“Cepatlah!” Reilin melangkah besar masuk ke dalam vila.
“Chip! Pindai subjek vila!”
“Tugas dibangun, mulai memindai...”
Sebelumnya karena permukaan vila tertutup lapisan kekuatan pertahanan formasi sihir, Chip tidak pernah bisa memindai struktur internal vila. Sekarang situasinya sama sekali berbeda.
Segera, peta berwarna biru muda muncul di depan mata Reilin.
“Hm! Vila memiliki dua lantai! Paling atas adalah kamar tidur dan kamar mandi! Lantai pertama adalah ruang tamu, sedangkan laboratorium terletak di bawah tanah! Pintu masuknya ada di belakang lemari!”
Di bawah pemindaian Chip, semua isi dalam vila tak bisa disembunyikan dari pandangan Reilin.
“Pergi ke kamar tidur dulu!” Reilin berlari cepat ke lantai dua.
Memegang pegangan berbahan kuningan, Reilin langsung membuka pintu kamar tidur. Lapisan debu langsung menyambut wajahnya. Tubuh Reilin secara otomatis membentuk lapisan membran cahaya hitam yang menahan debu ke samping.
Reilin kemudian menyapu pandangannya sekeliling: “Semua barang sudah ditata dengan rapi!”
Kamar tidur sangat kecil, hanya ada satu tempat tidur, meja dan kursi, serta sebuah lemari pakaian.
Reilin membuka lemari pakaian: “Semua pakaian hilang, sepertinya pemilik sengaja meninggalkan tempat ini dengan persiapan!”
Meski sudah menduga sebelumnya, hati Reilin tetap merasa sedikit kecewa.
Ia segera memeriksa kamar tidur dengan teliti, tidak menemukan barang berharga apa pun, laci di meja juga kosong, hanya di sudut ruangan menemukan beberapa lembar perkamen kosong.
"Seharusnya ini sisa halaman catatan atau buku harian! Sayangnya kosong!"
Reilin agak menyesal, tiba-tiba matanya berbinar: "Buku harian! Ini dia!"
Perkamen kuning itu sudah sangat tua, seolah akan pecah menjadi beberapa bagian kapan saja, tetapi di mata Reilin, lembaran perkamen ini adalah harta tak ternilai!
"Chip! Pindai goresan di perkamen ini!"
Reilin memberi perintah, seketika pandangannya dipenuhi cahaya biru, sementara di perkamen muncul coretan tulisan merah yang terputus-putus.
"Ini adalah tulisan Penyihir itu di perkamen sebelumnya, tetapi meninggalkan bekas goresan di lembaran-lembaran ini!"
Reilin merasa lega, para Penyihir hanya menggunakan sihir untuk memeriksa barang-barang, sama sekali tidak waspada terhadap kriminologi dari kehidupan sebelumnya Reilin, akhirnya ia menemukan jejak-jejak kecil.
Informasi di perkamen sangat berantakan, banyak huruf yang tumpang tindih, bahkan Chip pun tidak bisa mengenalinya.
Setelah menyusun potongan-potongan yang tersebar, Reilin mendapatkan sedikit informasi, ini sepertinya catatan harian:
1 September, cerah. Kota Malam Abadi adalah tempat yang damai, berharap bisa melakukan eksperimen dengan tenang di sini...
5 Desember, mendung. Oh! Sial! Eksperimen gagal lagi, ternyata! Kesulitan menyintesis darah jauh melampaui perkiraanku...
Sisa-sisa ini sangat kabur, bahkan waktu tidak bisa terlihat jelas:
……Setelah membaca surat Warno dan melakukan beberapa eksperimen lagi, aku harus mengakui dia benar. Arah awalku salah. Ini benar-benar kabar menyedihkan...
……Subjek eksperimen benar-benar gagal. Beberapa telur yang tersisa tidak akan berguna meski menetas. Rencanaku hancur total. Ya Tuhan...
……Tempat ini sudah tak berguna. Mungkin aku harus pergi ke Taman Diren. Warno mengatakan eksperimennya telah mencapai keberhasilan bertahap. Ini kabar baik bagi kita...
Isi buku harian berakhir di sini, menceritakan seorang penyihir yang terus bereksperimen dan gagal, lalu memutuskan untuk meninggalkan laboratorium ini selamanya.
