"Reilin, apakah kamu tahu asal-usul dua perang Penyihir modern?"
Martin tiba-tiba bertanya.
"Sepertinya karena perbedaan prinsip antara Penyihir Hitam dan Penyihir Putih, ditambah faktor kepentingan praktis..." Reilin mengutarakan isi buku yang pernah dibacanya sambil menyelipkan pandangan pribadi.
"Kepentingan! Semuanya demi kepentingan!!!"
Martin mengangkat tangan, wajahnya menunjukkan ekspresi yang sangat emosional.
"Perbedaan ideologi hanyalah permukaan, akar penyebabnya tetaplah demi keuntungan!!! Kalimat bijak siapa ini? Aku harus mencatatnya lain kali dan mengukirnya di kamar tidurku!"
Martin berbicara cepat: "Faktanya, baik Penyihir Putih maupun Penyihir Hitam, keduanya adalah penyihir yang mengejar kebenaran! Selama tidak menghalangi jalan mereka, baik Pembebasan wilayah oleh Penyihir Putih maupun pembantaian mengerikan oleh Penyihir Hitam, tidak akan menarik minat para penyihir sama sekali."
"Dua kali Perang Penyihir, penyebab sebenarnya tetaplah perebutan sumber daya! Sumber daya penyihir di Pantai Selatan yang tandus sudah tidak cukup mendukung jumlah penyihir sebanyak ini..."
Reilin mendengarkan dengan tenang penjelasan Martin tentang kebenaran Perang Penyihir.
Saat itu, sudut bibir Martin menampakkan senyum sinis.
"Pada dasarnya, yang disebut Perang Penyihir hanyalah kampanye pembersihan dunia penyihir oleh elite Penyihir Putih dan Hitam untuk memperebutkan sumber daya langka. Setelah perang usai dan sebagian besar penyihir tewas, sisa sumber daya cukup untuk promosi penyihir yang selamat. Seluruh Pantai Selatan dari generasi ke generasi selalu seperti ini..."
Saat Martin menyampaikan penjelasannya, Reilin jarang melihat ekspresi sedih dari orang tua ini.
Tampaknya Martin sangat tidak menyetujui praktik ini, bahkan mungkin pernah menjadi korban.
Tapi kemudian, Reilin teringat zaman kuno di kehidupan sebelumnya.
Dalam kehidupan sebelumnya Reilin, jika ingin menelusuri penyebab akhir keruntuhan kerajaan feodal mana pun, faktor-faktor seperti pejabat korup dan raja yang lemah sebenarnya hanya memainkan peran sebagian.
Menurut Reilin, aktor utama di balik layar yang benar-benar menyebabkan keruntuhan kerajaan-kerajaan tersebut adalah kepentingan dan sumber daya!
Di zaman kuno, tanah adalah dasar kehidupan. Namun begitu sebuah dinasti mencapai stabilitas, populasi langsung meledak. Saat itu tidak ada kebijakan keluarga berencana, justru melahirkan banyak anak sebagai tenaga kerja dasar di masa depan adalah hal yang normal!
Populasi semakin bertambah, sementara jumlah tanah tetap sama. Akhirnya setiap orang tidak mendapat tanah yang cukup untuk menghidupi diri sendiri, dan seluruh kerajaan pun jatuh dalam kemerosotan.
Tentu saja, dalam proses ini, penggabungan tanah oleh pejabat tinggi dan tuan tanah lokal juga menjadi salah satu pendorong utama yang mempercepat proses ini.
Kemudian, perang di masa kacau membunuh lebih dari 60-70% populasi negara. Tanah yang sebelumnya ditempati populasi tersebut menjadi kosong, bisa digunakan oleh yang masih hidup. Dinasti baru bisa stabil selama 1-2 abad di atas dasar ini, lalu terjerumus dalam siklus yang sama...
Menurut Reilin, dunia penyihir Pantai Selatan saat ini juga berada dalam kondisi seperti ini.
Meskipun berbagai tindakan telah diambil, jumlah total penyihir terus meningkat. Sementara kapasitas produksi sumber daya di Pantai Selatan sudah tidak bisa mengimbangi kecepatan promosi penyihir ini.
Banyak penyihir yang, karena kekurangan sumber daya, hanya bisa menyaksikan harapan mereka dalam mengejar cita-cita hancur berantakan!
