“Alasan Zhang Shen mengumpulkan ahli bela diri pangkat empat dan komandan-komandan berpengaruh adalah karena perintah mundur ini terlalu penting. Secara jabatan, dia hanya staf Yang Gong, bukan pengambil keputusan.”
“Yang Gong yang bisa mengambil keputusan tak sadarkan diri, hasilnya sulit diprediksi. Satu-satunya pengambil keputusan lain telah dibunuh oleh Erlang.”
“Dari Qingzhou ke Xunzhou, melalui perang dan penghukuman, cendekiawan lemah berparas sempurna ini telah mengumpulkan energi kekerasan yang tak terukur di dalam hatinya.”
“Di masa lalu, Erlang takkan berani membunuh Gubernur dari tingkat Dua meski diberi sepuluh nyali.”
“Di zaman perang, nyawa manusia seperti rerumputan tak berdaya—tak hanya berlaku bagi rakyat biasa, tapi juga pejabat dan penjaga.”
“Segera, kecuali komandan yang sedang bertugas, semua elit penguasa dikumpulkan di halaman besar barak tentara.”
“Di antara mereka terdapat Ketua Aliansi Persilatan, pemimpin gerbang, pemimpin pemberontak seperti Chu Yuanzhen, Hengyuan, Yang Qianhuan, pejabat militer seperti Yang Yan dan Chen Ying, serta mantan komandan pasukan bertahan Qingzhou yang berpengalaman meski kultivasinya rendah.”
“Perlu dicatat bahwa Zhou Mi, mantan Komandan Qingzhou selain Yang Gong yang berjabatan tertinggi, telah gugur di Xunzhou.”
“Di ruang dalam, kasim paruh baya berbaju naga memandang sekeliling setelah semua berkumpul, lalu bersuara berat:”
“Bagaimana kondisi luka Yang Gong?”
“Li Mubai di posisi kiri depan menjawab datar:”
“Nyawanya selamat, tapi masih tak sadarkan diri. Kapan akan siuman belum bisa dipastikan.”
“Kasim pengawas segel mengerutkan alis, menatap sosok berbaju putih yang membelakangi orang-orang:”
“Bahkan Yang Qianhuan pun tak bisa kau selamatkan?”
Sosok berbaju putih yang membelakangi umat manusia itu menaikkan dagunya dengan angkuh:
"Jika bukan karena Yang ini yang 'Tangan menjemput bulan memetik bintang' ada di sini, Yang Gong sudah gugur dalam tugas."
Kasim pengawas segel menggerakkan bibirnya, mengurungkan niat berdiskusi dengan Yang Qianhuan, lalu melanjutkan pertanyaan:
"Bagaimana dengan Yao Hong?"
Semua orang memandang Xu Xinnian.
Sejujurnya, Yang Yan dan kawan-kawan yang telah lama berkecimpung di dunia birokrasi, tidak akan berani membunuh Gubernur tingkat Dua kecuali terpaksa.
Para ketua sekte Aliansi Persilatan pun takkan melakukan hal seperti ini. Seorang Gubernur provinsi berpangkat Dua , mana mungkin mereka orang luar seenaknya membunuh?
Jika Aliansi Persilatan dan pengadilan Dafeng yang telah membangun ikatan persaudaraan sebesar ini sampai retak karena emosi sesaat, tentu sangat merugikan.
Hanya Xu Xinnian yang punya nyali dan ketegasan untuk segera memadamkan api dalam sekam ini, bahkan aktif mengangkat beban tanggung jawab saat yang lain ragu.
Meski tak seterang sepupunya Xu Qi'an, kemampuan, visi, dan tanggung jawab akademisi Hanlin ini telah diakui oleh Yang Yan dkk.
Xu Xinnian menjawab dengan nada datar:
"Gubernur Yao kelelahan kronis karena menenangkan birokrasi dan tuan tanah, sedang beristirahat di kediamannya."
Nanti tinggal kasih kesempatan "gugur dalam tugas" untuk Yao Hong.
“Xu Xinnian tidak takut Sang Ratu akan menghukumnya setelah kasus ini terbongkar. Tidak peduli apakah Huaiqing akan menghukum atau tidak, jika iya, dia tinggal mengorbankan kakaknya. Serangga mana yang berani bersuara?”
“Terima kasih atas kerja keras Yang Mulia Yao!”
