Hantu berbaju merah terus menyerang, mencabik daging berdarah dari tubuh Reilin.
Ekspresi Reilin berubah dari kemarahan menjadi dingin.
Beberapa menit kemudian, akhirnya ia berhasil membuka mulutnya: "Gulixas~ Doluxian!"
Nyala api hijau kebiruan tiba-tiba menyala di tubuhnya, membakar habis segala sesuatu di laboratorium...
"Huuu..."
Setelah api hijau kebiruan padam, Reilin kembali bisa bergerak.
Baru sekarang ia memiliki kekuatan untuk mengangkat kepala dan melihat sekeliling.
Laboratorium masih sama seperti sebelumnya, berbagai peralatan tetap tertata rapi di tempat semestinya.
"Sedangkan lingkaran pentagram yang sebelumnya membelenggu arwah penasaran, kini telah kehilangan semua cahayanya, dan arwah di dalamnya juga menghilang."
"Adapun Reilin sendiri, tidak ada luka sedikit pun di tubuhnya, tapi raut wajaknya jelas tidak baik."
"Karena peringatan Chip jelas terpampang di depan mata:"
"Subjek diserang medan gaya tak dikenal, berdasarkan pencocokan basis data adalah arwah penasaran! Konstitusi turun 0.1"
"Subjek diserang medan gaya tak dikenal, berdasarkan pencocokan basis data adalah arwah penasaran! Konstitusi turun 0.1"
"Subjek diserang medan gaya tak dikenal, berdasarkan pencocokan basis data adalah arwah penasaran! Konstitusi turun 0.1"
"Peringatan muncul berturut-turut tiga kali, membuat wajah Reilin semakin muram, 'Chip, tampilkan statusku sekarang!'"
"*Ding!* Reilin*Farel Calon Magang Tingkat Tiga, Ksatria Formal Kekuatan:3.1 Kelincahan:3.3 Konstitusi:3.4 Mental:16.1 Manna:16 (Manna ditentukan sinkronisasi kekuatan spiritual) Status:Sehat"
"Setelah peningkatan dari Maria's Tears, kekuatan spiritual Reilin mencapai 16.1, sebaliknya konstitusinya turun permanen 0.3. Jelas ini efek serangan arwah penasaran terakhir."
"Formula ramuan kuno memang tidak bisa sembarangan diubah!"
"Reilin menghela napas panjang. Perubahan prosedur formula obat yang dia lakukan secara semena-mena menyebabkan hasil seperti ini."
"Tapi dibandingkan penurunan konstitusi, peningkatan cepat kekuatan spiritual benar-benar mencerminkan nilai ramuan ini!"
"Reilin memberikan apresiasi pada formula ramuan kuno baru Maria's Tears."
"Ramuan Kuno - Maria's Tears modifikasi berhasil, silakan Subjek beri nama!"
Suara prompt dari Chip juga kembali terdengar.
"Potion Darah Dendam!" Reilin teringat semburat merah terakhir itu, secara spontan berseru.
Meski membutuhkan arwah dendam sebagai bahan, yang terkesan kejam, ramuan ini merupakan sumber daya langka bagi para murid!
Peningkatan kekuatan spiritual hingga 3 poin sekaligus! Dengan efek samping minimal, sebanding dengan Blue Potion baru yang pernah Reilin racik sebelumnya.
Mengenai aspek kekejaman dalam proses pembuatan ramuan, Reilin sama sekali tidak mempertimbangkannya.
Bagi Reilin, melakukan tindakan kejam bahkan pembunuhan demi keuntungan adalah hal yang bisa dimengerti bahkan diterima!!!
Hanya mereka yang membunuh untuk kesenangan pribadi yang tergolong sakit jiwa dan anti kemanusiaan.
Di kehidupan sebelumnya yang damai, dia memang menganut paham perdamaian.
Tapi di Dunia Penyihir, perang terjadi di mana-mana, kematian terjadi setiap hari, sementara rakyat jelata hidup dalam ketidakpastian.
Hukum rimba dan survival of the fittest diagungkan secara terbuka oleh berbagai organisasi dan kekuatan.
Setelah tiba di dunia ini, Reilin belajar menyesuaikan diri dan sepenuhnya menjadi seorang egois.
Selama ramuan ini bermanfaat dan tidak menimbulkan masalah besar, dia akan meraciknya tanpa ragu!
"Inikah sensasi kekuatan spiritual 16? Sungguh luar biasa!"
