Dasar kurang ajar! Hamba ini pejabat kelas tiga... Kutukan dalam hati Ketua Honglu Si terhenti oleh tarikan napas dalam sebelum ia berseru:
"Hamba Liu Da, Ketua Honglu Si, datang menyambut rombongan Yunzhou!"
Teriakan itu menggema tanpa jawaban dari Perahu Angin.
Setelah menunggu lagi seperempat jam di tengah angin dingin, di bawah tatapan penasaran rakyat yang lalu lalang, Ketua Honglu Si akhirnya mengundurkan diri dengan pasrah.
"Orang di atas perahu adalah Tuan yang bisa menunggu, tapi dia tidak bisa. Jika tidak bisa membawa rombongan utusan Yunzhou masuk ke ibukota, itu adalah kelalaiannya. Para bangsawan dan Yang Mulia pasti akan menyalahkannya."
"Tuan, silakan naik kereta."
Bawahan mengangkat tirai kereta untuknya.
"Naik kereta apa? Siapkan kuda untuk hamba!"
Ketua Pengadilan Agung Honglu melampiaskan kemarahannya dengan memaki, "Dari ibukota ke Kota Dalam lalu ke Kota Kekaisaran, berapa lama lagi jika naik kereta?"
NNN... Dalam derap kuku kuda yang menderu, Ketua Pengadilan Agung Honglu bergegas menuju Kementerian Ritus.
Honglu Si berada di bawah Kementerian Ritus. Jika si anak haram Yunzhou menganggap jabatannya tidak cukup tinggi, maka harus mencari pejabat yang lebih tinggi.
Kementerian Ritus, ruang utama.
Menteri Ritus mengerutkan keningnya:
"Dasar anak haram!
"Ini jelas ingin memberi pelajaran pertama yang mengejutkan pada istana."
Meski terus memaki, Menteri Ritus bersuara berat:
"Suruh... Lupakan, hamba akan ikut bersama Anda."
Awalnya ingin meminta Wakil Menteri Ritus yang mewakili, tapi mengingat jabatan wakil menteri hanya setengah tingkat lebih tinggi dari Liu Da sang Ketua Pengadilan Agung Honglu, akhirnya memutuskan turun tangan sendiri.
Ketua Pengadilan Agung Honglu lega, sambil berjalan keluar bersama Menteri Ritus ia berkata:
"Merepotkan Yang Mulia Menteri."
Menteri Ritus yang sudah sepuh tidak bisa menunggang kuda. Keduanya berganti kereta dan melesat menuju gerbang kota.
Setengah shichen kemudian, kereta menerobos gerbang kota. Menteri Ritus membuka tirai dan melihat perahu kayu raksasa di tepi jalan resmi.
Kereta parkirkan di samping perahu kayu, Menteri Ritus berseru:
"Hamba Menteri Ritus, datang untuk menyambut rombongan utusan Yunzhou."
Tak lama kemudian, seorang pengawal muncul di tepi kapal, dengan sikap sombong:
"Tuan Muda kami berkata, status Tuan belum cukup pantas."
Wajah Menteri Ritus langsung muram, menahan murka, berkata datar:
"Pulanglah tanyakan pada Tuan Mudamu - syarat apa lagi yang ia mau untuk masuk ibukota?"
Pengawal tak bergerak, menyeringai, mengangkat dagu:
"Tuan Muda Kesembilan berkata, harus disambut oleh Pangeran, didampingi Perdana Menteri, tidak boleh kurang upacara musik dan ritual. Bila tak bisa penuhi, lebih baik katakan sekarang. Ia akan pulang memberi tahu 150.000 prajurit Yunzhou bahwa Dafeng tak mau berdamai."
"Ini melanggar sistem ritual. Suruh Tuan Muda Kesembilanmu keluar bicara!" Menteri Ritus meninggikan suara.
Pengawal mengabaikan, menarik kembali kepalanya.
Urat di dahi Menteri Ritus berdenyut, ia menarik napas dalam lalu kembali tenang.
Ia lalu menoleh ke Kepala Pengadilan Agung di sampingnya:
"Suruh orang menghadap Yang Mulia."
Di Perahu Angin, dalam kamar sederhana, Ji Yuan duduk di meja. Tangan putihnya yang jenjang mengupas jeruk, kipas bertangkai tulang perak tergeletak di samping.
