【Tujuh: Aku juga dengar, sungguh konyol. Di wilayah Kekaisaran Feng, bahkan Yang Mulia pun bukan lawan Kepala Divisi. Mana mungkin beliau tewas.】
Li Lingsu menyampaikan pendapat.
【Empat: Sementara aku belum dengar kabar burung, tapi dengan tingkat Kepala Divisi, kecuali kategori super yang turun tangan, di dalam Kekaisaran Feng beliau tak terkalahkan.】
Juara ujian kerajaan Chu meski sudah mengundurkan diri 10 tahun lalu, tetap memedulikan pengadilan dan urusan dunia. Di Grup Obrolan Kitab Bumi, diskusi seperti ini selalu diikuti dirinya.
【9: Sulit dikatakan, Kekaisaran Feng bagai angin dan hujan yang berguncang, sudah mencapai batas maksimal. Kepala Divisi hanya bisa mendapatkan peningkatan nasib negara yang terbatas. Tanpa anugerah nasib suatu negara, kemampuan ahli sihir -1 ya biasa saja.】
Penilaian Taois Kim Lien relatif objektif.
【9: Ngomong-ngomong, sudah dikonfirmasi Nomor Delapan akan keluar dari temp tapa, dia tidak kurang suatu apapun, Shen hao. Dia mungkin akan berkunjung ke ibukota dalam waktu dekat, maukah para anggota berkumpul di ibukota?】
【7: Nanti saja kalau ada waktu.】
Begitu jawaban Li Lingsu.
Yang lain diam, menunggu respon dari Xu Qi'an atau Huaiqing.
Setelah jeda cukup lama, akhirnya datang jawaban resmi dari Huaiqing:
【1: Qingzhou jatuh, Kepala Divisi sangat mungkin telah gugur.】
Kalimat singkat itu bagai ledakan petir di telinga anggota Tian Di Hui, membuat otak mereka ngung bergema, langsung kehilangan kemampuan berpikir.
Selama sekitar waktu minum secangkir teh, tak ada yang bersuara.
Li Miaozhen mengirim pesan seperti orang mengigau:
【2: Bagaimana mungkin...】
Bagai petir di siang bolong!
Bagi para anggota, ini benar-benar kabar buruk yang sulit diterima.
【7: Kalau Kepala Divisi tewas, lalu bagaimana dengan Kekaisaran Feng? Tidak, tidak mungkin... Bagaimana dia bisa mati? Ini mustahil...】
Pertanyaannya mewakili pertanyaan semua anggota Tian Di Hui.
【1: Kondisi detail untuk sementara belum diketahui. Menurut Song Qing, ahli-ahli yang turun tangan hari itu termasuk Xu Pingfeng, Garuda Tree, Kaisar Putih, dan Hei Lian.】
【2: Kaisar Putih? Yang dari Yunzhou itu?】
Li Miaozhen yang pernah tinggal lama di Yunzhou, dengan pandangan bertanya yang penuh ketidakpercayaan mengirim pesan.
Anggota lain berpikir beberapa detik, baru muncul spekulasi yang sesuai dalam hati.
【Satu：Itulah, seperti yang dikatakan Sun Xuanji. Selain itu, tentang kekuatan keturunan Dewa-Iblis ini, Sun Xuanji menduga levelnya Tingkat satu. Jika bukan Tingkat satu, takkan bisa membunuh Kepala Divisi.】
Di antara ahli-ahli yang ikut bertempur saat itu, Hei Lian berada di level Dua . Jika Kaisar Putih juga level Dua , mustahil mereka bisa membunuh Kepala Divisi.
Semua anggota Tian Di Hui terkesiap, dinginnya merasuk sampai ke dalam hati.
Mereka tahu legenda Yunzhou, dan sedikit banyak memahami Sang Kaisar Putih itu. Tapi tak menyangka makhluk legenda ini ternyata bersekutu dengan Xu Pingfeng untuk menyerang Kepala Divisi.
【Sembilan：Aneh, keturunan Dewa-Iblis ini tanpa alasan campur tangan dalam urusan dataran Zhongyuan. Pasti ada kejanggalan di balik ini.】
Li Miaozhen, Chu Yuanzhen, dan yang lain juga penasaran bukan main.
【Dua: Xu Qi'an? Kau pasti tahu ya.】
Li Miaozhen sudah terbiasa memanggil Xu Qi'an saat ragu menghadapi masalah.
Jika dia yang dihadapi, pasti tahu… Pikiran ini terlintas di hati setiap anggota Tian Di Hui, kecuali Taois Kim Lien.
Mereka mendengar kebenaran di balik gugurnya dewa-iblis dari Xu Qi'an, mengetahui rahasia Dao Zun mengusir keturunan Dewa-Iblis dari sembilan provinsi, serta mendengar kabar rahasia terkait Buddha.
Kalau Xu Qi'an yang ditanya, meski tak tahu persis kebenarannya, pasti sedikit banyak paham rahasia dalam.
