“Benar! Warisan seorang Penyihir Resmi layak untuk merusak persahabatan kita!”
Gamen berkata perlahan.
“Tidak hanya itu!” Cairan logam kembali merayap di tubuh Bosain, membentuk set zirah perak mengilap.
“Jika hanya model sihir dan Air Green semacam itu, aku takkan peduli. Tapi ini adalah warisan Noko*Gulatu*Fasir!”
Wajah Bosain memerah.
“Ini adalah warisan Penyihir Besar Merah!!! Warisan Penyihir Bintang Fajar Level 4!!!!”
“Penyihir Besar Merah?!” Ekspresi pencerahan muncul di wajah Gamen. Tentu saja dia pernah mendengar legenda tokoh agung ini.
Tapi dalam legenda, nama asli Penyihir Besar Merah jarang disebut selain dalam bentuk julukan. Hajarannya yang tercatat di semua literatur seperti Reilin dan keturunan bangsawan penyihir seperti Bosain yang benar-benar mengetahuinya.
“Setelah mengetahui alasannya, sekarang kau bisa mati dengan puas!”
Bosain tak menyembunyikan niat membunuhnya. Pedang peraknya diayunkan keras ke arah Gamen.
Kreeeng!!! Ujung pedang terbelah, memuntahkan ribuan jarum perak kecil yang menghujam Gamen.
“Bentuk perisai!” teriak Gamen. Sulur-sulur tambahan keluar dari lencana hijau, menyatu menjadi perisai sulur raksasa di depannya.
Dring-dring!!! Hujan jarum perak menghujam perisai sulur, meninggalkan lubang-lubang kecil.
Gamen terhempas mundur oleh dampak kerasnya, wajahnya mulai dipenuhi keputusasaan.
“Gamen! Aku tahu semua trikmu. Selain Objek termutasi, apa lagi sisa kartu asmu?”
Bosain masih sempat menghancurkan kepercayaan diri Gamen di saat seperti ini.
"Reilin, ayo bergerak bersama! Kalau tidak kita semua akan mati!!!" Gamen mundur ke depan rak buku, menoleh dan berteriak ke arah Reilin di samping.
"Reilin! Jangan percaya ucapannya. Asal kau tetap di pihakku, bahkan membantuku, aku bersumpah kau akan mendapat persahabatan Keluarga Lilliter!"
Mendengar bujukan dari kedua belah pihak, wajah Reilin menunjukkan keraguan. Ia kemudian mundur dua langkah sambil berkata ketakutan: "Tidak! Aku tidak mau warisan apa pun, biarkan aku pergi dari sini..."
Mendengar ucapan Reilin, wajah Gamen memucat. Napasnya tersengal-sengal sementara perisai tanamannya mulai buyar.
Bosain justru tiba-tiba tertawa terbahak: "Hahaha... Keluarga Lilliter pasti menyambut hangat bergabungnya seorang Apoteker sepertimu, Reilin..."
"Dan Gamen! Tamat riwayatmu!"
Seketika, pedang panjang di tangan Bosain terbelah lagi. Drip-drip logam cair melayang di udara sebelum berubah menjadi duri-duri tajam.
"Dengan darahku..."
Melihat serangan lawan, wajah Gamen dipenuhi keputusasaan. Ia kembali mengoleskan darahnya ke lencana hijau seperti sebelumnya.
Seketika, perisai tanaman hijau itu ternoda merah darah, berubah menjadi perisai raksasa berwarna merah.
"Energi lencanamu hampir habis, kan? Meski kau ganti dengan darahmu, berapa lama bisa bertahan?!"
Bosain berteriak lantang. Ribuan jarum terbang menghujam ke arah Gamen.
BANG!!!
Perisai merah raksasa itu meledak. Tak terhitung jarum terbang menembus tubuh Gamen.
“Gamen yang tubuhnya dipenuhi lubang-lubang kecil mengeluarkan darah, dalam sekejap seluruh tubuhnya menjadi merah. Dengan ekspresi kegilaan dan penyesalan, ia perlahan roboh ke tanah.”
“Huu...huu...” Nafas Bosain terdengar berat saat memutar tubuhnya menghadap Reilin.