"Kakak Kesembilan sedang memberi pelajaran pertama pada pengadilan Dafeng?"
Xu Yuanhuai berdiri di tepi jendela, telah mendengar jelas seluruh percakapan tadi.
"Pintar!" Ji Yuan memuji, lalu menggeleng:
"Tapi belum cukup pintar."
Xu Yuanhuai mengerutkan kening.
Ji Yuan menoleh ke samping, memandang Xu Yuanshuang yang duduk di kursi sambil membaca dengan tenang, lalu tersenyum:
"Apa pendapatmu, Yuanshuang?"
Xu Yuanshuang tak mengangkat kepala, berkata dengan datar:
"Ini cuma ujian batas."
"Lihat, lihat..." Ji Yuan tersenyum ramah:
"Tetap adik Yuanshuang yang paling pintar. Yuanhuai, sejak kita mendarat di luar ibukota, negosiasi sudah dimulai. Bukan harus duduk di meja perundingan baru dianggap mulai, paham?"
Melihat Xu Yuanhuai sepertinya tak terima, Ji Yuan makan jeruk sambil berkata:
"Kau harus tahu batas kaisar baru itu. Besok masuk ke Balairung Jinluan, baru bisa memijit titik lemah tiga jarinya."
Xu Yuanshuang mengerutkan kening:
"Kaisar Yongxing mungkin tak akan terjebak caramu ini."
Ji Yuan mengambil kipas lipat perak, membukanya dengan suara "prak", menempelkannya di dada sambil tersenyum:
"Ini juga bentuk ujian, menguji tingkat kemampuan kaisar baru."
Usianya bahkan lebih muda dari Yongxing, tapi nada suaranya penuh sikap merendahkan.
Setelah menunggu hampir setengah shichen, tiba-tiba terdengar suara keras dari luar:
"Pangeran Yan dan Perdana Menteri Qian datang menyambut rombongan utusan Yunzhou!"
Ji Yuan membuka kipas bertangkai tulang perak dengan suara "sruukk", menempelkannya di dada sambil menggelengkan kepala:
"Dengan kaisar seperti ini, tak heran Kekaisaran Feng akan runtuh."
……
"Pasukan penyambut" mewah memasuki kota, sepanjang jalan ditunjuk-tunjuk warga sekitar.
"Itu bendera Yunzhou! Berarti Qingzhou benar-benar jatuh? Kabar tentang perundingan damai yang beredar kemarin itu benar?"
"Di antara rakyat biasa yang melek huruf, ada yang mengenali bendera Yunzhou dari rombongan utusan—dasar kuning dengan sulaman awan putih, garis merah membentuk karakter '' (Yun) besar."
"Di ibukota, rumor dan gosip dikontrol ketat. Rakyat hanya berani membicarakannya diam-diam, takut berdiskusi terbuka di kedai teh atau rumah bordil tentang jatuhnya Qingzhou, gugurnya Kepala Divisi, dan keputusan pengadilan untuk berdamai."
"Melihat rombongan Yunzhou memasuki ibukota, emosi yang tertahan seketika memantulkan diri. Mereka berdiskusi keras di pinggir jalan."
"Faksi pemberontak kecil seperti Yunzhou ini berani sok jago di ibukota?"
"Bahkan Xu Qi'an (Gong Perak) tak bisa mempertahankan Qingzhou?"
"Di dalam kereta, Ji Yuan mendengar ini dan membuka tirai jendela."
"Di kalangan warga tersebar kabar Xu Qi'an menghadapi 8.000 pemberontak sendirian di Yunzhou, di Gerbang Yuyang dengan sebilah golok mengalahkan 200.000 pasukan Wu Shen sampai terlepas zirah. Harapan yang besar berubah jadi kekecewaan setara."
"Ji Yuan mengerlingkan mata: 'Dulu kami saudara-saudari mendengar prestasi Xu Qi'an di dataran Zhongyuan, merasa kesal mengira dia merebut nasib yang seharusnya milik garis keturunan kami."
"Kini nasib berputar. Setelah kabar perdamaian tersebar, bagaimana rakyat akan menilai pengadilan? Bagaimana menilai Xu Qi'an yang mereka kagumi?"