【3：Kaisar Putih menargetkan Kepala Divisi, hal ini berkaitan dengan rahasia zaman kuno. Sepertinya aku belum memberitahumu tentang urusan Penjaga Gerbang.】
Penjaga Gerbang?
Anggota Tian Di Hui benar-benar asing dengan sebutan ini.
【3：Aku tidak tahu makna sebenarnya Penjaga Gerbang, akan kuberitahu kalian setelah memastikannya. Sedangkan tentang jalannya pertempuran ini, aku sudah punya beberapa petunjuk.】
Semangat anggota langsung terpompa, mata mereka menatap tajam Fragmen Kitab Bumi.
Xu Qi'an mengulang penjelasannya kepada Zhao Shou tentang keluarga Chai dan Kepala Divisi pertama.
【9：Sungguh rumit! Meski sudah mati 500 tahun, Kepala Divisi pertama masih bisa mempengaruhi situasi saat ini. Pantas disebut pencetus sistem ahli sihir.】
Taois Kim Lien menghela nafas penuh perasaan.
Pantas saja Kepala Divisi kalah. Yang benar-benar mengalahkannya bukan Xu Pingfeng, melainkan metode warisan generasi pertama... Huaiqing akhirnya menerima kenyataan penyegelan itu dengan pasrah.
Satu-satunya kabar baik adalah dia belum tewas. Tapi disegel atau dibunuh sama saja. Kekaisaran Feng sudah di ambang kekalahan. Nanti, Kepala Divisi tetap akan mati... Chu Yuanzhen menghela nafas dalam hati.
【7：Ini... sudah tidak mungkin menang. Kita kehilangan Kepala Divisi, sementara musuh punya ahli sihir Tingkat Satu...】
Kekaisaran Feng pasti runtuh ya.
Santo menahan komentar ini. Saat ini, bahkan murid Sekte Langit seperti dirinya yang tak punya ikatan emosional, merasakan keputusasaan dan kesuraman.
【Enam: Biksu ini ingat, Yang Mulia Xu pernah berkata, Anda membawa nasional negara, sudah tak terpisahkan dari Dafeng. Jika Dafeng punah, Yang Mulia Xu juga akan gugur dalam tugas.】
Hengyuan yang biasanya senyap tiba-tiba menyela, membongkar realitas berdarah di depan mata semua anggota.
Li Miaozhen mengirim pesan dengan kesal:
【Dua: Biksu busuk, ngomong apa sih? Buka panci yang tidak seharusnya dibuka!】
Xu Qi'an berpikir sejenak, lalu mengirim pesan:
【Jujur saja, aku belum menemukan cara memecahkan kebuntuan. Situasi saat ini bagiku dan Dafeng benar-benar jalan buntu. Kecuali Putri Mahkota Huaiqing, kalian sebenarnya tidak punya hubungan erat dengan pengadilan Dafeng.】
"Tapi kami punya hubungan denganmu..." Kalimat ini hanya berani dibisikkan Pahlawan Wanita Feiyan dalam hati.
Hengyuan kembali mengirim pesan:
【Enam: Nyawa biksu ini diselamatkan oleh Yang Mulia Xu. Biksu pernah berjanji akan membalas kebaikan itu. Amitabha, bagi orang yang meninggalkan keduniawian, bisa menyelesaikan sebab-akibat adalah berkah.】
Master Hengyuan, kau menancapkan bendera lagi... Xu Qi'an merasa hangat di dada, buru-buru menutupi rasa haru dengan gerutuan.
【Tujuh: Kesadaran Master memang tinggi. Aku takkan mempertaruhkan nyawa untuknya, tapi anggap saja ini teman seperjalanan yang menemani sampai akhir hayatmu.】
Ucapannya kasar, tapi sikapnya jelas: tidak mundur.
【Empat: Latih pasukan seribu hari, gunakan di saat kritis. Sudah lama berlatih, saatnya diuji di medan perang.】
Huaiqing dan Li Miaozhen diam. Mereka berdua tak perlu menyatakan sikap.
Yang pertama sebagai keluarga kerajaan, bertempur tanpa ragu. Yang kedua, Pahlawan Wanita Feiyan paling suka mencurahkan darah dan tengkorak dalam membela cinta sejati.
【Lima：Ayah menyuruhku perang ke Bagian Utara.】
Saat itu, Lina mengirim pesan.
Mosang sudah berada di dataran Zhongyuan. Apakah Longtu ingin membuat anak-anaknya mati sekaligus sepasang?... Tian Di Hui adalah pasukan paling jancuk (andal) ku. Bahkan si Raja Lautan Li Lingsu, di saat genting masih bisa diandalkan... Xu Qi'an menggenggam erat Fragmen Kitab Bumi, menatap sinar matahari malas, perlahan menghela napas.
……
Perbatasan Jianzhou dan Xiangzhou.
Di sebuah benteng, Li Lingsu menyimpan Fragmen Kitab Bumi, duduk diam sesaat, lalu menghela napas ringan dan meninggalkan kamar.