Reilin hanya mendapatkan nama "Warno" dan tempat bernama Taman Diren, selain itu tidak ada informasi lain.
Tapi terlalu banyak orang bernama Warno. Sedangkan Taman Diren, Reilin sama sekali belum pernah mendengar tempat itu.
"Tidak! Tunggu!"
Tiba-tiba mata Reilin berbinar, menemukan nama lain di sudut perkamen.
Huruf merah muda pudar itu nyaris tak terlihat olehnya sebelumnya.
"No... Noko*Gulatu*Fasir!"
"Noko*Gulatu*Fasir!" Reilin tiba-tiba membelalak: "Penyihir Agung Crimson!!!"
"Mungkinkah pemilik laboratorium ini adalah Penyihir Agung Crimson!!!"
Noko*Gulatu*Fasir adalah legenda di kalangan Penyihir Pantai Selatan! Dalam legenda, ia bukan hanya seorang polymath dengan pengetahuan yang sangat luas, tetapi juga mencapai pencapaian gemilang di jalan penyihir, memimpin seluruh kekuatan penyihir Pantai Selatan untuk memukul mundur serangan tak terhitung dari musuh bawah tanah dan laut.
Penyihir besar seperti ini adalah panutan bagi semua penyihir di Pantai Selatan!
Sebelumnya, di pasar, pedagang curang yang menjual halaman sobekan Kitab Luan Yan Jiao kepada Reilin, bahkan berusaha menyamar sobekan asli sebagai catatan Penyihir Merah Tua, sayangnya tertangkap basah oleh Reilin.
"Figur sebesar ini, peninggalannya pasti bernilai luar biasa. Sayangnya, dua lantai atas sudah dibersihkan terlalu bersih, sama sekali tidak ada yang tersisa!"
Ekspresi penyesalan muncul di wajah Reilin, namun ia tetap menghafal isi perkamen itu dengan baik di dalam hati.
"Semoga ada hasil di laboratorium!"
Reilin melirik kamar tidur dengan kecewa, meniup perlahan. Perkamen itu langsung hancur berantakan di bawah aliran udara.
Di sebelih lemari dinding lantai satu, lemari hitam yang seharusnya menempel rapat di dinding kini menyisakan celah. Reilin bahkan bisa melihat lorong di belakangnya.
Ini mungkin juga ulah Ular Raksasa Mankester yang sebelumnya.
Reilin menggeser lemari kosong itu, membuat lorong hitam langsung terbuka di depan mata.
"Brak!" Reilin menjentikkan jari, bola cahaya terang langsung menerangi sekeliling, mengusir kegelapan dan menyingkap tangga menurun di lorong.
Mata Reilin berkilat dengan semangat membara, langsung berjalan turun.
Gedebak!!
Suara boot kulit bergesekan dengan lantai mengeluarkan bunyi berat.
Dibandingkan vila di atas, ruang bawah tanah ini lebih luas, hampir menyamai gabungan tiga empat vila.
Dinding-dinding bersilangan membagi laboratorium bawah tanah menjadi beberapa blok besar.
Reilin berjalan menyusuri koridor, sesekali melihat huruf yang tertera di setiap area.
Menggunakan tulisan kuno yang jelas terkait dengan Bahasa Byron kuno, Reilin sambil berjalan terus mengamati.
Area Material, Area Taman, Area Inkubasi, Area Ramuan, Rumah Kaca Tanaman... satu per satu area khusus terbentang di depan Reilin.
Saat melihat Area Inkubasi, mata Reilin berbinar, lalu masuk ke dalam.
Bola cahaya terus melayang di sekitar Reilin, menerangi pemandangan dalam Area Inkubasi.
Pertama kali yang dilihat Reilin adalah banyak kubah kaca bulat di lantai, beberapa sudah retak memperlihatkan telur biologis nekrotik di dalamnya.
Setelah Chip memastikan tidak ada tanda kehidupan di Area Inkubasi, Reilin mengenakan sarung tangan dan mengambil sebuah telur berwarna abu-abu seperti batu.
"Memindai! Kemiripan telur ular raksasa Mutan Mancester 73,2%, ular sanca hutan 34,5%, telur kadal pohon raksasa 13,8%..."