"Xu Yuanshuang terdiam sejenak, menatapnya:"
"Pantas kau membuat keributan seperti ini."
"Ji Yuan 'prak' membuka kipas lipat, mengibaskannya pelan sambil tersenyum tanpa kata."
……
"Istana."
"Di ruang studi kekaisaran, Kaisar Yongxing setelah mendengar laporan kasim, mengetahui rombongan utusan Yunzhou telah menginap di pos peristirahatan, baru merasa legas."
"Dia tidak lagi mondar-mandir tak tentu arah, duduk kembali di kursi besar berlapis emas."
"Tak lama kemudian, Zhao Xuanzhen berlari masuk dari luar, berseru keras:"
"'Yang Mulia, Xu Qi'an (Gong Perak) dan Putri Lin'an memohon audiensi.'"
"Untuk apa dia datang... Kaisar Yongxing mengerutkan kening, berkata:"
"'Persilakan masuk.'"
"Zhao Xuanzhen mundur, beberapa menit kemudian membawa Xu Qi'an berbaju hijau dan Lin'an berbusana merah melewati ambang pintu, memasuki ruang studi kekaisaran."
"Sepasang giok manusia."
"Kaisar Yongxing melihat senyum tipis di wajah Lin'an, perasaan berat di hatinya sedikit mereda."
"Dia kemudian menatap Xu Qi'an, tersenyum:"
"'Akhirnya Xu Gong Perak kembali ke ibu kota. Pelayan, siapkan kursi dan sajikan teh.'"
"Xu Qi'an mengibaskan tangan:"
"'Tidak perlu."
"'Yang Mulia, benarkah Baginda hendak berunding damai? Pasukan pemberontak Yunzhou sedang di puncak semangat, mengapa memilih berunding sekarang?"
"'Mereka hanya ingin memeras istana sampai habis nafas terakhir. Jika berunding, kita benar-benar tak punya peluang menang.'"
"Senjum Kaisar Yongxing berangsur menghilang, berkata datar:"
"'Lalu menurut Xu Gong Perak harus bagaimana? Mengangkatmu sebagai panglima Yongzhou untuk bertempur habis-habisan dengan pemberontak Yunzhou?"
"'Apakah Xu Gong Perak yakin bisa menang? Aku tahu kultivasimu luar biasa, setara prajurit kelas tiga. Tapi bahkan Kepala Divisi tewas di tangan mereka, apa yang bisa kau lakukan!'"
"Xu Qi'an menjawab:"
"Jika Yang Mulia percaya, hamba akan pergi ke medan perang dan dikorbankan bersama Pasukan Yunzhou."
"Tapi zhen tidak mau!" Suara Kaisar Yongxing tiba-tiba meninggi penuh ketidaksabaran:
"Perdamaian adalah satu-satunya harapan. Asal bisa melewati musim dingin dan menunggu Upacara sembahyang musim semi, Kekaisaran Feng pasti akan membaik. Untuk apa memaksakan diri berkonfrontasi dengan pemberontakan Yunzhou sekarang?"
Xu Qi'an tidak melanjutkan bicara, langsung berbalik pergi.
Kaisar Yongxing sekarang hanya fokus pada perdamaian dan menghentikan perang. Nasihat takkan bisa menembusnya, jadi tak perlu lagi dinasihati.
"Budak anjing..."
Lin'an mengejar beberapa langkah, lalu berhenti. Dengan langkah tegap ia kembali menghadap Kaisar Yongxing dan berseru:
"Kaisar, mengapa Kakak tidak mencoba mempercayainya?"
Kaisar Yongxing menggelengkan kepala sambil mendengus:
"Percaya dia? Apakah dengan mempercayai Xu Qi'an, Kekaisaran Feng akan terselamatkan?"
"Musuh yang bahkan Kepala Divisi tak sanggup lawan, apa mungkin Xu Qi'an bisa menyelamatkan situasi?"
Lin'an membalas panas:
"Kakak hanya pengecut takut mati!"
"Kamu...!" Kaisar Yongxing meledak marah, mengangkat tangan hendak memukul.
Lin'an menatapnya dengan soket mata memerah.
"Pergi! Pergi dari sini!"
Kaisar Yongxing menunjuk pintu sambil meraung.