Kebencian ini terakumulasi dari generasi ke generasi, hingga akhirnya mencapai tingkat yang membuat para penyihir penguasa merasa ketakutan!
Untuk itu, beberapa kekuatan penyihir terkemuka di Pantai Selatan rela saling menghabiskan sumber daya dengan melancarkan perang besar, bertekad untuk memusnahkan kelebihan populasi penyihir ini.
Jadi, dalam Perang Besar Penyihir ini, semua kemenangan adalah palsu! Hanya bertahan hidup yang merupakan kemenangan terbesar!
Setelah menyadari hal ini, Reilin langsung menghirup napas dingin.
Berbeda dengan kekaisaran besar yang sudah stagnan di kehidupan sebelumnya, wilayah Pantai Selatan yang ditempati Reilin sekarang hanyalah sebagian kecil dari Dunia Penyihir, mungkin hanya sebuah daerah terpencil.
Namun meski begitu, para penguasa Pantai Selatan lebih memilih terus berperang dan melemahkan kekuatan mereka sendiri untuk mengurangi risiko dan kebencian, daripada memperluas wilayah ke luar. Hanya ada satu alasan!!!
Yaitu, dibandingkan dengan Perang Penyihir, ekspansi ke luar akan lebih merugikan. Kehilangan tenaga penyihir akibat hal ini merupakan kerugian yang tidak ingin ditanggung oleh para penguasa.
"Bahaya seperti apa yang mengintai di sekitar Pantai Selatan!!!"
Reilin menghela napas dalam-dalam. Dia bercita-cita untuk menjelajahi seluruh Dunia Penyihir dan mencapai puncak yang lebih tinggi, namun sekarang tampaknya mustahil untuk meninggalkan Pantai Selatan.
"Tapi hanya dengan ini kita bisa menjelaskan mengapa Pantai Selatan selalu tertutup, jarang ada penyihir asing yang tinggal. Satu-satunya pengecualian adalah Penyihir Besar Merah!"
Kilatan pemahaman muncul di mata Reilin.
“Kalau begitu, apakah perang besar kali ini juga bertujuan untuk mengurangi jumlah penyihir resmi?”
Sampai di sini, baik Martin maupun Reilin secara refleks menurunkan volume suara mereka, beralih ke komunikasi mental. Selain itu, Reilin diam-diam memasang beberapa sihir pengisolasi suara.
“Sebenarnya, tidak seperti itu!” Martin menepuk dahinya.
“Aku barusan hanya tiba-tiba terinspirasi membahas dua perang penyihir sebelumnya!”
Ekspresi Martin yang berpura-pura tua membuat Reilin ingin memukulnya.
“Hahaha...” Tertawa lepas melihat ekspresi Reilin.
“Maaf, aku punya kebiasaan buruk suka bercanda dalam situasi genting untuk meredakan ketegangan...” Martin tersenyum meminta maaf, tapi bagi Reilin, orang tua ini tetap terlihat menyebalkan.
“Baiklah, kembali ke topik. Akar perang ini tetap perselisihan kepentingan!”
Wajah Martin kali ini lebih rileks, namun Reilin tetap menyiapkan "telinga"-nya dengan seksama.
“Kira-kira dua hari lalu, sebuah tim ekspedisi penyihir menemukan wilayah rahasia penyihir di Dataran Besar Sungai Gangga!!!”
Martin membagikan informasi intelijen sebelumnya kepada Reilin.
Kasus tim penjelajah yang tidak sengaja membuka wilayah rahasia lalu menyebabkan kebocoran informasi hingga memicu perang, sebenarnya sudah jamak terjadi di Pantai Selatan.
Tapi yang bisa menimbulkan fluktuasi energi sebesar ini, bahkan sampai membuat orang tua seperti Martin yakin Perang Dunia Penyihir Ketiga akan pecah, benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.
"Wilayah Rahasia？Harusnya berbasis sumber daya？Seberapa besar spesifiknya？" Reilin langsung menangkap inti permasalahan.
"Tidak tahu！Tapi menurut penyihir yang pernah masuk sebelumnya, luasnya minimal melebihi 10 juta mu！Konsentrasi elemen juga memenuhi standar Kelas A terbaik..."
Mendengar penuturan Martin, Reilin tak bisa menahan desahannya.