Keluar dari halaman berpagar bambu, ia berjalan menuju arah lapangan latihan.
Yang disebut lapangan latihan, sebenarnya adalah sebidang tanah lapang yang dibuka dan dipadatkan oleh prajurit rendahan di bawah komando, digunakan untuk belajar bela diri, menyusun formasi pasukan, serta tempat berkumpul dan mengobrol para wanita.
"Halo Pemimpin!"
Bawahan yang ditemui sepanjang jalan menyampaikan salam dengan hormat.
Li Lingsu berjalan dengan wajah datar, segera tiba di lapangan latihan. Ia melihat Yang Qianhuan yang memakai tirai yang menutupi wajahnya, sedang mencaci-maki kumpulan orang yang tidak terorganisir di area tersebut.
"Kalau sekarang tidak giat berlatih, nanti di medan perang, seluruh anggota benteng akan menunggumu di rumah untuk mengadakan perjamuan."
“Mendengar cacian Yang Qianhuan, Li Lingsu mengamati barisan pengungsi. Sungguh di luar nalar, ia menemukan bocah kecil enam atau tujuh tahun di antara mereka.”
“Berperang harus dibina sejak kecil. Jika sudah tua nanti, penyesalan tak berguna. Seluruh benteng menunggu jatah makan dari rumahmu!”
Terdengar suara mencaci dari Yang Qianhuan.
“Bahkan sebagai saudara, kadang kupikir otakmu bermasalah...” Li Lingsu menarik napas dalam, lalu berseru keras:
“Yangxiong!”
Sebenarnya Yang Qianhuan sudah melihat kedatangan Li Lingsu. Posisinya membelakangi orang banyak, tepat menghadap arah datangnya Li Lingsu.
“Lixiong!”
Yang Qianhuan menghentikan caciannya. Ia melangkah besar mendekat, lalu berbalik membelakangi Li Lingsu sambil bertanya:
“Ada urusan apa?”
Li Lingsu tidak langsung menjawab. Setelah lama menimbang-nimbang dan bergumam, akhirnya nekat berkata:
“Ada kabar dari Qingzhou... Qingzhou telah jatuh.”
Yang Qianhuan terkejut, tapi bukannya frustasi malah bersemangat:
“Situasi genting justru menunjukkan pentingnya Yang ini! Setelah latihan militer selesai, aku akan menyelamatkan keadaan. Lihatlah para pemberontak Yunzhou itu nanti akan sujud memohon nyawa!”
Li Lingsu bersuara berat:
“Kepala Divisi... telah disegel...”
Yang Qianhuan menghela napas:
“Itu berkah terbesar! Si tua Kepala Divisi sudah menghambatku bertahun-tahun. Tanpa tekanan darinya, barulah Yang ini bisa sukses!”
Li Lingsu menggelengkan kepala pelan:
“Yangxiong, aku tidak sedang bercanda denganmu.”
Segera menceritakan kembali informasi intelijen yang didapat dari Xu Qi'an kepada Yang Qianhuan.
Setelah mendengar, Yang Qianhuan berdiam diri seperti patung tak bernyawa.
Setelah waktu yang sangat lama, Li Lingsu mendengar suara berat dari depan:
"Aku mengerti..."
Suara yang belum pernah didengar Li Lingsu ini telah menghilangkan semua kesan lebay dan aura bercandai, terdengar asing seakan bukan berasal dari Yang Qianhuan. Atau mungkin, inilah suara aslinya.
"Jangan beri tahu Cai Wei."
Yang Qianhuan mengulangi.
……
Qingzhou.
Ji Xuan menggeser kuda dengan tangan kiri memegang gagang pedang, tangan kanan membawa kendi arak, mendorong pintu kediaman Ge Wenxuan.
Ge Wenxuan mengenakan baju putih khas ahli sihir, duduk di tepi meja mempelajari kitab strategi militer.
"Pangeran Muda Ji Xuan yang sibuk tujuh keliling, tidak sibuk merekrut pasukan atau menyiapkan perbekalan, ada keperluan apa datang ke sini?"
Ge Wenxuan tersenyum ramah.
"Utusan perundingan adalah adik keduaku. Kudengar ini rekomendasi darimu. Aku datang minta penjelasan Jenderal Ge."
Ji Xuan menaruh arak dan pedang di meja, mata menyipit dengan senyum tanpa kehangatan:
"Setelah mendengar penjelasanmu, baru aku putuskan apakah kita minum atau menghunus golok."
Sebagai dua pemegang kekuasaan nyata di faksi muda Pasukan Yunzhou, hubungan Ge Wenxuan dan Ji Xuan selalu berada dalam keseimbangan mikro.
Mereka adalah sahabat sekaligus rival.
Bisa duduk minum sambil bercengkerama, tapi juga bisa menghantam meja bermata merah saat berebut sumber daya.
