Reilin mengusap hidungnya sambil melihat kewaspadaan beberapa orang di hadapannya.
Di dunia penyihir, penyihir hitam dan putih selalu menjadi simbol musuh bebuyutan. Di Dataran Sungai Kuning yang sensitif ini, fakta bahwa mereka tidak langsung menyerang setelah mendengar identitas Reilin sebagai penyihir hitam menunjukkan kepercayaan besar pada George.
"Sudah beberapa tahun sejak aku meninggalkan Heiwuyu, sekarang aku tinggal di Kota Tak Pernah Malam!"
Reilin berpikir sejenak sebelum menyampaikan informasi setengah benar, "Dan aku juga belajar di Taman Empat Musim..."
"Lihat! Sudah kuduga! Orang seberani dan sebaik hatimu, Reilin, mustahil menjadi penyihir hitam kejam seperti itu!"
George tertawa terbahak-bahak.
Ekspresi Xi Rui dan yang lain pun mulai mencair.
Entah bagaimana perasaan para penyihir yang tewas di tangan Reilin jika mendengar perkataan George ini, apakah mereka akan mati lagi karena marah?
"Ngomong-ngomong, Reilin, apa kau ke sini juga untuk urusan Wilayah Rahasia?"
Peristiwa besar di Wilayah Rahasia Sungai Kuning telah mengguncang seluruh dunia penyihir Pantai Selatan. Pengetahuan dasar tentang wilayah rahasia yang sebelumnya tersembunyi mulai tersebar luas, membuat George dan yang lain tidak sepenuhnya buta akan hal ini.
Reilin memandang tatapan khawatir George, dan pandangan samar beberapa murid lainnya, tiba-tiba merasa tercerahkan.
Tampaknya George menganggapnya sebagai Magang Penyihir naif yang ingin mencoba peruntungan di Wilayah Rahasia Henghe.
Wajar saja. Sejak kabar tentang wilayah rahasia ini tersebar, para Magang Penyihir yang bermimpi kaya mendadak mulai berdatangan dari segala penjuru ke Wilayah Rahasia Henghe.
Sebagian tewas dalam perjalanan, sebagian bergulat di sekitar Pintu Masuk tanpa bisa masuk, ada juga yang direkrut paksa atau dibohongi kekuatan besar menjadi umpan peluru.
Tapi segelintir murid beruntung berhasil membawa sumber daya kembali ke Kota Tak Pernah Malam dan pusat Penyihir lain, memicu demam baru yang menarik lebih banyak murid terjun dalam petualangan ini.
Jelas, George dan yang lain juga menganggap Reilin sebagai murid semacam itu.
"Reilin..." George terdiam sejenak, seolah merangkai kata-kata: "Bahaya di wilayah rahasia jauh melampaui kemampuan murid seperti kita. Hanya Tuan-tuan Penyihir Resmi yang bisa menjadi tulang punggung di sana!"
"Banyak temanku sudah tumbang di sana. Kau masih muda... Tak perlu..."
"Biarkan dia pergi!" Tiba-tiba Bestar menyela.
"Siapa tahu Reilin beruntung dapat banyak sumber daya, lalu sukses promosi!"
George mengerutkan kening, bagaimana mungkin keberuntungan bisa dipastikan? Lagipula, penjelasan Bestar terdengar terlalu mudah.
"Sebenarnya... Aku juga baru pergi ke Wilayah Rahasia karena mendapat tugas dari akademi!" Reilin tersenyum pahit.
"Begitu ya... Pantas saja, kupikir dengan kepribadianmu, mustahil kau melakukan tindakan berbahaya seperti itu..." George menepuk bahu sahabatnya dengan ekspresi simpati dan senyum getir.
"Sekarang, kita berdua mungkin benar-benar menjadi saudara dalam kesulitan. Bisa saja kita ditempatkan bersama, mengingat di dalam Wilayah Rahasia, para Penyihir Putih telah membentuk Aliansi bersatu..."
Mendengar nasib Reilin yang mirip dengan mereka, dipaksa pergi ke Wilayah Rahasia, wajah Siri dan Alexander menunjukkan ekspresi senasib. Tampaknya pengalaman Reilin membangkitkan resonansi dalam diri mereka.