……
【：Rombongan utusan Yunzhou telah masuk ibu kota dengan gegap gempita.】
Di Grup Obrolan Kitab Bumi, Huaiqing menceritakan secara detail proses kedatangan rombongan Yunzhou hari ini.
【Empat: Dia sedang menguji batas Kaisar Yongxing, aduh, belum bertemu tapi batasnya sudah dipahami lawan. Memanggang naga dengan terburu-buru begini, ini menunjukkan niat berdamai secara telanjang bulat.】
Chu Yuanzhen dengan ketajaman pikirannya berhasil menebak motif rombongan Yunzhou hampir 80-90% akurat.
【Dua: Kaisar brengsek Yongxing ini, bahkan lebih buruk dari Yuanjing. Siapa yang memimpin rombongan?】
Li Miaozhen menggeretakkan gigi geram.
Marah baik pada rombongan Yunzhou maupun pada kelemahan Kaisar Yongxing.
【Satu: Putra kesembilan Wali Kota Naga, bernama Ji Yuan, kini menginap di pos peristirahatan kota dalam dengan pengawalan ketat dan dua Gong Emas.】
【Dua: Takut Xu Qi'an akan membunuhnya? Dia seharusnya sudah kembali ke ibu kota.】
【Satu: Dia ada di sini bersamaku.】
Matilah... Li Miaozhen mengatupkan rahang.
Kota Kekaisaran, Kediaman Huaiqing.
Di ruang dalam yang luas dan elegan, Putri Mahkota berbaju sutera plum meletakkan fragmen Kitab Bumi sambil mengangkat sudut bibirnya.
Memandangi pria di hadapannya, dia berbisik lembut:
"Kondisi sekarang berbeda dengan saat penggalangan dana. Sekalipun golokmu menghunus di leher Yongxing, dia takkan menyerah."
"Para bangsawan pun demikian. Lebih dari 70% pejabat ibu kota setuju berdamai - ini gelombang besar yang tak terbendung."
Xu Qi'an yang baru keluar dari istana mengangguk perlahan:
"Zhao Shou pernah berkata, untuk memecahkan kebuntuan ini, masalah bahan makanan Feng harus diselesaikan.
“Sebenarnya yang ingin dia katakan adalah, aku harus berhadapan dengan Xu Pingfeng dan pemberontakan Yunzhou sampai mati, maka pengadilan harus memberikan dukungan tanpa syarat, tidak boleh menunda-nunda.”
Sekarang, Yongxing justru sedang menunda-nundanya.
Huaiqing terdiam sejenak, lalu berkata:
“Dia memang agak lemah.”
Xu Qi'an mengibaskan tangan:
“Jangan bahas dia lagi, ada keperluan apa memanggilku?”
Begitu kaki depannya meninggalkan istana, kaki belakangnya sudah dijemput oleh pengawal kepala Huaiqing yang menunggu di gerbang istana.
Huaiqing bergumam pelan beberapa saat, lalu berkata:
“Beberapa waktu lalu, kau pernah bilang, untuk menyelamatkan kemerosotan Kekaisaran Feng saat ini hanya ada tiga cara: Pertama, jumlah ahli harus dikejar; Kedua, menyelesaikan masalah bahan makanan; Ketiga, menghidupkan kembali Tuan Wei.”
Xu Qi'an mendengarkan dengan tenang, lalu mengangguk.
Huaiqing menarik napas dalam:
“Masalah menghidupkan kembali Tuan Wei sudah kau kerjakan, hasilnya akan terlihat saat Upacara sembahyang musim semi.
“Masalah bahan makanan sulit diatasi, tapi seperti katamu tadi, yang lebih kau butuhkan adalah seorang kaisar yang mau menemanimu bertarung sampai mati tanpa mundur, dan pengadilan yang berani mempertaruhkan nasional negara.”
Xu Qi'an berucap perlahan:
“Jadi?”
Sorot mata Huaiqing yang seperti air musim gugur menatapnya, kata demi kata diucapkan:
“Desak Yongxing turun tahta!”
Xu Qi'an sudah menduga sebelumnya, tidak terkejut, menggelengkan kepala:
“Ini hanya akan mempercepat kepunahan pengadilan. Aku tahu kau ingin mendukung Pangeran Yan naik tahta, tapi pengalamannya kurang, statusnya tidak memadai, kekuatannya pun masih jauh.”