Hasil analisis Chip terus mengalir masuk.
“Tampaknya! Ini pasti saudara-saudara dari ular raksasa Mankester setengah dewasa sebelumnya!” Reilin menghela napas sambil memandangi banyak telur mati dalam kubah kaca.
Jika semua telur itu hidup, mungkin Reilin bahkan tidak akan sempat melarikan diri.
Setelah mencari sebentar, Reilin menemukan kolam penetasan aneh dengan lubang bundar di kubah kaca bulatnya, masih terdapat sisa-sisa cangkang telur di dalamnya.
"Ular Mankester raksasa sebelumnya, seharusnya berasal dari kolam penetasan ini..."
Reilin memeriksa sekeliling dengan seksama, mencari dengan penuh harapan, namun akhirnya tetap tidak menemukan apa-apa. Ia hanya bisa mengambil satu telur mati yang telah menjadi fosil dan beberapa pecahan cangkang telur.
Area material, taman, zona ramuan, rumah kaca tanaman...
Reilin berkeliling memeriksa setiap bagian. Penyihir Agung Crimson sebelumnya jelas menghabiskan banyak usaha untuk laboratorium ini, semua area dirancang dengan sangat lengkap.
Namun saat pergi, ia membawa semua material penting. Harapan Reilin untuk mendapatkan barang sisa sama sekali pupus.
Bahkan perkamen kosong seperti di kamar tidur pun tidak ditemukannya.
"Area terakhir! Ruang bedah!"
Reilin sulit menyembunyikan kekecewaan di wajahnya saat membuka pintu besi bertanda zona anatomi.
Brak!!!
Pintu besi terbuka dengan gemuruh, aura energi negatif yang sangat pekat menyergap wajahnya. Reilin bahkan seolah mendengar tangisan roh-roh penasaran.
“Penyihir tidak pernah menghindari tangan yang berlumuran darah dalam mengejar kebenaran!” Reilin membisikkan moto Penyihir Agung Merah yang dulu.
Melihat sekeliling, di atas meja eksperimen putih masih terdapat noda darah kehitaman. Reilin mengambil sedikit serbuk.
“Chip! Deteksi!”
“Tidak ditemukan sel hidup! Karena terkena dampak radiasi intens, segmen gen mengalami kehilangan dan mutasi, sumber tidak dapat diidentifikasi!”
Informasi umpan balik dari Chip tiba.
“Sial!” Reilin menendang meja eksperimen dengan kecewa.
Bagi penyihir yang suka petualangan, tidak ada yang lebih mengecewakan daripada menghabiskan waktu dan tenaga masuk ke situs purbakala tanpa hasil.
Meskipun bagi Reilin, mendapatkan catatan alkimia sudah cukup berharga, tapi dibandingkan dengan harta Penyihir Agung Merah, hasil ini jauh di bawah ekspektasi.
Itu adalah Penyihir Agung Merah!!! Minimal setara dengan penyihir resmi level empat!!!
Di laboratoriumnya, sama sekali tidak ditemukan apa-apa, membuat Reilin sangat frustasi.
“Sudahlah! Untungnya ada catatan si sialan sebelumnya, setidaknya tidak rugi. Lagipula, lab ini mungkin digunakan Penyihir Agung Merah saat masih level satu atau dua, kalau tidak, aku pasti tidak bisa masuk...”
Tiba-tiba Reilin merasa sedikit lega.
Seandainya menemukan lab Penyihir Agung Merah di masa kejayaannya, cukup satu kutukan darinya, Reilin saat ini sama sekali tidak bisa bertahan.
Brakk!!!
Tendangan Reilin di atas meja percobaan sepertinya memicu perubahan berantai, angin sepoi-sepoi bertiup melintasi lantai membentuk pusaran angin yang mengangkat debu.
"Hm?" Wajah Reilin berkerut tegang, tangan kanannya sudah menyusup ke dalam kantong pinggang.
Pusaran angin semakin banyak berputar, akhirnya bahkan membentuk siluet semi-transparan berbentuk manusia.
"Berapa tahun... sudah berapa tahun berlalu! Akhirnya aku mencium aroma manusia hidup!" Siluet semi-transparan itu seolah merenung, menampakkan wajah tua yang samar-samar.