Reilin menutup mata, merasakan perbedaan yang dibawa oleh peningkatan kali ini.
Di bawah kendalinya, kekuatan spiritual bagai benang perak menyapu seluruh objek di dalam ruangan, mengirimkan bentuk dan sensasi detail langsung ke benak Reilin.
Bagi murid biasa, ini merupakan pengalaman yang sangat unik. Namun bagi Reilin, kekuatan spiritual Penyihir akhirnya mencapai efek pemindaian mirip Chip setelah mencapai tingkat tertentu!
"Efek ini, jika digunakan dengan baik, bisa mendeteksi sebagian besar penyamaran, membuatku tak perlu takut serangan mendadak!"
Reilin merenungkan keajaiban kekuatan spiritual.
"Sayangnya, bagiku ini masih kalah praktis dibanding Chip!"
Di lautan kesadaran, gelombang perak kekuatan spiritual terus menghantam batas tepi, memperluas cakupan lautan kesadaran.
"Hanya saja, penampilan luar ini terlalu mencolok!"
Reilin mengangkat cermin tembaga. Di permukaan keemasan, terpantul wajah pemuda berambut cokelat dengan penampilan biasa, namun mata berkilauannya bagai permata di kegelapan.
Batas kenaikan tingkat calon magang tiga biasanya adalah kekuatan spiritual 15 derajat, namun Reilin jauh melampaui standar ini.
Selain itu, saat calon magang tingkat tiga mencapai ambang menjadi Penyihir Resmi, mata mereka biasanya menunjukkan perubahan mencolok.
Itu adalah akibat kebocoran tak sadar dari kekuatan spiritual yang sangat besar.
Namun bagi Reilin, ini adalah kabar buruk. Dia mengaku baru saja dipromosikan menjadi calon magang tingkat tiga, tapi sekarang sudah berada di ambang terobosan. Ini pasti akan menimbulkan rasa penasaran dan kecurigaan orang lain.
Jika hanya murid biasa, Reilin tidak takut. Tapi jika Penyihir Resmi memintanya untuk menjalani pemeriksaan, itu akan merepotkannya.
Bagaimanapun, Reilin tidak yakin apakah Penyihir Resmi bisa mendeteksi keberadaan Chip.
"Untuk sementara harus ditutupi dulu!"
Reilin melantunkan beberapa suku kata pendek.
Krekak-krek! Wajahnya berubah drastis, matanya menjadi biasa-biasa saja tanpa pancaran cahaya.
Ini adalah aplikasi sederhana teknik transformasi yang bisa menyesuaikan penampilan wajah secara halus.
Banyak Penyihir wanita resmi yang menggunakan teknik transformasi yang telah dimodifikasi untuk mempercantik wajah mereka.
"Semoga bisa tertutupi untuk sementara!" Pikir Reilin dengan keraguan.
Teknik transformasi yang telah disempurnakan Chip ini sangat efektif. Calon magang tingkat tiga pun tidak bisa menemukan cacatnya.
Tapi terhadap Penyihir Resmi, Reilin sama sekali tidak yakin.
Untungnya jika hanya pertemuan singkat dan mereka tidak memperhatikannya, selama Penyihir Resmi tidak menggunakan mantra deteksi, ini masih bisa disembunyikan.
Di lubuk hati, Reilin telah memutuskan untuk segera meninggalkan Blackbone Forest Academy dengan alasan menjelajahi Negara Bagian Rawa mencari peninggalan sejarah, lalu menuju Pegunungan Bulan Harpa untuk melacak petunjuk peninggalan Penyihir Besar Merah.
“Bagaimanapun, sebelumnya Reilin sudah menyatakan keinginannya untuk berkelana kepada Mentor Gofat, jadi sekarang mengajukannya pun tidak terasa aneh.”
Setelah merencanakan beberapa urusan ke depan, Reilin mengusap perutnya yang keroncongan, senyum getir mengambang di bibirnya. Eksperimen terakhirnya telah berlangsung lebih dari satu hari.
Meski konstitusi Reilin sangat baik, selama masih menjadi orang biasa, hukum alam tetap tak terhindarkan – rasa lapar pasti muncul.
Meski bisa menggunakan ramuan stamina untuk mengatasinya, Reilin sudah muak meminum benda itu. Selain itu, selama ada pilihan lebih baik, ia tak ingin menyiksa diri sendiri.