“Di masa damai, mungkin masih bisa ditolerir. Tapi sekarang ketika persatuan sedang goyah, jika aku masih memaksakan tindakan otoriter ini, hanya akan mendorong orang-orang ke pihak Yunzhou, memaksa mereka membelot.”
Jika dalam situasi kritis ini dia nekat menggunakan kekerasan untuk menundukkan semua pihak, memang mungkin berhasil. Tapi pihak lain pasti akan menoleh dan bergabung dengan Yunzhou.
Jangan pernah lupa bahwa garis keturunan Yunzhou itu juga termasuk keluarga kerajaan Feng.
Suara Huaiqing terdengar sayu:
“Kakak keempat tidak memiliki prajurit paling senior maupun kekuatan, tapi aku punya.”
Xu Qi'an tertegun.
Ia mengamati dengan seksama wanita cantik di hadapannya berulang kali.
Huaiqing tak gentar, menatapnya langsung:
“Seluruh mantan klik Wei adalah orang-orangku. Selain itu, aku sendiri juga sudah merangkul banyak pejabat istana. Jika dikumpulkan, mereka akan menjadi faksi terbesar di istana.
“Sedangkan untuk klik Wang, aku perlu bantuan Xu Qi'an (Gong Perak).”
Setelah mengintainya lama, Xu Qi'an menghela nafas:
“Paduka, sejak awal aku tahu Paduka bukan wanita biasa. Tapi tetap saja aku tak menyangka, tanpa disadari Paduka sudah membina kekuatan sebesar ini.
“Masih ada lagi?”
Karena sudah terbuka, Huaiqing tak menyembunyikan:
“Di Pasukan Penjaga Istana Kelima dan 12 Wei ibukota, ada orang-orangku.”
Pantas saja dia bisa mengirim ahli bela diri dan memobilisasi pengungsi. Kekuatannya jauh lebih merinding dari yang kubayangkan... Xu Qi'an bergumam pelan:
“Apa lagi kartu lawan yang Paduka punya?”
Huaiqing meneguk cangkir tehnya:
“Yang Mulia Xu telah mengumpulkan lima energi naga yang sangat krusial, pemberontakan Yunzhou juga memegang satu energi naga di tangan mereka. Tiga energi naga sisanya, berada di sini bersama saya.”
“Apa?” Xu Qi'an mengorek telinganya, ragu apakah mendengar dengan benar:
“Bagaimana kamu bisa melakukannya?”
Putri Huaiqing menjawab dengan tenang:
“Mata-mata Tuan Wei semuanya ada di tangan saya. Pada hari ia berangkat berperang, ia secara pribadi menyerahkan organisasi mata-mata Penjaga Malam kepada saya.”
Pantas saja, pantas saja Censor Utama Kiri Liu Hong mengatakan tidak tahu tentang penerusan mata-mata yang ditinggalkan Tuan Wei, informasi mengenai mata-mata di arsip kantor Penjaga Malam juga telah lama menghilang... Ternyata Tuan Wei menyerahkannya kepada Huaiqing... Xu Qi'an yang telah memecahkan kasus misteri ini menutup matanya sejenak, menghela nafas dalam hati:
Memang bukan anak kandung.
Tidak, memang anak pungut tetap tak bisa menyaingi putri dari cinta pertama.
Huaiqing tak tahu ada begitu banyak adegan internal dalam hatinya, melanjutkan:
“Menanam energi naga, secara alami membawa berkah melimpah.
“Dengan energi naga dalam diri, baik saat merangkul menteri utama di istana maupun ahli bela diri di militer, semuanya menjadi lebih mudah.”
Xu Qi'an menunjukkan senyum rumit:
“Paduka sudah mulai merencanakan semua ini sejak lama, kan? Setelah Yuanjing meninggal, Anda langsung melihat harapan, lalu menyusun strategi diam-diam, bergerak langkah demi langkah. Menunggu kesempatan untuk menggulingkan Yongxing dari tahta.”
Huaiqing mengangguk halus:
“Sejak Anda menjelaskan silsilah di internal Tian Di Hui, menyebutkan keberadaan faksi pemberontak Yunzhou; sejak wafatnya Almarhum Kaisar dan energi naga tercerai-berai; saya sudah tahu tahta Yongxing tak akan bertahan lama.