Kasim pengawas segel berdehem dan langsung masuk ke topik utama:
“Hari ini hamba membawa dekrit suci Yang Mulia, memerintahkan kalian untuk segera mundur dari Yongzhou malam ini, menyimpan kekuatan, dan bertahan di ibukota.”
Tak ada yang bicara. Semua orang berkomunikasi lewat kontak mata dalam senyap. Tak ada kejutan, hanya kemarahan dan keengganan.
Pertama, Yongzhou adalah penghalang terakhir. Jika kehilangan Yongzhou, Pasukan Yunzhou akan langsung menyerang ibukota.
Dengan perspektif seperti Xu Erlang dkk, sebenarnya mereka juga paham bahwa bertempur habis-habisan melawan Pasukan Yunzhou di ibukota akan memberi peluang menang lebih besar.
Tapi masalahnya, ini langkah sangat berisiko. Kekaisaran Feng akan benar-benar kehilangan jalan mundur.
Kedua, jika menyerahkan Yongzhou dengan sukarela, kekuatan tempur Xu Pingfeng akan naik ke tingkat baru. Pasukan Yunzhou juga akan mengambil alih logistik Yongzhou untuk merekrut pasukan. Susah payah melemahkan Pasukan Yunzhou, apakah semua usaha ini akan sia-sia?
Terakhir, bagaimana dengan rakyat Yongzhou?
Meski nyawa manusia di zaman perang dianggap seperti rerumputan, manusia tetap punya belas kasihan. Jika Pasukan Yunzhou melakukan pembantaian kota, ratusan ribu rakyat ini...
Li Mubai melihat tak ada yang bicara, berdehem lalu berkata:
“Maaf, kami tidak bisa mematuhi perintah!
“Jika menyerahkan Yongzhou, itu berarti memperkuat semangat berkobar Pasukan Yunzhou dan memberi mereka kesempatan memulihkan energi vital. Pertempuran Du Jie di utara belum jelas hasilnya, jika mengikuti instruksi Yang Mulia, bahkan jika Xu Qi'an (Gong Perak) menang di medan utara, kita mungkin tetap tak punya peluang menang.”
Jangan lupa, kesuksesan Nuo Yuhui dalam Du Jie hanya menyamakan kekuatan tempur, bukan berarti Kekaisaran Feng bisa balik menyerang Yunzhou.
Zhang Shen berkata dengan datar:
“Yang Mulia memang berbakat luar biasa, namun tidak mahir dalam strategi perang. Kesalahan penilaian tentu sulit dihindari.
“Pepatah mengatakan 'jenderal di medan perang tak harus patuh pada perintah istana', kami pun punya pendirian sendiri. Jika Yang Mulia ingin menghukum setelahnya, silahkan cari saya, Zhang Shen.”
Yang Yan dan kawan-kawan adalah pelayan setia Wei Yuan, sekaligus kepercayaan Sang Ratu. Tapi dalam hal ini, mereka justru mendukung sarjana sejati dari Akademi Yunlu.
Yang Mulia Huaiqing memiliki bakat sastra yang tak kalah pria, bahkan melebihi kebanyakan Kaisar Sastra. Tapi dia tetap seorang perempuan - apa dia paham soal perang?
Tapi bagaimanapun mereka adalah orang-orang Sang Ratu. Dalam hati boleh berpikir begitu, tapi takkan memperlihatkannya.
Fu Jingmen mendengus:
“Mundur kalian saja! Aliansi Persilatan takkan mundur!”
Yang Cuixue mengelus pedangnya, berbisik:
“Murid-murid Lao Xiu sudah gugur di Yongzhou. Saya pun harus mati di sini, baru pantas sebagai guru dan murid.
“Aliansi Persilatan tak tunduk pada pengadilan. Pergilah kalian yang mau pergi.”
Para perwira Qingzhou tergetar, darah panas mereka menggelegak.
“Yang Mulia memang tidak salah duga, kelompok ini benar-benar membangkang...” Kasim pengawas segel teringat ucapan Yang Mulia sebelum berangkat ke Yongzhou.
Yang Mulia berpesan, jika pasukan bertahan Yongzhou menolak perintah secara kolektif, katakan pada mereka bahwa Tuan Wei telah hidup kembali.
Prediksi Yang Mulia tepat bagai dewa! Kasim pengawas segel menarik napas dalam-dalam, berkata:
“Ini perintah dari Tuan Wei!”