Qi Guangbo dikenal tegas dalam mengelola pasukan, menerapkan penghargaan dan hukuman yang jelas. Dia tidak akan memihak karena status Ji Xuan.
"Tuan Ji Yuan jenius dan pandai berdiplomasi, retorikanya selalu tajam. Sebagai keturunan wali kota, dialah utusan paling cocok untuk berdamai dengan Kekaisaran Feng."
Kata Ge Wenxuan.
Ji Yuan adalah adik kandung Ji Xuan dari ibu yang sama, keduanya lahir di luar nikah.
Di antara semua saudara, dia menduduki peringkat kesembilan.
Berbeda dengan Ji Xuan yang maskulin dan kalem, Tuan Sembilan ini tak suka kultivasi. Hobinya membaca, menjadikannya keturunan Wali Kota Naga terpelajar.
Yang paling berharga, dia mampu mengaplikasikan ilmunya. Pikirannya tajam, bukan sekedar kutu buku kaku.
"Memimpin pasukan, Tuan Ji Yuan memang tak becus. Tapi dalam debat istana melawan para cendekiawan, dia jauh lebih unggul darimu, Saudara Tertua." Ge Wenxuan tersenyum:
"Bahkan aku tak sanggup mengalahkannya dalam debat. Bacaanku pun tak sebanyak dia. Sungguh menyebalkan, bukan?"
Ji Xuan mengabaikan candaannya, wajah tegas dengan suara berat:
"Kau belum pernah berurusan dengan Xu Qi'an. Kau tak tahu, si Xu itu orang gila."
Ge Wenxuan tetap tenang:
"Bagaimana jika kuberi tahu, dalam rombongan utusan ada Nona Yuanshuang dan Tuan Yuanhuai?"
Ji Xuan tertegun.
Ge Wenxuan melanjutkan:
“Ini adalah ide Guru Negara, Xu Qi'an lebih memahami dirinya daripada kita. Perundingan damai bisa menyelesaikan masalah para pejabat istana dan kaisar baru, sementara Nona Yuanshuang dan Tuan Muda Yuanhuai akan membuat Xu Qi'an khawatir merusak guci saat mengusir tikus.”
Ji Xuan mengerutkan kening.
Ruangan menjadi senyap sejenak.
Ji Xuan teringat kejadian di Kota Yongzhou dulu, ketika Xu Qi'an memotong tendon tangan-kaki Xu Yuanhuai namun benar-benar membiarkannya hidup.
Orang ini tidak akan ragu karena ikatan darah, tapi juga bukan tipe yang kejam tanpa perasaan. Saudara kandung tetap memiliki pengaruh tertentu baginya.
Ge Wenxuan teringat perkataan Xu Pingfeng beberapa hari lalu:
"Dia mengejekku kejam dan tak berperasaan? Baik, akan kukirimkan adik-adiknya ke hadapannya!"
Ge Wenxuan bergumam pelan:
"Guru benar-benar orang paling tak berperasaan di dunia."
……
Sidang pagi, Balairung Jinluan.
Kaisar Yongxing perlahan mulai takut menghadiri sidang. Dokumen-dokumen di mejanya membuatnya gelisah dan cemas.
Laporan tentang pengungsi yang tak terkendali, kas negara kosong, jatuhnya Qingzhou, kepanikan para pejabat ibukota, serta rumor yang menyebar ke berbagai kantor gubernur provinsi: "Kepala Divisi telah tewas, Kekaisaran Feng akan runtuh."
Hal ini membuat masyarakat biasa juga dilanda kepanikan, mengira Kekaisaran Feng benar-benar akan hancur.
Terhadap penyebar rumor yang mengacaukan situasi seperti ini, praktik umum seluruh dinasti adalah hukuman berat: pengasingan atau pancungan di Pasar Cai untuk menakut-nakuti rakyat.
“Namun di masa pergolakan, rumor bertebaran di mana-mana, takkan bisa menghadang desas-desus publik. Mungkin para pejabat tingkat bawah juga berpikiran demikian.”
“Lagipula Qingzhou memang telah jatuh. Para pengungsi perang menyebarkan kabar ini ke seluruh penjuru, dari mulut ke mulut.”
“Usaha pengadilan pasti akan sia-sia belaka.”
“Kini, seolah seluruh dunia sedang menggemuruh di telinga Kaisar Yongxing, memberitahunya bahwa Kekaisaran Feng akan runtuh, dan dia akan menjadi kaisar terakhir.”
“Kaisar Yongxing yang lahir di masa damai, kapan pernah menyaksikan situasi kacau-balau seperti ini?”
“Tapi pagi ini di sidang pagi, suasana hati Kaisar Yongxing berbeda, bagai orang terpojok yang melihat cahaya fajar.”
“Kemarin, Gubernur Yongzhou Yao Hong mengirimkan laporan berisi: Pemberontak Yunzhou mengajukan gencatan senjata.”