"Masalah berantakan sebesar ini, masalah internal dan eksternal, untuk bisa duduk stabil di tahta dan melakukan pembaruan, harus memiliki ketegasan besar.
"Tapi Yongxing terlalu Zhongyong. Di masa damai, dia mungkin seorang Kaisar yang baik. Tapi terlahir di zaman perang, dia akan jadi pengacau negara."
Kaulah yang benar-benar 'berkembang secara jorok'. Dibandingkan denganmu, aku bahkan tidak bisa disebut genit... Xu Qi'an bergumam dalam hati, tak bisa tidak setuju dengan perkataan Huaiqing.
"Bagaimana kau menjamin Pangeran Yan bisa melakukan lebih baik daripada Yongxing?"
"Aku tentu punya cara."
"Baik... Jelaskan rencanamu secara detail."
Hingga senja, barulah Xu Qi'an meninggalkan Huaiqingfu.
……
Kembali ke Sitianjian, setelah menjenguk Sun Xuanji yang sedang pulih, Xu Qi'an naik ke kamar tamu lantai empat. Saat mendorong pintu, tercium aroma harum di ruangan hangat bak musim semi. Nan Zhi sedang berdandan di depan cermin.
Bai Ji meringkuk tidur di ranjang.
Sepertinya dia baru mandi, helai rambutnya masih basah, tubuhnya memancarkan aroma wangi.
"Aku belikan kue bunga persik, ingat kau suka ini."
Xu Qi'an meletakkan tas kertas minyak berisi kue di pinggir meja rias.
Nan Zhi tak menghiraukannya, menyeringai bertanya:
"Dari mana?"
Diam-diam dia mengendus, mencium aroma khas perempuan yang nyaris tak terdeteksi di tubuhnya.
Pikir secangkang kue bisa membuatku diam?
Xu Qi'an duduk di tepi ranjang, sambil melepas sepatu bot berkata:
“Hari ini rombongan perdamaian Yunzhou tiba di ibu kota. Aku pergi ke istana menemui Kaisar Yongxing, tapi dia tidak mau mendengarkan nasihat. Kemudian aku pergi ke Huaiqingfu untuk berdiskusi dengan Putri Mahkota.”
Dia menggosok pelipisnya sambil menghela nafas:
“Jika perundingan damai ini berhasil, Kekaisaran Feng mungkin benar-benar tidak bisa diselamatkan lagi.”
Sedangkan kamu yang membawa nasib negara... Jalan menuju kematian. Nan Zhi sekali lagi menatap kantong kue itu.
Dia menggigit bibirnya.
Seorang pria yang masih ingat membawakan camilan favoritmu meskipun sedang pusing tujuh keliling - keikhlasan bernilai belasan wen ini jauh lebih berharga daripada sumpah setia dengan kata-kata manis, atau gelak tawa cantik yang dibeli dengan seribu keping emas.
Xu Qi'an yang sudah melepas sepatu botnya merebahkan diri di ranjang, kedua lengan menyangga kepala belakang.
Jika rencana berjalan lancar, dua dari empat poin utama yang diajukan Zhao Shou sudah terpenuhi - menghidupkan kembali Wei Yuan dan menstabilkan wilayah belakang.
Sedangkan menjadi pemain catur adalah sebuah saran, tidak memiliki indikator penyelesaian yang jelas.
“Asalkan pangeran keempat naik takhta dan bisa menjamin dukungannya untuk bertarung mati-matian melawan Yunzhou, meski masalah bahan makanan masih belum terselesaikan, kita masih bisa memeras kemampuan ekonomi Kekaisaran Feng untuk bertahan sementara.
“Satu-satunya masalah sekarang adalah kultivasi saya terlalu lemah. Meski bisa bersaing dengan tingkat Dua , menghadapi Tingkat satu pasti mati. Dan penghalang di depan saya adalah Paku Segel.”
Paku Segel tidak bisa dihancurkan dengan kekuatan fisik luar biasa, kecuali seperti Asuro yang menguasai rumus pelepasan dan metode rahasia.
Maka dalam kondisi hanya tertancap satu paku, masih mungkin dilakukan pencabutan mandiri.