Usai berkata, ia menyadari ruangan mendadak hening, jarum jatuh pun terdengar. Semua orang menatapnya tanpa sepatah kata.
Pandangan mata mereka sangat aneh, sulit digambarkan keanehannya.
Sekitar beberapa detik kemudian, urat menonjol di dahi Yang Yan, ia mengucapkan kata demi kata:
“Kau sedang mengolok-olok kami?”
Ia bersumpah, jika kasim tua ini berani mengakui, ia tak segan menusuk dada lawan dengan tombak di hadapan semua orang.
Sebagai mantan staf Huaiqingfu, kasim pengawas segel yang telah mengalami berbagai cobaan ini sama sekali tidak gentar. Dengan tenang ia menjawab:
“Tuan Wei telah hidup kembali hari ini, rohnya dipanggil langsung oleh Yang Mulia. Jika Tuan-tuan tak percaya, silakan verifikasi sendiri setelah kembali ke ibukota.”
Ruangan pun gempar.
Beragam ekspresi terpancar: sukacita yang meluap, kebingungan, keterkejutan, keraguan, semangat yang membara...
Zhang Shen bergumam pelan:
“Jika Wei Yuan benar-benar hidup kembali, aku setuju untuk mundur ke ibukota.”
Sebab dengan Wei Yuan yang memimpin pasukan, keputusan mundur bukanlah tindakan nekat, melainkan strategi untuk bangkit dari keterpurukan.
Tapi keraguan masih tersisa.
Wei Yuan jelas-jelas gugur di Kota Gunung Jing, mana mungkin bangkit dari kematian?
Tiba-tiba, suara Yang Qianhuan yang perlahan menggema di ruangan:
“Dia tidak berbohong！”
Sorotan mata segera terfokus ke belakang kepala ahli sihir berbaju putih.
Yang Yan segera memverifikasi, bertanya:
“Apa kamu menggunakan teknik pengamatan qi？”
Sepertinya kamu tidak pernah menoleh sama sekali... Erlang dan yang lain menambahkan dalam hati.
Yang Qianhuan menghela napas, berkata dengan tempo lambat yang menyebalkan:
“Tidak, aku tidak melihat. Tapi...”
Dia sengaja berhenti sejenak untuk menarik perhatian semua orang.
Ingin sekali memukulnya... Urat menonjol di punggung tangan Yang Yan dan lainnya, tak kuasa mengepal senjata.
Tak peduli perasaan orang lain, Yang Qianhuan tetap Stabil seperti anjing tua, berbicara dengan santai:
“Tapi aku pernah melihat tubuh Wei Yuan di ruang rahasia Song Qing, dan tahu Xu Qi'an terus mencoba menghidupkannya kembali.”
Oh, ternyata Xu Qi'an (Gong Perak) yang menghidupkan Wei Yuan... Semua orang tersadar.
Keraguan di hati Yang Yan dan para Gong Emas pun sirna.
Jika Xu Qi'an yang menghidupkan Wei Yuan, penjelasan ini jauh lebih kredibel daripada "Yang Mulia sendiri memanggil arwah Wei Yuan" dari Kasim pengawas segel.
Li Mubai legas menghela napas, melirik semua orang:
“Kalau begitu, bagaimana pendapat para hadirin？”
“Mundur！” Fu Jingmen langsung berseru.
Saat itu juga, semua memilih mundur dari Yongzhou. Yang Yan dan kawan-kawan bahkan tak sabar ingin segera pulang ke ibukota untuk menemui Wei Yuan.
“Yang Yan, Chen Ying, Yang Qianhuan...”
“Kasim pengawas segel mengabsen satu per satu, semuanya adalah pelayan setia Wei Yuan dan Sang Ratu, ditambah seorang Raja Pose, berkata:
“Kalian mendapat tugas khusus, tidak perlu ikut pasukan kembali ke ibukota.”
Yang Yan dan lainnya saling pandang, bertanya:
“Apa perintah Tuan Wei?”
Kasim pengawas segel langsung mengeluarkan kantung brokat, tersenyum:
“Semua ada di dalam.”
Kasim pengawas segel bisa langsung pergi, tapi mundurnya pasukan besar adalah pekerjaan rumit termasuk memanggil centaur, memindahkan persenjataan dan bahan makanan, serta menghancurkan ballista dan meriam dari atas tembok kota yang tak bisa dibawa.
Karena Pasukan Yunzhou hanya berjarak lima puluh li, untuk tidak membangunkan mereka, maka mustahil membawa rakyat biasa dalam evakuasi besar-besaran.