Tugas seperti ini di akademi hanya berada satu tingkat di bawah misi mematikan. Hanya magang penyihir tanpa koneksi atau yang bermusuhan dengan pihak tertentu yang akan dikirim.
Namun, saat menoleh, Reilin menangkap ekspresi tersembunyi di wajah Bestar yang nyaris tak terlihat - semacam kepuasan?
"Perempuan ini masih menyimpan dendam karena kejadian waktu itu ya?"
Reilin dalam hati tertawa kecil, justru merasa situasi ini agak unik.
Levelnya sekarang sudah jauh meninggalkan Bestar.
Bahkan para Penyihir Resmi banyak yang tewas di tangannya, apalagi seorang murid kecil - bahaya apa yang bisa ditimbulkannya?
Sekarang ini Bestar, tidak peduli bagaimana dia berusaha tampak mengancam di depan Reilin, di mata Reilin semuanya seperti menggodong kucing kecil.
"......Lagipula kita searah, Reilin, bagaimana kalau kita pergi bersama!"
Saat itu, George mengajukan sebuah usul.
"......Baiklah!" Reilin berpikir sejenak, waktu yang tersisa masih cukup banyak. Dengan kecepatan George dan yang lain, mereka masih bisa mencapai Wilayah Rahasia Henghe sebelum batas waktu, akhirnya dia setuju.
Hubungan George dengannya sebelumnya cukup baik, jadi kalau bisa membantu sedikit kenapa tidak.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diselesaikan dengan Bestar ini.
"Bagus sekali! Reilin juga calon magang tingkat tiga, kekuatan tim kita bertambah signifikan. Bahkan jika bertemu perampok pun tidak perlu takut!" George terlihat sangat bersemangat.
Murid-murid lainnya juga tidak menolak.
"Perampok? Kalian masih takut dengan itu?" Reilin bertanya heran. Dalam ingatannya, yang disebut perampok hanyalah petani bersenjatakan garpu rumput dan tombak ikan.
"Kamu benar-benar tidak tahu?" George terlihat lebih terkejut daripada Reilin, "Aku sangat heran kamu bisa sampai di sini dalam keadaan tidak tahu apa-apa!"
Kemudian George mulai menjelaskan secara detail kepada Reilin.
"Jika kelompok perampok murni terdiri dari orang biasa, bahkan tidak perlu kita turun tangan. Xirui sendiri bisa membantai mereka semua. Tapi Dataran Henghe berbeda. Di sini, karena banyaknya murid yang bepergian sendirian, muncul kelompok perampok khusus yang menyasar penyihir. Bahkan kabarnya ada Penyihir Resmi yang menjadi backing mereka..."
Karena jumlah penyihir yang datang ke Wilayah Rahasia Sungai Gangga meningkat signifikan dan keamanan sangat kacau, beberapa penyihir hitam yang menyebar mulai mengincar tempat ini.
Meskipun sebagian besar penyihir hitam ini hanyalah para magang, kemampuan mereka sama sekali tidak memenuhi standar di mata Reilin.
Penyihir Resmi tidak berani diganggu, tapi beberapa murid biasa jelas tidak bisa menahan serangan para penyihir hitam yang rakus - Dibandingkan pendidikan Penyihir Putih yang seperti bunga rumah kaca, para magang penyihir hitam yang tumbuh di bawah hukum rimba sejak kecil jelas lebih unggul dalam pertarungan. Dalam hal kesadaran bertarung dan ketepatan timing, mereka jauh meninggalkan penyihir putih.
Para magang penyihir di sini, terutama yang hendak pergi, mungkin membawa sumber daya langka dari Wilayah Rahasia Sungai Gangga! Menemui satu saja magang seperti ini sudah cukup membuat mereka mendapat keuntungan besar!
Pasti tidak sedikit magang penyihir hitam yang memiliki pemikiran seperti ini.
Karena itu, perjalanan menuju Wilayah Rahasia Sungai Gangga dipenuhi bahaya di mana-mana.
Banyak magang penyihir yang bermimpi mencari kekayaan sering tewas di jalan sebelum mencapai wilayah rahasia.