“Xu Pingfeng ah Xu Pingfeng, kau memang sudah memikirkan segala mekanisme tersembunyi...” Saat pikirannya berputar, tiba-tiba ia mencium aroma harum mendekat. Matanya terbuka dan ia menoleh.
Nan Zhi duduk di tepi ranjang, memperlihatkan siluet punggungnya yang sempurna dan separuh bokong bulat yang mengangkat celana sutra.
Tanpa sepengetahuannya, ia telah melepas pakaian luarnya, hanya mengenakan pakaian dalam putih.
Makanya dikatakan gadis memang baik, tapi tak sebanding pinggang janda. Janda memang baik, tapi tak sebanding bokong bibi.
“Aku dikirim orang tua ke istana saat berusia 13 tahun untuk menukar kekayaan melimpah. Kukira akan menghabiskan seumur hidupku di sini, tapi Yuanjing malah memberikanku ke Pangeran Huai. Aku menyalahkan diri sendiri karena dianggap seperti barang yang diperjualbelikan.”
Nan Zhi membelakanginya, berkata dengan suara sendu:
“Kemudian, aku bertemu perempuan brengsek bernama Nuo Yuhui ini. Katanya aku adalah titisan Dewata Bunga yang menyimpan energi spiritual, ditujukan sebagai dinglu Pangeran Huai yang akan mengambil energiku suatu hari nanti.”
“Dengan ketakutan kutanyakan padanya apa akibatnya jika energi spiritualku diambil. Jawabnya tentu saja mati.”
“Sejak itu, kurasakan diriku lebih rendah dari barang dagangan. Hanya hewan ternak yang dikurung di Kediaman Huai, menunggu hari penyembelihan.”
Rupanya kekhawatirannya akan terbongkarnya status sebagai titisan Dewata Bunga dan ketakutanku mengetahui hal itu, semua berasal dari ancaman Guru Negara... Xu Qi'an tersadar.
"Karena itu aku selalu takut statusku terbongkar, curiga pada semua orang termasuk kamu."
Nan Zhi tidak menoleh, tapi Xu Qi'an bisa merasakan senyum samarnya:
"Tapi beberapa hari ini, aku terus bertanya pada diri sendiri: Kalau si Xu ingin merebut energi spiritualku, apa aku rela? Apakah aku mau mati untukmu? Sampai kamu masuk tadi, aku masih belum punya jawaban."
Dia berhenti sejenak, pandangannya tertarik pada bungkusan kue di meja:
"Tapi baru saja, tiba-tiba aku tahu jawabannya. Aku rela."
Usai bicara, badan Nan Zhi menegang, duduk kaku seolah ada monster mengerikan di belakang yang siap menerkam.
Setelah menunggu lama tanpa serangan ganas dari Xu Qi'an, akhirnya ia menoleh.
Xu Qi'an bersandar menyamping, menopang kepala sambil tersenyum ramah memandanginya.
Bai Ji meniru posisi Xu Qi'an, bersandar dengan satu cakar menopang kepala, memandanginya diam-diam.
Wajah Nan Zhi memerah "Sruukk", seolah ada asap hitam halus mengepul dari kepalanya.
"Kalian berdua..."
Marah karena malu, ia melempar Bai Ji ke arah muka Xu Qi'an. Xu Qi'an tak apa-apa, Bai Ji menjerit "Creet-creet!" kesakitan.
"Cuma bercanda, jangan marah."
Xu Qi'an menggeser Bai Ji, lalu menyeretnya ke ranjang sebelum Nan Zhi sempat "kabur".
Perempuan ini mati-matian menjaga harga diri, sifat angkuhnya bikin kesal. Susah payah mengumpulkan keberanian untuk mengakui perasaan, ingin membantunya naik pangkat ke Dua . Kalau lewatkan kesempatan ini, entah kapan lagi ada kesempatan berikutnya.
"Kau adalah Pohon Keabadian, aku tak bisa merampas energi spiritualmu, paling cuma menyerap sedikit. Lagipula, ada paku segel dalam tubuhku. Meski kusetubuhi kau, tetap tak bisa naik ke Dua ."
"Untuk sementara aku akan jadi anjing penjilatmu dulu. Urusan penyerapan energi spiritual kita bicarakan nanti."
Xu Qi'an langsung menempelkan kepalanya ke payudara yang lembut, bersiap untuk "Slurpp", tiba-tiba kepalanya terasa seperti dipukul tongkat.