“Selain itu, Yao Hong juga menuduh Yang Gong dalam laporannya karena menolak gencatan senjata dan berusaha menutupi hal ini.”
“Kejahatan ini braak!”
“Menteri Yao benar-benar tulang punggung Zhen!”
“Kemarin, Kaisar Yongxing girang bukan main setelah membaca laporan. Adapun Yang Gong, untuk sementara tidak akan dihukum karena Yongzhou masih harus dijaganya.”
“Para menteri terkasih, kemarin Gubernur Yongzhou Yao Hong mengajukan laporan. Pemberontak Yunzhou ingin berdamai dengan istana kita, menghentikan pertumpahan darah.”
“Kaisar Yongxing melirik para menteri, berseru keras:”
“Apa pendapat kalian?”
“BAB 95 ROMBONGAN UTUSAN MASUK IBUKOTA”
“Para bangsawan di Balairung Jinluan telah mendapat kabar sebelumnya. Tak ada yang terkejut. Perdana Menteri Qian Qingshu dengan tegas maju dan menyatakan pendapat:”
"Rencana ini mungkin taktik mengulur waktu pemberontak, Yang Mulia mohon berpikir tiga kali."
Sebelum Kaisar Yongxing sempat bicara, seseorang segera maju membantah:
"Sejak kapan Perdana Menteri Qian begitu kompak dengan Gubernur Yang?"
Yang berbicara adalah Jishizhong Departemen Militer, salah satu pemimpin kelompok kritikus.
Qian Qingshu mengerutkan keningnya, mengamati Jishizhong Departemen Militer, berkata datar:
"Pendapat mulia apa yang Tuan Yan miliki?"
Jishizhong Departemen Militer bersuara keras:
"Yang Mulia, sejak panen musim gugur, 100.000 pasukan dihancurkan Wei Yuan di Kota Gunung Jing. Memasuki musim dingin, 60.000 pasukan elit lagi terkorbankan di Qingzhou. Jika terus begini, prajurit Feng akan habis sama sekali.
"Dengan gelombang pengungsi di mana-mana dan kekurangan pasukan, Departemen Militer tak bisa lagi mengirim bantuan ke Yongzhou. Hamba berpendapat, perdamaian adalah solusi tepat untuk situasi darurat istana."
Menteri Departemen Militer ragu-ragu, menghela nafas, lalu memilih diam.
"Solusi darurat?"
Wakil Inspektur Utama Zhang Xingying mendengus:
"Untuk berdamai, pemberontak pasti meminta harga selangit. Istana takkan punya sisa tenaga melawan. Masihkah Tuan Yan tak paham logika 'golok tumpul menguliti daging'?"
Saat itu, Kepala Kementerian Keuangan maju, bersuara berat:
"Jika Censor Zhang begitu bijaksana melihat situasi, lebih baik posisi menteri keuanganku ini kuberikan padamu."
Usai bicara, tersenyum sinis lalu memberi hormat pada Kaisar Yongxing, berseru lantang:
“Yang Mulia, kas negara kosong. Jika pengadilan terus berperang dengan pemberontakan Yunzhou, kita akan ambruk oleh peperangan. Upacara sembahyang musim semi semakin dekat, bumi mulai menghangat. Yang kita butuhkan adalah waktu. Dan perundingan damai tepat bisa memberi kita waktu untuk bertahan melewati bencana 'dingin' ini.”
Faksi pro-perang dan faksi yang condong pada perdamaian seketika berdebat panas, perbedaan pendapat tak kunjung usai.
Setiap situasi mulai lepas kendali, Zhao Xuanzhen segera mencambuk dengan cambuk sambil membentak "Tenang!".
Kaisar Yongxing terdiam mengamati perdebatan para bangsawan. Hanya ketika semakin banyak yang menambahkan keberatan, dan faksi perdamaian mulai mendominasi, barulah ia menoleh ke Zhao Xuanzhen dan memberikan isyarat dengan pandangan.
Prak!
Zhao Xuanzhen kembali mencambukkan cambuknya. Suara nyaring menggema di tanah yang mengilap, memadamkan keributan dalam aula.
Kaisar Yongxing melirik semua orang, lalu berkata perlahan:
"Zhen memperhatikan prajurit dan rakyat biasa. Tak tega mengobarkan perang lagi. Masalah perundingan damai, putuskan seperti ini saja."
……
Kota Kekaisaran, Kediaman Wang.
Kereta mewah berhenti di luar kediaman. Qian Qingshu dituntun pelayan turun menggunakan bangku kecil. Pengawal di luar kediaman yang tahu statusnya tak berani menghalangi.
Masuk ke dalam kediaman, menunggu sebentar di ruang dalam, lalu kepala rumah tangga membawanya ke Paviliun Dalam menuju kamar tidur Perdana Menteri Wang.
Orang sehormatan Perdana Menteri Wang ini menerima tamu bukan di ruang baca tapi kamar tidur, jelas menunjukkan betapa parah penyakitnya.