Jadi pasukan bertahan tidak mengganggu warga, tapi Xu Erlang memerintahkan Miao Youfang memimpin tim untuk membawa tuan tanah dan pejabat kaya.
Yang menolak pergi, ‘gunakan Li untuk menaklukkan’.
Selain itu, Li Mubai menyuruh orang membuat orang-orangan jerami berjejal di atas tembok kota, untuk menipu pengintai Pasukan Yunzhou.
……
Fajar, saat kegelapan paling pekat.
Pasukan Yunzhou yang telah siap siaga, dibawah perlindungan pasukan besar, diam-diam mendekati Kota Yongzhou.
Seorang pengintai berkultivasi tinggi, dengan penglihatan kuat menggunakan teropong monokular, memandangi tembok Kota Yongzhou dan melihat siluet-siluet berjejal berdiri di kegelapan.
“Sssss, ini tidak benar...”
Pengintai itu menarik napas panjang, bergumam:
“Jumlah pasukan tiba-tiba meningkat berkali-kali lipat, apakah mereka sudah menduga kita akan menyerang kota?”
Secara normal, di tembok kota tidak akan ada terlalu banyak pasukan bertahan yang berjaga, hanya mempertahankan jumlah tertentu. Sebagian besar penjaga beristirahat di barak tentara di bawah kota, untuk memastikan kondisi fisik mereka dalam keadaan puncak.
Kewaspadaan adalah tugas pasukan pengintai.
Pengintai ini seketika berkata kepada rekannya:
“Kembali dan laporkan, katakan situasi di tembok kota tidak normal. Ada banyak orang berjaga malam, dikhawatirkan ada tipu muslihat.”
Dia khawatir pergerakan pasukan mereka sudah diramalkan lebih dulu, sehingga pasukan bertahan memiliki persiapan matang, bahkan mungkin sudah menyusun rencana serangan.
Pengintai segera pergi melaporkan situasi ke Pasukan Yunzhou. Sebagai tindakan kehati-hatian, pasukan besar berhenti sementara dan mengirim pengintai untuk berpatroli di sekitarnya guna mengumpulkan intelijen.
Waktu berlahan-lahan, di sisi timur mulai terlihat cahaya fajar, langit hitam berubah menjadi kebiruan gelap.
Saat itulah Pasukan Yunzhou baru menyadari keanehan - yang berdiri di tembok kota ternyata adalah orang-orangan jerami.
Orang-orangan jerami?
Di dalam tenda militer, Qi Guangbo yang mendengar laporan itu hatinya berat, berkata:
“Kirim satu Pasukan Terbang untuk menyelidiki situasi.”
Seorang penunggang dari Pasukan Zhuque mengendalikan Pasukan Terbang menuju Kota Yongzhou. Setelah berputar-putar lama di atas kota, mereka kembali ke pasukan Yunzhou dengan laporan:
Pasukan bertahan Kekaisaran Feng telah mundur dari Yongzhou, barak tentara kosong melompong.
Qi Guangbo tidak lagi ragu-ragu. Dia mengirim pasukan besar ke bawah tembok kota, dengan mudah merebut Yongzhou.
Setelah serangkaian pencarian dan investigasi, ditemukan pasukan bertahan Kekaisaran Feng telah membawa perbekalan, emas-perak, persenjataan, dan meruntuhkan alat-alat besar.
Hanya menyisakan ratusan ribu rakyat Yongzhou.
……
Di dalam kota gentong (wengcheng).
Xu Pingfeng yang berbaju putih salju mendengar laporan Qi Guangbo tanpa terkejut, lalu menghembuskan napas:
"Wei Yuan ingin menandingiku di ibukota."
Qi Guangbo yang mengenakan pakaian perang lengkap menekan gagang pedang, berkata perlahan:
"Memang pantas disebut Wei Yuan. Ketegasan seperti ini tak dimiliki orang biasa."
Dibanding bertahan mati-matian di Yongzhou sambil mempertahankan kekuatan tempur elit dan pasukan, mundur ke ibukota memang pilihan lebih baik. Namun konsekuensinya cukup membuat para jendelapak tua dan ahli strategi bimbang.
Tapi hal pertama yang dilakukan Wei Yuan setelah hidup kembali adalah memindahkan pasukan Yongzhou ke ibukota untuk memperkuat sistem keamanan sana.