Reilin merenung, sepanjang perjalanannya dia sepertinya tidak pernah menemui perampok besar.
Sesekali ada beberapa pencuri kecil yang kurang ajar, semuanya langsung diselesaikan oleh Nomor Dua dan Nomor Tiga.
Bagaimanapun, bagi kedua orang yang telah berhasil dipromosikan sebagai Ksatria Brand versi cacat ini, baik orang biasa maupun magang penyihir hanyalah urusan beberapa tebasan pedang saja.
“Begini rupanya, sepertinya aku beruntung…” Reilin mengusap kepalanya sendiri, tertawa dengan polos.
“Harus diakui, keberuntunganmu benar-benar luar biasa! Tapi itu hanya di area pinggiran. Semakin kita masuk ke pedalaman Dataran Sungai Gangga, perampok akan semakin banyak. Para Penyihir Putih Tuan-tuan memusatkan perhatian pada Wilayah Rahasia, kecuali di beberapa Pintu Masuk yang dijaga ketat, area lain sama sekali tidak diawasi...”
George yang cukup memahami Reilin tahu bahwa rekan seperjalanannya ini licik, pasti menyimpan beberapa kartu truf.
Tapi dia punya satu kelebihan: tahu diri dan pandai bergaul.
Semakin kuat kemampuan Reilin, semakin terjamin keamanan timnya. Jika dipaksa bertanya lebih lanjut, hanya akan membuat Reilin pergi, kerugian besar.
Dalam pikirannya, Reilin yang bisa promosi ke calon magang tingkat tiga dengan cepat, mengambil tugas organisasi, dan berani bepergian sendiri pasti punya kartu truf kuat – George malang sama sekali tidak berani membayangkan Reilin sudah promosi menjadi Penyihir Resmi.
Bagaimanapun, jarak antara calon magang tingkat tiga dengan Penyihir Resmi ibarat jurang tak terjembatani!
Bahkan magang penyihir paling jenius pun, jika bisa promosi sebelum usia 30 tahun, sudah dianggap kecepatan yang luar biasa!
George yang tahu bakat jiwa Reilin hanya level tiga sama sekali tidak akan memikirkan kemungkinan itu.
“Baiklah! Setelah bergabung dengan timku, pasti hidup enak dan berkecukupan!” George dengan akrab memeluk bahu Reilin, menepuk dada menjamin.
“Setidaknya, anggur dan wanita cantik takkan kurang. Lihat wanita berbaju merah di sebelah bar itu? Tatapannya padamu sangat menarik! Aku berani bertaruh, asal kau mendekat dan berbicara, dia akan jadi milikmu malam ini, nanti... Aaaah!!!!”
George baru saja kembali menunjukkan sifat mesumnya ketika langsung dicubit keras oleh Xirui di sebelahnya, menjerit kesakitan sambil merengek-rengek minta ampun.
“Haha...”
Melihat adegan ini, tidak hanya para murid Taman Rawa, bahkan Reilin pun tak bisa menahan tawa.
……
Tentu saja Reilin akhirnya tidak benar-benar mendekati wanita itu. Bahkan George hanya bercanda untuk mencairkan suasana.
Efeknya ternyata cukup baik. Setidaknya, setelah melihat lambang Taman Empat Musim yang ditunjukkan Reilin, Alexander dan beberapa murid lain menjadi lebih akrab dengannya.
Bahkan Bestar, wanita itu, juga menyambut keikutsertaan Reilin dengan senyuman di permukaan.
Mereka beristirahat sebentar di kota kecil itu, kemudian melanjutkan perjalanan pagi-pagi keesokan harinya.
Tugas dari Menara Cincin Sembilan dan Taman Rawa juga memiliki batas waktu. George dan yang lain harus tiba di lokasi yang ditentukan sebelum waktu yang ditetapkan, atau akan langsung menjadi buronan akademi.
Mereka masih murid! Jika hal seperti itu terjadi, hidup mereka akan hancur selamanya!
Karena itu, meski sangat tidak ingin, setelah menerima tugas mereka hanya bisa patuh pada pengaturan organisasi, menuju Wilayah Rahasia Henghe, menyambut perjalanan tak dikenal yang menanti.