Arang binatang emas menyala terang memancarkan kehangatan. Pintu-jendela kamar tertutup rapat, dengan empat pelayan berdiri di ruang luar dan dalam.
“Perdana Menteri Wang duduk bersandar, pinggangnya ditopang bantal empuk.”
Tubuhnya tinggal tulang terbungkus kulit, wajahnya menguarakan ajal, hanya sepasang matanya yang masih berbinar tajam.
“Hah!”
Qian Qingshu menghela nafas: “Mengapa penyakitmu tak kunjung membaik?”
Ia melambaikan tangan, menyuruh dayang-dayang mundur.
“Mungkin ajal sudah dekat.” Wang Zhenwen tersenyum pahit:
“Manusia yang tua renta, penyakit datang bagai gunung runtuh. Dewata pun tak sanggup menyelamatkan. Seperti kata pepatah: di usia lima puluh kita paham Takdir Surga. Biarlah segala mengalir secara alami.”
Qian Qingshu bergumam sejenak, lalu berkata:
“Seharusnya aku tak mengganggumu. Yang utama adalah kau beristirahat, tapi...”
Wang Zhenwen mengangkat tangan memutus, menunjuk jendela:
“Buka dulu jendela itu untukku.”
Qian Qingshu mengerutkan kening:
“Dingin membeku. Jika jendela dibuka, badanmu yang ringkih ini tahan?”
Wang Zhenwen mengibaskan tangan:
“Udara kubur di ruangan ini membuatku mual, bukankah justru memicu penyakit? Jangan banyak bicara, cepat buka!”
Setelah ragu sebentar, Qian Qingshu membuka celah jendela selebar dua jari, membiarkan angin dingin nan segar menerobos masuk.
Kembali ke ranjang, ia duduk di bangku bundar sambil menyusun kata:
“Qingzhou jatuh.”
Wang Zhenwen tetap senyap. Setelah lama, suaranya terdengar berat:
“Lanjutkan...”
“Kepala Divisi gugur di medan perang di Qingzhou, pemberontakan kini menguasai Qingzhou, berhadapan dengan Yang Gong di perbatasan Yongzhou... Kemarin, Gubernur Yongzhou Yao Hong mengajukan laporan, Yunzhou ingin mengirim rombongan utusan untuk berdamai...”
Wang Zhenwen mendengarkan tanpa bersuara, tidak bergerak sedikit pun, visinya seakan membeku.
Setelah Qian Qingshu selesai berbicara, sorot matanya berkedip, menunjukkan kembali vitalitas:
“Yang Mulia menyanggupi?”
Nada suaranya penuh kekecewaan.
Qian Qingshu mengangguk perlahan:
“Tidak ada pilihan lain, Kekaisaran Feng kehilangan Kepala Divisi, kekuatan tempur kekosongan. Bagai kawanan domba tanpa pemimpin, persatuan pasti akan tercerai-berai. Lanjutkan pertempuran, apa gunanya?
“Seandainya posisi kita ditukar, mungkin aku juga akan sama seperti dia...”
Tiba-tiba menyadari ucapannya melanggar protokol kerajaan, ia menghela nafas dan memperbaiki perkataan:
“Bahkan jika diganti pangeran lain, hasilnya akan sama.”
Wang Zhenwen mendengarkan, lalu mengangguk perlahan sambil berkata:
“Mereka sengaja memanfaatkan situasi ini, baru mengirim utusan saat posisi menguntangkan untuk berdamai.”
Qian Qingshu tersenyum getir:
“Banyak orang pintar, tapi pura-pura bodoh. Logika ini siapa yang tidak tahu? Tapi apa cara lain? Belakangan ini, ibukota dilanda kepanikan. Para bangsawan berusaha tenang, padahal ciut nyali, bahkan menganggap kepunahan Kekaisaran Feng hanya masalah waktu.
“Tidak mencari jalan alternatif, sudah layak dipuji kesetiaannya.
"Yang Mulia sendiri tahu perundingan damai bagaikan golok tumpul menguliti daging, tapi apa yang bisa dia lakukan? Perundingan adalah satu-satunya harapannya. Dia akan mati-matian berpegang padanya, lalu membisikkan pada diri sendiri bahwa semua ini demi mengulur waktu menunggu bencana dingin berlalu."
Wang Zhenwen terdiam sejenak, lalu berkata:
"Lupakan ini. Usahakan agar Xu Qi'an menemui saya."
"Dia?"
Qian Qingshu tersenyum getir sambil menggelengkan kepala:
"Tuan besar macam mana bisa dikendalikan? Saya bahkan tidak tahu di mana dia sekarang."
"Dia di ibukota. Pasti di ibukota." Wang Zhenwen menutup mulut sambil batuk keras, "Kepala Divisi tewas. Dia pasti kembali. Heh, pemberontak Yunzhou ingin berdamai? Tergantung apakah dia setuju."
Qian Qingshu bangkit, berjalan cepat ke jendela, menutupnya rapat, lalu berbalik sambil berkata:
"Menurutmu, Xu Yinluo bisa memecahkan krisis ini?"