Ini bukan pesan biasa, ini permintaan obrolan pribadi.
Kalau sedang normal, Xu Qi'an akan membuang Fragmen Kitab Bumi itu dan menikmati jadi anjing penjilat sepuasnya.
Tapi sekarang situasi genting. Jika anggota Tian Di Hui mengajak obrolan pribadi, pasti ada urusan penting.
Dengan berat hati mengangkat kepala dari dada Nan Zhi, memandang wajahnya yang memerah...
Ceroboh! Harusnya copot gelang dulu. Melihat wajahnya bisa bikin masuk waktu bijak lebih cepat... Dalam hati menggerutu, ia merogoh Fragmen Kitab Bumi dan menerima obrolan pribadi.
【Delapan: Aku di 15 li luar Gerbang Barat ibukota. Bisa ketemu?】
Nomor Delapan?
Xu Qi'an mengerutkan kening. Beberapa hari lalu Taois Kim Lien bilang Nomor Delapan sudah keluar dari retret spiritual, mungkin akan ke ibukota.
Untuk apa dia mencariku sendirian?
Di antara anggota Tian Di Hui, Nomor Delapan ini AFK abadi. Tak ada interaksi denganku maupun anggota lain.
【Pertama-tama tanya dulu pada Taois Kim Lien, lihat apakah Nomor Delapan ini bisa diandalkan...】 Xu Qi'an tidak membalas, mengakhiri obrolan pribadi, lalu mengirim undangan obrolan pribadi ke Taois Kim Lien.
【Sembilan: Ada apa?】
Sang Taois segera membalas pesan.
【Tiga: Nomor Delapan datang ke ibukota, ingin bertemu denganku.】
Xu Qi'an langsung menjelaskan situasinya pada Taois Kim Lien tanpa basa-basi.
【Sembilan: Saran daozhang adalah, lebih baik temui saja.】
Xu Qi'an tahu aturan Tian Di Hui, tanpa izin pemiliknya, Taois Kim Lien tak akan membocorkan identitas pemegang pecahan jade.
Usai berkirim pesan, dia segera menghubungi Nomor Delapan dan membalas:
【Baik!】
Dengan tak berdaya dia bangkit, melirik payudara Nan Zhi yang masih berbaring rapi dengan tatapan penuh kerinduan, lalu berkata:
"Aku keluar dulu, jangan tunggu, tidurlah dulu."
Usai bicara, tubuhnya menyatu dengan bayangan dan menghilang dari kamar.
Nan Zhi menghela napas panjang, tak tahu apakah itu kekecewaan atau kelegaan.
"Bibi, aku juga mau jadi anjing penjilatmu."
Bai Ji melompat ke arah dada Nan Zhi, tapi ditepis tamparan Dewata Bunga. Nan Zhi mengerutkan alis:
"Apa kau terlalu lama bersamanya sampai jadi brengsek seperti dia?"
Sambil berbicara, dia mengangkat kaki belakang Bai Ji, melihat lalu memaki:
"Dasar betina!"
……
Xu Qi'an terus melompat dalam bayangan, sampai di Gerbang Barat beberapa menit kemudian.
Malam semakin pekat, sekeliling sunyi senyap, obor di tembok kota berkedip seperti kunang-kunang.
Setelah keluar dari gerbang kota, ia seperti seekor ikan hitam yang menyelam ke dalam malam pekat, bagaikan berenang di lautan, menyusuri jalan resmi dengan lurus ke depan.
Tempat yang disepakati adalah 15 li di luar Gerbang Barat, tanpa deskripsi tambahan, itu berarti pengakuan diam-diam berada di jalan resmi.
Lima belas li tidak jauh, ia segera tiba di tujuan dan melihat sosok tinggi besar berdiri tegak di kegelapan malam.
Ia mengenakan kasaya merah-kuning, dengan tinggi hampir sembilan ren, dibandingkan orang biasa bagaikan raksasa.
Wajahnya buruk, tulang alis tanpa bulu sedikit menonjol, tatapan di bawah tulang alis tajam bagai golok, secara keseluruhan memberi kesan gagah perkasa.
Tampak buruk tapi gagah.
Di tangannya ia memainkan sebuah cermin kecil batu giok.
