Bruk!!!
Kepala Soren yang penuh ketidakrelaan dan ketakutan melayang tinggi beberapa meter, akhirnya menghantam tanah dengan mata terbuka lebar tak bisa menutup.
Di depan Reilin, mayat Soren yang tak berkepala terus mengucurkan semburan darah dan berlutut di tanah.
Tangan kiri mayat itu masih terulur ke depan, sayangnya terhalang sepenuhnya oleh lapisan zirah cahaya abu-abu yang berada kurang dari beberapa milimeter dari permukaan tubuh Reilin.
"Dengan pertahanan Liontin Jatuhnya Bintang yang sama sekali tak takut serangan sebagian besar murid, ditambah penguatan Rune Es pada pedang besar dan fisik tingkat ksatria-ku, memang sangat mematikan di kalangan murid!"
Reilin sangat puas dengan hasil pertarungannya.
Soren di hadapannya hanya sedikit lebih buruk dari Torresas sebelumnya, di bawah taktiknya ini sama sekali tak bisa bertahan beberapa ronde sebelum akhirnya kalah total, bahkan kepalanya dipenggal Reilin.
"Sekarang, giliranmu!" Reilin dengan acuh menendang mayat Soren lalu menerjang murid perempuan berambut emas itu.
"Selesai!"
Di saat yang sama, murid perempuan berambut emas itu menghela napas panjang, seluruh tubuhnya seperti beban terlepas.
Sekuntum bunga merah menyala sebesar kepalan tangan, sebongkah batu hijau memancarkan cahaya redup yang masih disiram darah murid perempuan itu, dan sebuah belati patah separuh tergeletak di tanah.
Tiga benda ini membentuk pola segitiga terbalik samar, dikelilingi banyak rune yang dibentuk dari serbuk perak di sekitarnya.
Menghadapi serangan ganas Reilin, Murid Perempuan itu menyeringai dingin dan menunjuk ke arah Reilin: "Demi nama Merifes*Nofalko*Makinando, Raksasa Belenggu dari Jurang, orang yang kutunjuk ini akan kehilangan seluruh kemampuan bergerak!"
Bzzzz!!!
Pola segitiga terbalik di tanah mulai memancarkan cahaya, Reilin tiba-tiba merasakan kekuatan belenggu dahsyat menghampirinya, mengunci tubuhnya di tempat.
"Mantra macam apa ini? Manusia Patung Kah?"
Reilin terus berjuang melepaskan diri, suara rantai besi putus terus bergema dari udara kosong.
"Jangan sia-siakan tenagamu! Ini rantai Raksasa Belenggu Jurang. Berapa pun kau putuskan, sisanya akan beregenerasi dengan kekuatan dua kali lipat!!!"
Seiring suara Murid Perempuan berambut pirang itu, Reilin merasakan rantai di tubuhnya semakin mengencang.
Ssshh!!! Cahaya perak-abu dari Liontin Jatuh Bintang bertabrakan dengan kekuatan tak kasat mata, memunculkan kabut putih samar.
"Cacing hina! Tukang jagal terkutuk! Berani membunuh murid dua akademi kami! Aku akan menghukummu dengan maut untuk menebus dosa-dosamu!"
Wajah Murid Perempuan itu dipenuhi kegirangan balas dendam, otot-otot wajahnya berkerut mengubah paras cantiknya menjadi sangat buruk rupa.
"Berani membunuh Solin! Akan kubuat kau membayar dengan darah!!!"
Murid Perempuan itu kembali menunjuk Reilin: "Kekuatan! Cabut!!!"
“Saat kata-kata itu terucap, Reilin merasakan tenaganya terus mengalir keluar. Dalam sekejap, dia seperti berubah dari seorang Ksatria menjadi bayi manusia biasa.”
“Apakah ini perasaan dari kutukan?”
Reilin berjuang keras, “Kutukan receh seperti ini mana mungkin bisa membuatku menyerah!!!”
“Semuanya sudah berakhir!” Murid Perempuan itu melantunkan dalam Bahasa Byron: “Api dari jurang, bakarlah pendosa ini hingga menjadi abu!”
Di bawah nyanyian Bahasa Byron kuno sang Murid Perempuan, lingkaran api merah-hitam tiba-tiba menyala di bawah tubuh Reilin.