Wang Zhenwen tetap diam. Setelah lama, dia berbisik:
"Bahkan jika Wei Yuan hidup kembali, tetap tak bisa menyelamatkan catur mati ini."
……
Sitianjian.
Di lantai tujuh ruang eliksir, Xu Qi'an bahkan belum pulang ke rumah, langsung mencari Song Qing.
"Bahan-bahan bendera roh sudah lengkap, tapi masih kurang satu bahan pendukung."
Xu Qi'an mengeluarkan fragmen Kitab Bumi, mengeluarkan dua botol giok yang memancarkan aura yin mengerikan, sebongkah batu berlubang-lubang seperti sarang lebah, serta gulungan benang sutra hitam pekat bagai tinta yang mengeluarkan gas beracun.
Song Qing segera menelan pil penawar racun, menutupi "" dengan kain sutra yang direndam ramuan obat, lalu membuka sumbat kayu botol keramik untuk memverifikasi bahan.
Di dalam botol keramik terdapat kuku jenazah kuno, air mayat hitam pekat yang diambil dari arteri leher.
Setelah memastikan braak dan benang sutra beracun, Song Qing berkata:
“Bahan terakhir adalah kulit dan rambut asli Wei Yuan untuk pelokasian. Tapi tubuh fisiknya hancur di Kota Gunung Jing, pasti sudah dipulihkan.”
Sebenarnya jasad Wei Yuan dimangsa oleh Joan d'Arc, detail ini tidak diketahui Song Qing.
“Lalu?” tanya Xu Qi'an.
“Garis keturunan darah bisa menjadi pengganti,” jawab Song Qing perlahan.
Tuan Wei sudah tidak punya keturunan... Xu Qi'an menghela nafas dalam hati dengan nada berat:
“Pasti ada cara lain. Kalau tidak, Kepala Divisi tidak akan menyuruhku mencari alat ritual untuk membuat bendera roh.”
Song Qing mengintainya:
“Wei Yuan memang tak punya anak, tapi kau naik ke pangkat tiga dengan Blood Core-nya. Dalam arti tertentu, kaulah keturunannya.”
“Jadi selanjutnya, kau harus membuat sebutir Blood Core sebesar kuku. Ini tak akan pengaruhi kultivasimu.”
“Lalu bantu aku netralkan racun di benang sutra Nether. Racun keturunan dewa dan iblis bukan keahlianku.”
Pandangan Xu Qi'an menyapu benang sutra Nether:
“Membuat Blood Core dan menetralkan racun butuh waktu tiga hari.
“Semua ini bukan masalah, masalah sebenarnya adalah, bisakah kau menguasai bendera roh yang kuat seperti ini?”
Kepala Divisi sudah tidak ada, Sun Xuanji sedang dalam masa pemulihan, Yang Qianhuan juga tidak berada di ibukota saat ini, orang dengan posisi tertinggi di Sitianjian adalah Song Qing.
Tapi Song Qing hanyalah seorang alkemis tingkat enam.
Sebagai master di bidang alkimia, Song Qing memiliki pemahaman mendalam tentang dirinya sendiri dan menghormati tinggi ilmu alkimia, dia pasti tidak akan memaksakan diri. Dia menggelengkan kepala dengan tegas:
“Aku tidak bisa!
“Logam seperti braak tidak bisa dilelehkan dengan api biasa, perlu menggunakan formasi elemen api untuk mengumpulkan roh api agar bisa melelehkannya.
“Hmm, aku bisa menggunakan beberapa bahan pembakar untuk meningkatkan suhu api, tapi perlu membangun tungku baru. Bahan pembakar ini adalah penemuanku sendiri, Sitianjian tidak punya persediaannya.
“Untuk bagian ini saja, diperlukan waktu setengah bulan.”
Song Qing telah terjebak di level yang sama selama bertahun-tahun, tenggelam dalam alkimia dan menemukan banyak cara untuk menggantikan formasi magis. Tapi metode-metode ini jelas tidak sepraktis langsung menyusun formasi.
“Karena itu perlu kau gunakan Qi sebagai pengganti bahan pembakar untuk melelehkan braak dan membuat tiang bendera roh. Sedangkan untuk kain bendera rohnya, harus menunggu Senior Sun pulih dulu. Karena dalam proses penenunannya, perlu terus-menerus menyatukan formasi magis.”
Xu Qi'an mendengarkan dengan sabar, lalu berkata:
“Apakah dengan menyelesaikan bendera roh, kita bisa membangunkan Tuan Wei?”
Song Qing tetap menggeleng:
“Kemudian dilanjutkan dengan menggambar Formasi Aglomerasi Yin, menunggu salah satu dari tiga momen puncak energi yin dalam setahun, lalu kau yang akan memanggil roh Wei Yuan.”
Xu Qi'an mengerutkan kening:
“Kapan waktu terdekatnya?”