“Bagus! Tadi kau tidak menyerangku bersamanya!” Bosain menunjuk mayat Gamen yang tergeletak dalam genangan darah, senyum aneh mengembang di wajahnya.
“Aku, Bosain Pewaris Keluarga Lilitel, Kebanggaan Black Bone Forest, Pedang Perak! Akan memberimu hak memilih cara matimu!!!”
Saat berbicara, mata Bosain memancarkan rasa iba dan sikap bermain-main, seperti singa yang menggoda kelinci buruannya.
“Memilih...cara mati...” Reilin memaksakan senyum pahit. “Tuan Bosain, aku tidak mengerti maksudmu!”
“Sudah jelas! Kau harus mati di sini!” Wajah Bosain dingin. “Warisan Penyihir Besar Merah terlalu berharga. Aku takkan membiarkan informasi ini bocor!”
“Sebagai apoteker jenius, seharusnya masa depanmu cerah. Sayang...” Bosain memandang Reilin dengan ekspresi penuh penyesalan palsu.
“Mungkin...kau bisa memilih mengakhiri sendiri...agar tak perlu menderita...”
Bosain perlahan mendekati Reilin, suaranya berubah lembut namun penuh bujuk rayu.
Dalam suaranya, seolah ada kekuatan magis khusus yang menggoda Reilin untuk melakukan keinginannya.
Mata Reilin terlihat kosong, bibirnya bergumam tanpa sadar: "Aku ingin..."
"Hampir berhasil!" Ekspresi gembira sekilas terlihat di wajah Bosain.
Tiba-tiba! Reilin mengangkat kepala, menunjukkan senyuman cerah dan gigi putih bersinar: "Aku ingin kau mati!!!"
Braak!!!
Kilau perak seketika terbang dari tangan Reilin menuju wajah Bosain.
Wajah Bosain yang terkejut secara otomatis diselimuti logam cair yang membentuk topeng putih di pipinya.
Krak!!! Kilau perak menyambar topeng, memercikkan beberapa bunga api.
"Sayang sekali! Ternyata juga menggunakan objek termutasi pertahanan instan!"
Reilin memandangi Bosain yang terus mundur, wajahnya menunjukkan ekspresi penyesalan.
"Kau... semua tadi hanya pura-pura!" Bosain meraba wajahnya yang mulai bengkak, ekspresinya mulai terdistorsi.
"Ilusi konyol seperti ini! Sudah tidak kutakuti sejak tingkat dua!"
Senyuman sinis mengembang di bibir Reilin, "Penampilanmu sekarang sangat cocok! Mirip kepala babi!"
"Kau cari mati!!!!"
Wajah Bosain memerah, logam cair dalam sekejap menyelimuti seluruh tubuhnya menjadi zirah perak.
Matanya mulai kemerahan, pedang panjang di tangannya diayunkan keras ke arah Reilin.
“Aku akan meremukkan tulang rusukmu satu per satu, kau sampah yang hanya bisa pakai ramuan!”
“Oh? Benarkah?”
Reilin mengangkat alis, sebilah busur hitam muncul di tangannya, anak panah es langsung melesat.
Sreeeek!!! Posain tidak mengelak, membiarkan panah itu menancap di tubuhnya.
Anak panah es tertahan oleh zirah perak, berubah menjadi embun putih yang menutupi permukaan zirah Posain.
Akibatnya, kecepatan Posain tiba-tiba merosot drastis.
“Aku mengawasimu sepanjang jalan, ramuan di kantong pinggangmu sudah habis kan?” Posain menyeringai penuh kebuasan, langsung menerjang ke depan Reilin.
“Tebakan yang tepat!”
Senyum Reilin tetap mengembang, tiba-tiba membuat hati Posain dipenuhi firasat buruk.
“Sayangnya! Aku tidak hanya mengandalkan ramuan!!!”
“Liontin Bintang Jatuh! Aktifkan!!!”
Sesuai perintah Reilin, semburan cahaya perak-abu tiba-tiba memancar dari tubuhnya.
