“Pendaftaran ada di depan Area pengajaran!”
Setelah melewati taman, Biji mulai memperkenalkan pada Reilin.
“Kompetisi di akademi ada berbagai jenis: ada yang memperlombakan Farmasi, ada juga cabang-cabang seperti pengumpulan bahan dan budidaya tanaman. Tapi yang paling populer adalah pertarungan! Semua murid boleh ikut dengan hadiah terbesar!”
“Meski murid boleh ikut banyak lomba, Mentor Gofat bilang, kamu sebaiknya ikut kompetisi Farmasi saja!”
Biji menatap Reilin tanpa menyembunyikan kekhawatiran di matanya.
“Tenang saja, aku juga hanya akan ikut lomba Farmasi!” Reilin tersenyum menghibur Biji.
Bagi murid berbakat Bakat Kelima, mereka sudah dibekali Objek termutasi oleh mentor masing-masing. Reilin tak ingin langsung berbenturan dengan mereka.
Lagipula, hadiah kompetisi pertarungan tidak menarik baginya. Ini jelas kesempatan terakhir untuk murid biasa.
Karena Reilin hanya ingin sekadar memenuhi syarat, dia memilih cara yang paling mudah.
Di depan area pengajaran, saat ini sudah terpasang beberapa meja hitam, dengan spanduk di belakangnya bertuliskan huruf-huruf seperti Farmasi, Pertempuran, dan lainnya.
Di sekitar meja, banyak murid yang sedang berkerumun mendaftar.
Tampaknya mereka juga murid-murid yang baru saja kembali.
Reilin berpikir sejenak, lalu langsung menyusup ke lokasi pendaftaran Farmasi dan mencatatkan namanya.
"Simpan baik-baik! Ini nomor absenmu 32, kompetisi akan dimulai besok sore pukul 3, harap tepat waktu datang ke Gedung 13 Area Uji!"
Petugas berjubah abu-abu langsung menulis nama Reilin di perkamen dan memberikan plakat nomor secara prosedural.
"Berikutnya!"
Suara tak sabar dari orang berjubah abu-abu itu membuat Reilin mengusap hidungnya dan menggelengkan kepala sebelum mundur.
"Ayo! Kita rayakan di restoran berbayar!" kata Reilin kepada Biji yang menunggu di samping.
"Biarkan aku yang traktir! Sebagai perayaan reuni setelah lama berpisah!!!" Biji tersenyum riang.
……
Keesokan harinya sore, Reilin tiba 5 menit lebih awal di Gedung 13.
Beberapa murid farmasi sudah menunggu di sana, beberapa yang mengenal Reilin menyapa dengan senyuman, sementara wajah-wajah lain terlihat asing.
Ini tidak aneh, kebanyakan penyihir memang penyendiri dan sering bersembunyi di lab untuk eksperimen, terutama murid farmasi dan alkimia.
Merlin dan Biji juga ada di antara kerumunan, tersenyum pada Reilin.
Kring...!!! Dengan dentang bel yang merdu, sosok berjubah hitam tiba-tiba muncul di depan semua orang.
“Penyihir Resmi！！！” Reilin bergumam dalam hati, meskipun dirinya sekarang sudah jauh berbeda dari sebelumnya, tapi bagi Penyihir Resmi, dia masih seperti seekor semut.
Chip juga tidak berdaya menghadapi lapisan medan perlindungan permukaan Penyihir Resmi.
“Masuklah ke gedung sesuai nomor yang tertera di tangan kalian! Meja eksperimen di dalam sudah memiliki nomor, cepat cari posisi masing-masing! Saya hanya memberi waktu lima menit, murid yang terlambat langsung dianggap mengundurkan diri!”
Suara Penyihir Jubah Hitam itu serak dan sangat tidak enak didengar.
Begitu selesai bicara, Penyihir Jubah Hitam mengibaskan jubahnya, tubuhnya berpisah dan berubah menjadi ribuan kelelawar yang langsung terbang pergi.
Para murid yang hadir saling memandang.
Bang!!! Entah siapa yang pertama melangkah, seluruh alun-alun langsung gempar, para murid saling dorong ingin masuk ke gedung.
Meski Reilin tidak terburu-buru, tubuhnya tetap terbawa arus kerumunan.