Song Qing menjawab tanpa berpikir:
“Upacara sembahyang musim semi!”
Sekitar satu bulan... Xu Qi'an menghela nafas, menganggap ini masih bisa diterima.
……
Di hari itu, sebuah perahu panjang yang melayang di awan membelah lautan kabut, perlahan mendarat di wilayah ibukota.
Perahu Angin (Yufeng Zhou), benda pusaka ini awalnya milik Dongfang Wanrong. Dalam pertempuran Jianzhou, jatuh ke tangan Ji Xuan. Perahu ini mampu menempuh ribuan li sehari, merupakan alat transportasi besar yang sangat langka.
Di haluan perahu berdiri tiga orang. Di tengah adalah seorang pemuda berpakaian mewah dengan fitur wajah tampan dan aura elegan, memegang kipas bertangkai tulang perak.
Wajahnya 40-50% mirip Ji Xuan, namun karakternya sama sekali berbeda. Ji Xuan lebih maskulin dengan kekuatan yang tersembunyi.
Pemuda ini memancarkan kesombongan intelektual dan keangkuhan akan ilmu yang dikuasainya.
Di sisi kiri-kanannya masing-masing berdiri Xu Yuanhuai remaja berbaju hitam, dan Xu Yuanshuang gadis dingin.
Ketiganya merupakan inti rombongan duta. Selain mereka, ada 16 cendekiawan berpengalaman yang membentuk tim negosiasi.
Serta 100 pengawal elit dengan tingkat kultivasi mumpuni.
“Ibukota...”
Ji Yuan memutar kipas tulang peraknya beberapa kali sambil tersenyum:
“Terkenal sejak lama, dikagumi sejak lama. Yuanhuai, Yuanshuang, takkah kalian gembira?”
Xu Yuanhuai dan Xu Yuanshuang memiliki karakter tidak ramah, satu dingin dan satu kefanaan. Hal ini terkait lingkungan tempat mereka dibesarkan.
Tapi mereka memang tidak bisa bahagia. Siapapun bisa melihat, Ayah mengirim mereka ke ibukota untuk bernegosiasi dengan target spesifik.
"Dengar di luar Kota Yongzhou, Xu Qi'an menahan kekuatan pada kalian berdua, tidak membalas dendam pribadi. Setelah masuk ibukota, kalian harus melindungiku." Ji Yuan tersenyum ramah:
"Bajingan itu tak tega membunuh adik-adik, tapi membunuh sepupu seperti aku mungkin takkan membuatnya berkedip."
Melihat ekspresi datar sepupu, dia merasa tak menarik, menghela nafas:
"Kedatangan ke ibukota kali ini, pertama, untuk memperoleh keuntungan lebih bagi Kota Naga. Kedua, berprestasi. Kakak Ketujuh sudah ahli, sementara aku belum berprestasi sama sekali. Jika tugas ini berjalan mulus, Ayah akan lebih menghargai kami. Posisi Kakak Ketujuh baru akan kokoh.
"Yang ketiga, menguji tulang punggung Kekaisaran Feng sekarang. Kakak tertua kalianlah target ujian pertamaku. Ya ampun, menurut kalian apakah dia pernah terpikir untuk berdamai?"
Xu Yuanshuang berkata datar:
"Dia tidak akan!
"Orang ini lebih memilih patah daripada melengkung."
Ji Yuan menganggukkan kepala, lalu berkata:
"Karakter keras kepala bukan berarti kolot. Jika dia setuju berdamai, itu taktik mengulur waktu, artinya Kekaisaran Feng masih punya rencana cadangan."
Sembari berbicara, Perahu Angin perlahan parkirkan di luar ibukota.
Kantor pemerintah yang bertugas menyambut rombongan utusan Yunzhou adalah Honglu Si dan Xingren Si, dipimpin oleh Ketua Honglu Si yang berpangkat kelas tiga. Ini benar-benar memberikan kehormatan besar bagi Yunzhou.
Ketua Honglu Si adalah seorang pria paruh baya berjanggut kambing dengan wajah kurus, garis mata ikan yang dalam akibat senyum tahunan.
Mahir dalam pergaulan sosial dan lihai mengelola urusan.
Ia memimpin bawahan menyambut Perahu Angin, menunggu rombongan Yunzhou turun.
Namun setelah menunggu lama, Perahu Angin tetap sunyi tanpa tanda-tanda aktivitas, tidak ada papan kayu yang diturunkan.
Setelah seperempat jam, seorang pengawal muncul di tepi kapal dan berseru:
"Bolehkah hamba tahu identitas Yang Mulia?"
Ketua Honglu Si menyunggingkan senyum protokoler sambil memberi hormat:
"Hamba adalah Ketua Honglu Si."
Sang pengawal mengangguk singkat lalu menghilang. Belasan napas kemudian, muncul kembali dengan ekspresi datar:
"Tuan Muda berpesan: Status Yang Mulia belum memadai. Silakan kembali."