Api itu terus menjalar, dalam sekejap sudah membungkus seluruh tubuh Reilin.
Brak!!! Pedang Es raksasa di tangan Reilin terjatuh ke tanah, lapisan esnya terus retak dan pecah. Akhirnya, bahkan pedang salib berbahan baja berkualitas tinggi itu sendiri meleleh total di bawah api merah-hitam, berubah menjadi genangan besi cair.
Sreeett!!!
Zirah perak-abu di tubuh Reilin mulai menunjukkan ketidakstabilan. Chip menggila dengan pesan peringatan di depan mata Reilin: “Peringatan! Peringatan! Energi Jatuh Bintang yang Jatuh menurun drastis! Sisa saat ini: 45%, diperkirakan akan habis total dalam 34 detik!!!”
“Abaikan! Lepaskan semua energi di Jatuh Bintang yang Jatuh sekaligus!” Perintah Reilin.
"Bzzz!!!" Secara tiba-tiba, cahaya perak-abu-abu di tubuh Reilin meningkat belasan kali lipat. Di belakangnya muncul bayangan samar salib raksasa, di atasnya beberapa permata memancarkan kilau berbeda, kekuatan terus merambat ke seluruh anggota tubuh Reilin.
"Hancurkan... SEKARANG!!!"
Reilin mengerahkan tenaga sekuat-kuatnya. Tubuhnya mengeluarkan suara berderak-derak, rantai rune hitam tak terhitung muncul dan putus, jatuh ke tanah lalu menghilang.
"Giliranmu! Pelacur menjijikkan!"
Reilin bergerak secepat angin, langsung berada di depan Murid Perempuan berambut pirang.
"Tidak... Tidak mungkin, bagaimana kau bisa melepaskan diri?" Murid Perempuan itu menjerit sambil menunjuk, beberapa bola api sebesar baskom langsung menghantam Reilin.
Boom!!! Ledakan api menyatu dengan api hitam-merah sebelumnya, lalu cepat padam.
Di dalam zirah transparan perak-abu-abu, Reilin sama sekali tidak terluka.
"Tidak! Tidak!" Murid Perempuan itu terjatuh dan merangkak mundur.
Reilin menendang batu hijau dan belati di tanah, Formasi Sihir Defensif segitiga terbalik langsung hancur.
Dua aliran cairan merah cerah mengalir dari hidung murid perempuan itu, bahkan air matanya keluar.
"Jangan! Jangan bunuh aku! Mentor saya adalah..."
Murid Perempuan berambut pirang itu merangkak sambil menangis, berkata dengan terputus-putus.
"Aku peduli siapa kau?" Ekspresi Reilin dingin, langsung memeluk wanita pirang ini dengan erat.
"Saat ini tubuhnya masih menyala dengan api jurang berwarna hitam-merah, sepenuhnya ditopang oleh Liontin Bintang Jatuh. Tapi wanita ini jelas tidak memiliki lapisan perlindungan ini. Di bawah sengatan api, wanita itu mengeluarkan jeritan mengerikan."
Cesss!! Daging dan darah di tubuh wanita itu berjatuhan sepotong-sepotong ke tanah, berubah menjadi benda seperti arang.
Pada akhirnya, murid perempuan berambut pirang yang awalnya cantik itu telah berubah menjadi kerangka berwarna merah darah. Kemudian, kerangka itu perlahan meleleh menjadi genangan cairan putih yang menetes ke tanah.
Reilin mencibir, melemparkan sisa cairan tulang putih di tangannya.
Seperti sedang melepas pakaian, dia "melepas" zirah abu-abu dari tubuhnya.
Api jurang hitam-merah yang menempel pada zirah abu-abu itu pun ikut terlepas.
"Dalam legenda dan epik, api jurang dikatakan mampu membakar kekosongan, membuat Anak Bumi tak berdaya! Api hitam-merah ini mungkin hanya proyeksi kekuatan kecil dari jurang, bahkan tidak sampai sepermiliar dari kekuatan sebenarnya. Kalau tidak, aku pasti sudah jadi abu!"
Reilin berpikir sejenak, kembali ke tempat semula untuk mencatat bahan-bahan dan formasi sihir yang digunakan murid perempuan tadi. Kemudian berkeliling medan perang untuk mengumpulkan rampasan perang.