Seorang koordinator kompeten terlihat justru dari detail-detail seperti ini.
Qi Guangbo melanjutkan:
"Persediaan logistik dan persenjataan sudah diangkut, tapi rakyat masih ada. Tiap rumah punya cadangan, kekuatan dunia Yongzhou juga masih utuh. Bagus."
Penduduk yang mampu tinggal di Kota Yongzhou umumnya keluarga berada. Menggali tanah sedalam tiga ren pun bisa menemukan kekayaan cukup untuk biaya pasukan.
Sedangkan kekuatan dunia Yongzhou bisa dirayu dan dimanfaatkan untuk mengisi kekosongan kekuatan tempur.
Xu Pingfeng berkata:
"Istirahat sebentar. Setelah aku memurnikan Yongzhou, langsung bergerak ke utara. Wei Yuan ingin memberi kita Yongzhou untuk mengulur waktu? Jangan harap!"
Qi Guangbo menarik napas dalam, semangatnya berkobar-kobar:
“Gagasan Guru Negara adalah, sebelum pertempuran Du Jie di wilayah utara berakhir, tempatkan pasukan di ibukota untuk memaksa Xu Qi'an dan para menjadikan ibukota sebagai medan perang, menentukan sepenuhnya dengan Kekaisaran Feng.”
Xu Pingfeng mengangguk halus:
“Pertempuran ini sudah berlangsung cukup lama, saatnya diakhiri. Masih mau berperang dengan Kekaisaran Feng selama berbulan-bulan lagi? Aku tidak akan memberi kesempatan Wei Yuan untuk menarik napas. Serang cepat, selesaikan segera.”
Qi Guangbo mengangguk, ini juga merupakan pemikirannya.
Situasi sudah mencapai titik ini, medan perang telah didorong sampai ibukota, saatnya untuk membuat keputusan final dalam pertempuran memperebutkan takhta ini.
“Bagaimana situasi perang di utara?”
Dia merasa tidak percaya bahwa Garuda Tree dan Kaisar Putih masih belum berhasil membunuh dari pihak Kekaisaran Feng.
Xu Pingfeng berkata:
“Klonku sudah berangkat ke wilayah utara.”
Klon tersebut tidak memiliki kekuatan tempur, dia hanya ingin memastikan situasi medan perang utara dengan matanya sendiri.
Sebagai pemain catur, dia sudah terbiasa menguasai segala sesuatu dalam genggamannya. Karena itu ketika perang di utara menjadi sengit, secara instingtif timbul kecemasan dan kegelisahan dalam hatinya.
Yang pasti, pasti ada masalah dalam pertempuran Du Jie.
Xu Pingfeng bisa menebak bahwa masalahnya terletak pada Xu Qi'an dan "Jalan"-nya yang semakin kuat dalam pertempuran. Namun bahkan dengan kebijaksanaannya, dia masih belum memahami kekuatan apa yang bisa menopang seorang prajurit Dua bertarung begitu lama melawan Tingkat Satu.
Belum pernah terdengar sebelumnya.
Tentu saja dia tidak tahu, di era ini yang mengetahui hal ini bisa dihitung dengan jari, dan semuanya adalah monster-monster tua yang telah hidup melalui debu zaman tak terhingga.
"Pohon Keabadian itu, sekarang hidupnya sangat nyaman di istana."
……
"Bibi Mu, apa kau benar-benar tidak tahu?"
Xu Lingyue mengedipkan matanya, berkata dengan nada lemah lembut tanpa niat jahat:
"Upacara sembahyang musim semi sudah lewat. Pernikahan kakak sulungku dengan Putri Lin'an tinggal setengah bulan lagi. Mengapa ibuku tidak memberitahumu?"
Di dalam istana, di halaman besar yang elegan, Nan Zhi menggerutu di pinggir meja batu:
"Ibumu setiap hari hanya sibuk merawat bunga-bunga! Kalau tidak tahu, dikira dialah Dewata Bunga!"
Xu Lingyue bertanya bingung:
"Dewata Bunga apa?"
"Bukan apa-apa. Aku akan ke Istana Fenghuang untuk menemui si nenek tua itu!" Nan Zhi bangkit berdiri.
Xu Lingyue terkejut, matanya mengamati Nan Zhi berulang kali. 'Nenek tua' yang dimaksud pasti Ibu Suri. Sebenarnya apa status wanita ini, berani memanggil Ibu Suri seperti itu?