Setelah susah payah, akhirnya sampai di depan meja eksperimennya.
Di sudut kiri atas meja eksperimen putih polos tertulis nomor 32. Di permukaan meja terdapat beberapa bahan herbal, disampingnya ada selembar perkamen. Reilin langsung tahu dari aromanya bahwa ini semua bahan ramuan penyembuh.
“Lima menit habis! Murid yang belum berada di posisi dianggap mengundurkan diri!!!”
Suara Penyihir Jubah Hitam kembali terdengar, diselingi teriakan-teriakan panik para murid farmasi.
Reilin melihat tetangga mejanya yang malang, ketika tinggal selangkah lagi dari meja eksperimen, langsung dicengkram kelelawar hitam dan dilempar keluar gedung.
“Tema kali ini adalah meracik ramuan penyembuhan! Resep dan bahan-bahan sudah tersedia di meja lab, waktu tiga jam……”
Setelah menangani murid yang mengundurkan diri, suara Penyihir Berjubah Hitam kembali bergema.
“Setiap gerak-gerik kalian berada di bawah pengawasanku, jangan coba-coba menipu, atau aku akan beri pelajaran berdarah!!!”
“Benar!!!” Reilin mengambil lembar perkamen yang ternyata berisi resep ramuan penyembuhan.
“Ramuan dasar begini, aku sudah muak meraciknya!!!”
Dalam hati Reilin mengeluh, tapi tangannya dengan mahir mengambil gelas kimia...
Di mata orang lain, gerakan Reilin terlihat sempurna: lengan yang kokoh tanpa gemetar, setiap gestur dalam proses meracik memancarkan estetika khusus.
Drip!!!
Setetes cairan hijau jatuh ke tabung reaksi, seketika seluruh tabung berubah merah.
“Selesai!” Reilin melihat rekaman waktu di Chip: “Satu jam dua puluh menit? Tangan agak kaku!!!”
“Hmm! Bagus, sudah selesai!!!”
Seekor kelelawar hitam mendarat di meja lab Reilin, mengamati ramuan di tangannya.
“Tuan!!!” Reilin segera memberi hormat.
“Aku mengenalmu! Namamu Reilin kan? Murid tua bangka Gofatte itu!!! Langit tak adil, sudah punya Merlin yang brilian, masih dikirimkan kau ke tangannya…”
Kelelawar itu sepertinya mengenal Gofatte, berbicara sendiri di sana. Reilin tetap diam. Mengenai hubungan antar Penyihir Resmi, sebelum dia naik pangkat, dia sama sekali tidak ingin ikut campur dan juga tidak memiliki kemampuan untuk itu.
"Baik! Ciumkan ramuan itu padaku!"
Mungkin melihat Reilin terus diam seperti kayu, kelelawar itu mencaci-maki beberapa kali lalu tiba-tiba berkata.
Reilin membuka sumbat tabung reaksi, memaparkan ramuan di bawah kepala kelelawar.
"Hmm! Ramuan penyembuh, kualitas luar biasa! Kau lulus, anak muda!!!"
Kelelawar itu terbang dengan rasa menyesal, mengeluarkan suara serak: "Reilin! Pertimbangkan untuk pindah ke bawah bimbinganku..."
Menghadapi ini, Reilin hanya bisa tersenyum pahit dan memberi hormat.
……
Kompetisi antar magang farmasi berlangsung selama dua hari satu malam.
Untungnya para Magang Penyihir sudah bisa memodifikasi tubuh dengan partikel energi, memperkuat Konstitusi, sehingga masih bisa bertahan.
Selama dua hari ini, Reilin terus-menerus menyuling ramuan tanpa henti.
Seiring berjalannya kompetisi, soal-soal dari akademi semakin sulit. Biji tersingkir di babak ketiga. Di akhir, tantangannya sudah sampai level meracik ramuan tingkat pemula.
Dalam berbagai ujian ini, Reilin terus menonjol dan bersama senior Merlin melaju ke final.
Adapun materi final adalah meracik Cahaya Air Hofdo - ramuan penyembuh yang efektif untuk luka akibat sihir energi negatif. Bahkan di antara ramuan pemula, ini dianggap sebagai salah satu yang paling sulit dibuat.
