkan tangan, bersuara berat:
“Angin datang!”
Dalam radius ratus li Gunung Quanrong, angin topan berembus membawa pasir dan batu.
“Hujan turun!”
Di wilayah Gunung Quanrong, awan hitam menutupi langit dengan kilat dan guntur, hujan lebat mengguyur.
Dalam badai mengerikan ini, Xu Qi'an menyaksikan pepohonan layu dengan cepat, tanah subur berubah berpasir, bebatuan membusuk... Kekuatan Lima Elemen disedot keluar, berubah menjadi energi murni yang mengalir ke tubuh Nalan Tianlu.
Dia bagai penguasa mutlak wilayah ini.
Metode serupa pernah digunakan Dukun Agung saat menghadapi Wei Yuan dulu.
Jurus bak dewa... Cao Qingyang dan yang lain gemetar hebat di tengah hujan badai.
“Braak...”
"Ada yang tak sanggup bertahan, berlutut dalam hujan dan angin, menundukkan kepala dalam-dalam, bagai penyesalan maupun permohonan ampun."
Petarung level rendah satu per satu bersujud, bukan karena keinginan, namun tak mampu tegak di hadapan kekuatan langit.
Cao Qingyang dan petarung level empat lainnya tak berlutut, namun seluruh tubuh mereka gemetar tak henti, bertahan dengan susah payah.
Mustahil menang... Pikiran ini melintas dalam hati semua orang.
Mitos tak terkalahkan Xu Qi'an (Gong Perak) tak memiliki wibawa sama sekali di hadapan kekuatan seperti ini.
Keputusasaan!
Emosi putus asa mengalir dari relung hati Xu Qi'an.
Hujan deras membasahi kepalanya bagai air dingin tak berkesudahan yang memadamkan semangatnya.
Angin menerpa tubuhnya, seolah mendesaknya untuk segera melarikan diri.
Firasat bahaya seorang petarung aktif, setiap 'sel' dalam tubuhnya meraung gila "Larilah!".
Xu Qi'an merasa dirinya bukan sedang menghadapi musuh, melainkan seluruh langit-bumi.
Sekejap ini, seolah ia kembali ke Gerbang Yuyang, malam ketika duduk lesu di tembok kota.
Di bawah kota ada 80.000 pasukan musuh, di belakangnya berdiri Joan d'Arc.
Tak ada masa depan, tak ada jalan keluar.
Orang di ujung tanduk tak punya tempat mundur!
Dalam lingkungan seperti itu, ia menyelami makna Giok Hancur.
"Braak!"
Pedang Penjaga Negeri bergetar hebat.
Pedang Taiping bertindak sendiri lepas dari genggaman penguasa, melayang tenang di samping.
"Napas suci!" bisiknya pelan.
Sss... Semua lembaran kertas terbakar, berubah menjadi napas suci yang melapisi perlindungan bertingkat.
"Angin dan hujan bertiup kencang, fajar kelam, Xu Qi'an berdiri di udara, memandang dengan superior ke arah Yu Shi yang bagaikan Dewata."
"Nalan Tianlu, berani kau berjudi nyawa denganku?!"
Gemuruh yang berat bagaikan dentuman guruh bergema di antara langit dan bumi.