Breg! Gamen yang sedang pingsan dilempar Reilin ke depan Biji.
Pertempuran tadi meskipun sangat dahsyat, waktunya sangat singkat. Biji masih terlihat bingung.
“Segera pergi dari sini, fluktuasi energi tadi pasti akan menarik banyak murid datang. Jika tidak ingin mati, segera pergi!!!”
Reilin bersuara serak, melihat Biji mengangguk kemudian langsung pergi dari tempat ini.
Memandang punggung Reilin yang menjauh, ekspresi Biji terlihat rumit.
Orang ini datang untuk menyelamatkannya, dan kekuatan yang dimilikinya jauh melampaui perkiraan Biji.
Pelempar Petir, Cakar Perak - semuanya adalah kekuatan terkenal dari akademi musuh. Namun di tangan orang tadi, mereka seperti domba lemah yang memohon belas kasihan.
“Tapi, siapa sebenarnya dia?”
Biji mengedipkan mata. Bayangan Merlin, Reilin, Fei Le dan lainnya melintas di pikirannya, tapi sayangnya tak ada satu pun murid yang dikenalnya cocok dengan deskripsi ini.
Namun nalurinya mengatakan bahwa dia pasti mengenal orang ini, bahkan mungkin sangat dekat!
“Penyihir dikenal dengan rasionalitas. Naluri seperti ini justru akan mengurangi daya penilaian kita. Segala sesuatu harus didasarkan pada bukti nyata...”
Nasihat seorang senior tiba-tiba muncul dalam ingatannya.
Wajah Biji tampak bingung, lalu dia menggigit gigi dan menaburkan ramuan pada wajah Gamen sebelum pergi.
Meski Gamen adalah idola Molly, sekarang saat Molly sudah tiada, Biji tentu tak mau mengambil risiko lagi untuknya.
Beberapa menit kemudian, Gamen berguling membuka mata.
“Apa yang terjadi? Di mana Torresas?”
Gamen terlihat bingung, kemudian wajahnya berubah pucat. Tangannya meraba-raba ke dalam bajunya. Setelah memastikan benda termutasi itu masih utuh di dada dan kantong pinggangnya juga tidak hilang, barulah dia menarik napas lega.
"Gelombang pertempuran yang begitu dahsyat! Siapa sebenarnya yang menyelamatkanku?"
Gamen mengusap dahinya, tiba-tiba teringat siluet gadis yang berlari ke arahnya. "Apakah itu Molly? Pertempuran mengerikan seperti ini, entah bagaimana keadaannya sekarang..."
"Di sini!!!" Langkah kaki terdengar, dua orang murid muncul dalam pandangan Gamen.
"Murid Black Bone Forest! Bunuh dia!!!"
Begitu melihat Gamen, kedua murid itu langsung meneriakkan pekikan penuh semangat dan mulai mempersiapkan mantra tingkat nol.
Gamen menghela napas, kembali mengeluarkan benda termutasi dari sakunya...
Di sebuah gua sekitar puluhan kilometer dari medan perang, Reilin sedang menghitung hasil jarahannya.
Tiga murid itu ternyata orang-orang berpengaruh. Bahan-bahan dan batu sihir yang mereka bawa sangat melimpah, total memberikan Reilin puluhan ribu batu sihir dan berbagai sumber daya langka lainnya.
Reilin membelai buku catatan bercover merah-hitam, ekspresi penasaran muncul di wajahnya.
"Aura ini sangat mirip dengan Api Jurang yang dimiliki murid perempuan tadi!"
Reilin membuka notebook, karakter aneh terpampang di matanya. "Chip, bandingkan dengan basis data!"
"Ding! Tugas dibangun, sedang memproses! Kemiripan dengan tulisan Jurang 98.7%, tulisan Neraka 45.3%..."
“Tulisan Jurang？” Reilin agak pusing, pengetahuan tentang tulisan dari dimensi lain ini selalu menjadi disiplin ilmu tinggi yang dirahasiakan. Dia hanya menemukan beberapa karakter dari halaman-halaman sobekan di perpustakaan dan menyimpannya di database Chip.
“Bagaimanapun juga, ini adalah hasil yang cukup baik!”
Reilin dengan puas menyimpan buku catatan berwarna hitam-merah itu dengan baik.