“Kalau akademi punya restoran khusus, buat apa menyia-nyiakan tabung ramuan?”
Reilin membersihkan diri seadanya lalu membuka pintu luar kamar asramanya.
Plak! Selembar catatan tempel putih terjatuh ke lantai. Tampaknya sebelumnya ada yang mengunjungi Reilin, tapi karena ia tenggelam dalam eksperimen, tamu itu tak berani memaksa masuk dan hanya meninggalkan pesan singkat.
“Siapa ya? Biji? Nis? Atau orang lain...”
Penasaran, Reilin membuka catatan itu.
Saat melihat nama pengirim di bagian bawah, wajah Reilin menunjukkan keheranan: “Ternyata Gamen!”
Sebagai murid berbakat dengan Bakat Jiwa Kelima, Gamen selalu dikenal angkuh dan jarang bergaul dengan murid lain.
Fakta bahwa Gamen secara aktif meninggalkan undangan untuk bertemu membuat Reilin sangat terkejut.
“Tapi kalau dia sudah datang, lebih baik kita temui!”
Reilin berpikir sejenak, lalu mengulurkan jari telunjuknya yang pucat dan mulai menulis di atas kertas memo putih itu.
Setiap kali jarinya bergerak, garis merah tertinggal di permukaan kertas.
Kertas memo ini telah diberi efek mantra khusus yang bisa mengirimkan pesan sederhana, tentunya hanya berlaku dalam area Akademi Blackbone Forest, menjadikannya favorit para murid.
Balasan datang dengan cepat. Tak lama kemudian, Reilin bertemu Gamen di bilik restoran.
Gamen sekarang terlihat lebih pendiam. Reilin memperhatikan lengan putusnya yang telah tumbuh kembali menjadi anggota tubuh ramping, lalu tersenyum tipis.
Sepertinya Bunga Reproduksinya telah digunakan Dorothe pada Gamen. Yang jadi pertanyaan, imbalan apa yang harus diberikan Gamen kepada Dorothe sebagai kompensasi.
"Aku belum sempat berterima kasih tentang urusan Bunga Reproduksi waktu itu!"
Gamen duduk di kursi putih sambil mengangkat gelasnya ke arah Reilin.
Gerakan ini agak kurang sopan. Reilin sedikit mengerutkan kening dalam hati, tapi tak berkata apa-apa.
Dengan santai duduk di kursi yang tersedia, Reilin mengabaikan hidangan lezat dan peralatan makan mewah di atas taplak putih. Senyum tulus mengembang di wajahnya: "Justru aku yang harus berterima kasih atas informasi bahwa Mentor Dorothe memiliki materi tentang promosi ke Penyihir Resmi yang bisa dijual!"
Sebenarnya Reilin sama sekali tidak tahu bahwa Dorothe menyimpan informasi tentang jalan menjadi Pendekar Pedang Terukir.
Ini adalah informasi yang sengaja dibocorkan Gamen kepadanya. Mungkin motifnya karena Reilin "tidak sengaja" mengungkapkan kepemilikan Bunga Reproduksi di hadapan Gamen.
Bagi Reilin, pada saat Gamen sangat membutuhkan bunga reproduksi untuk meregenerasi lengannya, dia bisa mendapatkan keuntungan maksimal darinya.
Ekspresi Gamen menjadi lebih ramah: "Bagaimanapun juga, kita berasal dari daerah yang sama sebagai murid, seharusnya saling membantu..."
Setelah Reilin memberikan respons basa-basi, akhirnya Gamen mengungkapkan maksud sebenarnya mengundang Reilin hari ini.
"Reilin, Mentor Dorote sudah lama memberitahuku bahwa data di tangannya memiliki tingkat kerusakan yang terlalu tinggi, sama sekali tidak bisa dijadikan sandaran untuk promosi menjadi Penyihir Resmi. Sedangkan kamu terus mencari informasi tentang reruntuhan, apakah ingin melakukan eksplorasi?"
"Tentu saja, baik akademi maupun keluarga, syarat yang mereka ajukan terlalu tinggi!"
Reilin menyilangkan sepuluh jarinya.
Ini juga merupakan praktik umum di kalangan calon magang tingkat tiga di akademi. Hanya ketika eksplorasi reruntuhan berkali-kali gagal dan mereka hampir melewatkan usia emas promosi menjadi penyihir, barulah mereka mempertimbangkan menandatangani kontrak jiwa dengan akademi atau keluarga.