Membran cahaya ini redup seperti bintang namun tak tertembus, menyelubungi seluruh tubuh Reilin membentuk zirah perak-abu, di permukaannya terlihat bayangan beberapa permata yang berkedip-kedip.
Byur!!!
Pedang yang diayunkan Posain langsung ditangkap oleh tangan kanan Reilin yang terbungkus pertahanan, kemudian Reilin menghujamkan tinjunya tepat ke wajah Posain!!!
Krak!
“Zirah perak di wajah Bosain penyok, langsung memuntahkan beberapa gigi. Dengan ekspresi tak percaya, ia terlempar ke belakang.”
“Memang paling memuaskan menghajar orang dengan tinju!!!”
Reilin menyipitkan mata, bergumam dengan nada mabuk.
“Gemeretak!!!” Bosain menabrak beberapa rak buku kosong. Rak-rak itu runtuh, menguburnya di bawah tumpukan kayu lapuk.
Dentuman!!! Material kayu beterbangan. Sosok Bosain dengan zirah perak berkilau muncul kembali dalam pandangan Reilin.
“Aku meremehkanmu! Sebuah objek termutasi bertahan! Rupanya kau yang paling dalam menyembunyikan diri di antara kami berlima!”
Wajah Bosain muram, tapi pipi yang membengkak di kedua sisi membuat Reilin hampir tertawa.
“Terlalu banyak omong kosong!”
Otot-otot Reilin mengencang. Ia langsung bertubrukan dengan Bosain.
Dentuman!!! Dentuman!!! Dentuman!!!!
Ruang perpustakaan bergemuruh, debu beterbangan. Melalui lapisan debu yang tembus pandang, terlihat dua monster humanoid berzirah saling menghantam.
Kedua monster ini seolah tak takut terluka. Gaya bertarungnya biadab: mengabaikan pertahanan diri sepenuhnya, mengerahkan seluruh tenaga untuk menyerang titik vital lawan.
Rak buku terus ambruk. Ruangan berantakan kacau balau.
Andai saja kedua monster ini tidak sengaja menghindari meja warisan di tengah ruangan, pasti meja itu pun tak luput dari kehancuran.
Seiring waktu berlahan, sosok berbaju zirah perak mengilap jelas berada di posisi kalah telak, cahaya putih di tubuhnya mulai meredup.
Akhirnya, bersama pukulan yang dilepaskan oleh sosok zirah abu-abu perak, zirah perak mengilap itu hancur berkeping-keping, berubah menjadi logam cair yang menyusut kembali ke bentuk bola perak kecil semula.
Reilin menyempurnakan dengan tendangan keras ke tubuh Posain hingga tersungkur ke lantai.
Grak!!! Dari dada Posain, terdengar suara tulang yang patah.
Tak lama kemudian, sepatu tempur berkilau abu-abu perak dengan santai menginjak dadanya.
Posain mengeluarkan darah dari sudut bibir: "Aku benci! Andai gulungan sihirku masih ada, andai aku belum menggunakan 'Cahaya Perak' berkali-kali sebelumnya!"
Krak!!
Dengan tatapan dingin tanpa ampun, Reilin mengeluarkan belati dari pelukannya dan langsung memotong kedua tangan dan kaki Posain.
"Aah..."
Otot wajah Posain berkerut, jeritan kesakitan yang mengerikan langsung menggema di seluruh perpustakaan.
Reilin menendang anggota tubuh yang terpotong itu, lalu mengoleskan ramuan hemostatik pada luka Posain agar tidak mati kehabisan darah.
"Kau... bunuh saja aku!" wajah Posain pucat pasi, mengeluarkan kata-kata dari sela gigi.
"Bagaimana mungkin aku berani membunuh anggota keluarga Lilitel yang agung?"
Senyum Reilin terpancar, yang bagi Posain terlihat begitu menjijikkan dan licik.
“Sebagai pewaris keluarga penyihir, pasti ada mantra pelacakan yang ditanamkan oleh penyihir resmi di tubuhmu. Begitu aku membunuhmu, sangat mungkin langsung terdeteksi oleh penyihir resmi!”
Reilin berbicara perlahan, membuat wajah Bosain berubah pucat seperti mayat.