Bahkan kekuatan Penyihir Putih besar seperti Taman Empat Musim, wilayah terluas di Wilayah Rahasia Empat Musim mereka hanya sedikit melebihi 1 juta mu. Sementara luas wilayah rahasia ini yang sudah dieksplorasi saja sudah melampaui angka tersebut.
Keuntungan sebesar ini, bahkan para Penyihir Putih yang lebih mencintai perdamaian dan fokus pada penelitian pun akan rela melakukan pembunuhan untuk merebutnya.
"Yang lebih parah！Pintu masuk wilayah rahasia raksasa ini tidak sedikit. Setelah tim ekspedisi membuka salah satunya, pintu-pintu masuk sisanya juga terbuka secara otomatis. Dari informasi yang kudapat, setidaknya ada lebih dari tujuh pintu masuk..."
Orang Tua Martin membuat ekspresi misterius.
Reilin menghela nafas: "Dataran Sungai Heng kebetulan berada di perbatasan kekuatan Penyihir Hitam dan Putih. Fluktuasi energi dari pintu masuk wilayah rahasia super besar seperti itu, bahkan jika jaraknya melebihi seribu li, pasti akan terdeteksi oleh Penyihir Resmi..."
Kini dia akhirnya memahami pemicu perang besar. Meski bukan skenario terburuk, tetap saja situasinya hampir sama parahnya.
“Benar! Beberapa kekuatan penyihir hitam-putih yang pertama tiba, begitu melihat Wilayah Rahasia, langsung mata mereka memerah dan mulai saling membunuh... Hasil akhirnya, tak ada pihak yang mendapat keuntungan. Karena itu, mereka melaporkan informasi yang didapat sebelumnya ke kekuatan di belakang mereka! Lapisan demi lapisan seperti ini akhirnya memicu perang campur aduk antar berbagai aliran penyihir...”
“Akhirnya, Penyihir Hitam merebut tiga Pintu Masuk sementara Penyihir Putih mendapatkan empat. Di dalam Wilayah Rahasia yang luas ini, perebutan berdarah dimulai seputar berbagai sumber daya langka dan perebutan lahan. Jadi, perang besar penyihir kali ini akan berlangsung dalam latar Wilayah Rahasia ini, dengan berbagai aliran penyihir berperang di dalamnya. Tentu, fokus utamanya tetap pada perebutan lahan di dalam wilayah tersebut...”
Reilin menghela nafas lega.
Dibandingkan dengan dua perang besar sebelumnya yang melanda seluruh Pantai Selatan, perang seperti ini memiliki dampak terkecil terhadap Dunia Penyihir dan korban paling sedikit di kalangan orang biasa. Bagi penyihir seperti dirinya, selama tidak memilih masuk ke Wilayah Rahasia, tentu tidak akan terkena imbas.
Paling-paling, hanya tugas pasokan ramuan yang menjadi sedikit lebih berat.
Tentu, jika di tahap akhir jumlah korban penyihir organisasi di dalam Wilayah Rahasia sangat besar, mungkin giliran Reilin akan tiba.
Namun jika benar-benar sampai pada situasi itu, Reilin akan segera memilih melarikan diri dan tentu tidak akan terseret masuk.
Saat Reilin hendak bertanya lebih banyak pada Martin, Ding! Suara sangat nyaring bergema di dalam aula.
Tirai-tirai berwarna-warni di langit-langit aula bergerak sendiri tanpa angin, mulai memancarkan kilauan warna-warni.
Suara musik yang merdu bergema di seluruh aula.
"Ketua kelompok datang! Cepat berdiri dan beri salam!"
Martin menarik lengan Reilin.
Reilin mengerlingkan mata dan berdiri dengan enggan.
Sebagai ketua Kelompok Farmasi Taman Empat Musim, kemampuan Tigat tidak diragukan lagi - berada di puncak level Penyihir 1 dan siap untuk menembus level 2 kapan saja.
Dia juga memiliki penguasaan luar biasa dalam bidang farmasi, layak disebut sebagai grandmaster farmasi.
Namun, Tuan ini tidak hanya kolot, tapi juga terobsesi dengan segala hal mewah dan bersifat meriah.
Karena itu, dia tidak hanya suka mengadakan makan malam sini sambil berbincang dan memberikan tugas di aula megah ini, tapi juga tidak mentolerir kesalahan protokol sekecil apapun dari bawahannya.
Beberapa penyihir sebelumnya sudah mendapat hukuman karena alasan ini.