“Meski yakin bisa membuat ramuan ini dengan bantuan Chip, Reilin sengaja berpura-pura gagal untuk menyembunyikan kemampuannya, kalah dari Merlin, dan hanya meraih posisi runner-up.”
……
Tengah malam, Reilin kembali ke asrama dan melempar hadiah runner-up - Ramuan Pembakara Dahsyat - ke sudut ruangan dengan acuh.
Ramuan serangan jenis ini memiliki kekuatan sekitar 8-9 Derajat, cukup bagus sebagai kartu as bagi calon magang tingkat tiga, tapi sama sekali tidak dianggap penting oleh Reilin.
Sejak setahun yang lalu, dia sudah bisa membuat ramuan ini sendiri.
“Akhirnya selesai! Sekarang tinggal fokus mempersiapkan Pertarungan Darah di wilayah rahasia!!!”
Pertarungan darah yang terkait perang antar beberapa akademi ini tidak bisa diakali semudah kompetisi akademi biasa.
Bahkan dalam pertarungan yang diadakan Blackbone Forest Academy sendiri, hanya beberapa murid yang tewas karena kecelakaan.
Tapi dalam Pertarungan Darah, dua kekuatan besar akan bersekutu untuk memusnahkan semua murid Blackbone Forest.
Tok！ Tok！ Tok！！！
Saat Reilin sedang merenung, suara ketukan pintu kembali terdengar dari luar.
“Siapa? Sudah larut begini!” Reilin membuka pintu dengan wajah kesal.
“Ini aku!” Di balik pintu berdiri seorang wanita terbungkus jubah hitam, suaranya merdu dan menggoda.
“Kau... Bi...” Sebelum sempat menyelesaikan kata, bibir Reilin sudah tertutup. Pintu mengunci sendiri, jubah terlepas, memperlihatkan tubuh seksi wanita itu.
“Apa... yang terjadi?”
Saat Reilin sadar kembali, dia sudah terbaring di tempat tidur besarnya dengan seorang wanita yang sedang menggeliat di atas tubuhnya.
“Merasakan kenikmatan yang datang dari bagian bawah tubuh, Reilin menahan keinginannya dengan susah payah, meraih pinggang Biji dan membuat wanita itu berhenti sejenak: ‘Mengapa melakukan ini?’”
“Karena... aku tidak bisa menemukan cara yang lebih baik untuk menghiburmu! Reilin! Jangan sedih! Pertandingan hanya masalah sesaat...”
Biji berkata sambil terengah-engah.
“Aku...”
Reilin benar-benar kehilangan kata-kata. Jika bisa bercermin, pastilah wajahnya menunjukkan ekspresi antara ingin tertawa dan menangis.
Dia sengaja gagal, tak menyangka gadis bodoh Biji ini tertipu aktingnya, mengira dia sedih dan datang sendiri untuk 'menghibur'-nya.
Di saat yang sama, Reilin sudah benar-benar putus asa dengan kebebasan moral di dunia ini.
“Baiklah! Tapi bagaimana dengan Fei Le? Bukankah kau pacarnya?”
Reilin bertanya lagi.
“Dia tidak akan tahu! Lagipula, sebelum menikah, aku masih bebas!” Biji tersenyum sambil kembali menggerakkan pinggangnya perlahan.
“Lalu... setelah kau menikah?” Reilin merasa tidak nyaman dan mempercepat gerakan bagian bawahnya.
Si cantik di atasnya terengah-engah beberapa saat sebelum akhirnya menjawab: “Set... setelah menikah aku harus menjaga kesucian untuk Fei Le!”
Reilin memberikan tusukan dalam yang membuat Biji menjerit keras, tubuhnya lunglai seperti tulangnya dicabut semua, terkulai di pelukan Reilin.
“Kau benar-benar... Baiklah! Setelah anak yang kubuat untuk Fei Le lulus tes darah, kapanpun kau mau, kau bisa mencariku...”
Biji memerah wajahnya dan menyembunyikan kepalanya di dada Reilin.
“Apa ini? Memesan topi hijau untuk Fei Le lebih awal?”
Reilin bergumam dalam hati, tangannya tanpa ragu meraih payudara montok Biji dan mulai bergerak liar……
Pagi hari, Reilin membelai tubuh perempuan yang halus di sampingnya, merasa geli: "Tak kusangka, aku juga mengalami one night stand suatu hari…"
